Mimbar Jumat
Menjadi Pendidik Ala Rosulullah SAW
Dalam Islam, pendidik sejati adalah orang tua, sehingga tanggung jawab untuk mendidik anak sebenarnya menjadi tanggung jawab orang tua.
Role model artinya adalah seseorang yang bisa menjadi teladan yang baik dari sisi pola pikir maupun perilaku yang dilakukan sehari-hari. Kebutuhan manusia akan “Role model” sejatinya merupakan fitrah. Dalam kehidupan manusia, role model pada dasarnya mengacu pada teori belajar sosial yang dikemukakan oleh Bandura. Teori ini menjelaskan bahwa pada hakikatnya proses belajar pada individu dapat terjadi karena observasi yang dilakukan oleh individu terhadap lingkungan atau orang lain yang ada di sekitarnya.
Pentingnya peranan role model dalam proses pembelajaran sejalan dengan perintah Allah untuk menjadikan Rasulullah SAW. sebagai suri teladan terbaik bagi umat Islam. Rasulullah SAW menjadi sosok yang dapat menginspirasi sekaligus memotivasi umat Islam dalam memperjuangkan cita-citanya.
Peran rasulullah SAW sebagai teladan diteruskan oleh para pendidik. Untuk dapat mendidik ala Rasulullah SAW. para pendidik harus mampu menjadi teladan atau role model bagi peserta didiknya. Apalagi di era milenial seperti sekarang ini, role model menjadi sangat bermakna bagi generasi milenial yang sering kehilangan arah dalam mencari jati diri.
Jangan lupa subscribe, like dan share channel TikTok Sriwijayapost di bawah ini:

C. Rasulullah SAW: Pendidik Visioner
Rasulullah SAW pernah bersabda: “Didiklah anak-anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka akan hidup di zaman yang tidak sama dengan zamanmu.”
Hadits nabi di atas, jika dibawa ke dalam konteks Pendidikan dan pembelajaran, maka pendidik harus terus mengembangkan ilmu pengetahuan dan strategi mengajarkannya, agar dapat menyiapkan peserta didik untuk hidup di masa mendatang, bukan masa kini, apalagi masa lalu.
Hari ini, kita harus menyiapkan peserta didik untuk memasuki dunia kerja yang belum tercipta, dengan menggunakan teknologi yang belum ditemukan, untuk menyelesaikan permasalahan yang belum diketahui. Sebab anak-anak kita dan peserta didik yang kita didik hari ini tidak sedang menyiapkan bekalnya untuk hidup di hari ini dan masa sekarang, tetapi untuk menyiapkan bekal mereka untuk hidup di masa depan, sebuah masa yang berbeda dengan masa kini.
Strategi mendidik seperti yang dimaksudkan dalam hadits nabi tadi menggambarkan bahwa Rasulullah SAW adalah pendidik yang memiliki visi ke depan (visioner). Cara seperti ini yang harus dimiliki oleh pendidik di masa sekarang dan yang akan datang. Untuk menjadi pendidik yang visioner, pendidik setidaknya harus memiliki tiga persyaratan.
Pertama, pendidik harus adaptif. Di tengah arus globalisasi yang deras saat ini, di tambah kemajemukan bangsa yang menjadi kearifan local, tentu pendidik harus memiliki kemampuan beradaptasi dan bergaul dengan baik dalam kehidupan bermasyarakat. Kemampuan ini menjadi modal penting bagi pendidik untuk selanjutnya ditularkan kepada peserta didiknya.
Jangan lupa Like fanspage Facebook Sriwijaya Post di bawah ini:

Kedua, pendidik harus inovatif. Ketika Bilal bin Rabbah mengumandangkan adzan subuh dengan menambahkan kalimat “Assholatu khoirumm minannauum” (sholat itu lebih baik daripada tidur”, Rasulullah SAW tidak melarangnya. Sikap Rasulullah ini mencerminkan bahwa beliau memiliki sikap inovatif sebagai pendidik yang menghargai hal-hal baru yang bersifat positif dalam proses pembelajaran dan Pendidikan umat Islam.
Ketiga, pendidik visioner harus memiliki “impian” atau visi yang jelas. Pendidik yang memiliki visi yang jelas untuk memajukan peserta didiknya akan melakukan aksi nyata dalam mengembangkan potensi-potensi peserta didik untuk meraih “mimpi” atau visi. Sebagaimana Rasulullah SAW. yang selalu mencontohkan dalam kepemimpinannya, beliau memiliki visi besar yang disuntikkan menjadi semangat bagi para sahabat yang mendengarkan nasihat-nasihatnya.
Visi besar Rasulullah SAW. untuk berjuang memajukan umat Islam ini selanjutnya dikuti oleh aksi nyata untuk mewujudkan mimpi atau visi tersebut. Apa yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW. kepada kita semua seyogyanya menjadi referensi, agar kita dapat menjadi pendidik yang berarti dan bermanfaat bagi ummat, “Khoirunnas ‘anfa’u linnaas (sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia lain). Aaamiien ya robbal ‘aalamiin. ***

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.