Mimbar Jumat

Menjadi Pendidik Ala Rosulullah SAW

Dalam Islam, pendidik sejati adalah orang tua, sehingga tanggung jawab untuk mendidik anak sebenarnya menjadi tanggung jawab orang tua.

Editor: Bejoroy
SRIPOKU.COM/Istimewa
Dr Fitri Oviyanti MAg (Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Fatah Palembang). 

Oleh: DR Fitri Oviyanti MAg
(Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Fatah Palembang)

SRIPOKU.COM -- PENDIDIK merupakan orang dewasa yang memiliki tugas dan tanggung jawab untuk memberikan bimbingan, bantuan serta pengarahan kepada orang yang belum dewasa atau yang memiliki kemampuan di bawahnya.

Terdapat istilah lain yang sering disamakan maknanya dengan pendidik, yaitu pengajar. Namun, istilah pendidik lebih komprehensif, karena tidak hanya mengandung pengertian transfer of knowledge (transfer ilmu pengetahuan), tetapi juga transfer of value (transfer nilai) kepada peserta didik.

Rasulullah SAW merupakan sosok teladan bagi umat Islam sepanjang zaman. Bukan hanya tutur katanya menjadi pedoman selain al-Qur’an, tetapi semua perilaku beliau menjadi referensi yang menuntun umat Islam ke jalan yang benar. Sebagai pemimpin, beliau adalah pemimpin yang sangat arif dan bijaksana. Sebagai pendakwah, beliau merupakan da’i yang paling professional, dan sebagai pendidik, Rasulullah SAW merupakan pendidik yang sangat penting untuk diteladani.

A. Hakikat pendidik: Perspektif Islam
Pada hakikatnya, pendidik adalah seseorang yang telah mendapatkan amanah dan tanggung jawab untuk membimbing dan mengarahkan peserta didik menuju pada gerbang kedewasaan dan kesuksesan dalam hidupnya.

Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 pasal 39 ayat 2, pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik di perguruan tinggi.

Jangan lupa subscribe, like dan share channel Youtube Sripokutv di bawah ini:

Sebagai tenaga profesional, pendidik harus memiliki beberapa kriteria dan prsyaratan tertentu. Pendidik yang baik dalam perspektif Islam adalah pendidik yang menyadari tugas dan tanggungjawabnya sebagai pendidik untuk membimbing dan mengarahkan peserta didik agar bahagia di dunia dan di akherat berdasarkan ajaran agama Islam.

Salah seorang pakar Pendidikan, Prof. Ramayulis, pernah menyatakan bahwa pendidik dalam perspektif Islam adalah orang-orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan semua potensi peserta didik, meliputi potensi kognitif, afektif, dan psikomotor selaras dengan nilai-nilai ajaran Islam.

Dalam Islam, pendidik sejati adalah orang tua, sehingga tanggung jawab untuk mendidik anak sebenarnya menjadi tanggung jawab orang tua. Tanggung jawab ini muncul setidaknya dilatarbelakangi oleh dua hal.
Pertama, karena kodrat orang tua yang ditakdirkan menjadi orang tua bagi anaknya.
Kedua, karena kepentingan orang tua terhadap kemajuan perkembangan anaknya. Hal ini tercermin dalam firman Allah SWT. pada al-Qur’an surat at-Tahrim ayat 6: (artinya) “Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.”

Dalam tafsir Kementerian Agama Republik Indonesia, ayat di atas mencerminkan besarnya tanggung jawab orang tua terutama ayah (laki-laki) untuk menjaga dan memelihara keluarganya dari keburukan api neraka. Orang tua tidak boleh egois hanya memikirkan keselamatan dirinya sendiri tanpa memperhatikan keselamatan anggota keluarganya.

Mengingat beratnya tanggung jawab orang tua untuk mendidik anaknya, maka dalam Islam tanggung jawab pendidikan tidak hanya dipikul oleh orang tua. Seperti dijelaskan oleh Ramayulis, pendidik dalam Islam ada empat.
Pertama, Allah SWT sebagai pendidik bagi semua makhluk-Nya.
Kedua, Nabi Muhammad SAW. Sebagai utusan-Nya yang menerima wahyu Allah SWT. yang kemudian bertugas menyampaikan petunjuk-petunjuk yang ada di dalamnya kepada seluruh manusia.
Ketiga, orang tua sebagai pendidik anak-anaknya dalam lingkungan keluarga.
Keempat, guru sebagai pendidik dalam lingkungan Pendidikan formal di sekolah. Tulisan ini akan mengeksplorasi bagaimana menjadi pendidik ala Rasulullah SAW.

Jangan lupa juga subscribe, like dan share channel Instagram Sriwijayapost di bawah ini:

Logo instagram.com/sriwijayapost/

B. Menjadi Pendidik: Menjadi Teladan Terbaik
Salah satu komponen penting Pendidikan yang sulit ditemui di era milenial seperti sekarang ini adalah kehadiran “Role model” atau teladan yang baik.

Firman Allah SWT.: “Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah SAW. itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banya menyebut nama Allah.” (QS. Al-Ahzab: ayat 21). Rasulullah SAW. merupakan sosok teladan yang terbaik bagi umat Islam. Bukan hanya ucapan beliau yang menjadi rujukan setelah al-Qur’an, tetapi juga perilaku beliau dalam keseharian menjadi teladan yang penting. Rasulullah merupakan “Role model” terbaik bagi kita, terutama sebagai pendidik.

Role model artinya adalah seseorang yang bisa menjadi teladan yang baik dari sisi pola pikir maupun perilaku yang dilakukan sehari-hari. Kebutuhan manusia akan “Role model” sejatinya merupakan fitrah. Dalam kehidupan manusia, role model pada dasarnya mengacu pada teori belajar sosial yang dikemukakan oleh Bandura. Teori ini menjelaskan bahwa pada hakikatnya proses belajar pada individu dapat terjadi karena observasi yang dilakukan oleh individu terhadap lingkungan atau orang lain yang ada di sekitarnya.

Pentingnya peranan role model dalam proses pembelajaran sejalan dengan perintah Allah untuk menjadikan Rasulullah SAW. sebagai suri teladan terbaik bagi umat Islam. Rasulullah SAW menjadi sosok yang dapat menginspirasi sekaligus memotivasi umat Islam dalam memperjuangkan cita-citanya.

Peran rasulullah SAW sebagai teladan diteruskan oleh para pendidik. Untuk dapat mendidik ala Rasulullah SAW. para pendidik harus mampu menjadi teladan atau role model bagi peserta didiknya. Apalagi di era milenial seperti sekarang ini, role model menjadi sangat bermakna bagi generasi milenial yang sering kehilangan arah dalam mencari jati diri.

Jangan lupa subscribe, like dan share channel TikTok Sriwijayapost di bawah ini:

Logo TikTok Sripoku.com

C. Rasulullah SAW: Pendidik Visioner
Rasulullah SAW pernah bersabda: “Didiklah anak-anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka akan hidup di zaman yang tidak sama dengan zamanmu.”

Hadits nabi di atas, jika dibawa ke dalam konteks Pendidikan dan pembelajaran, maka pendidik harus terus mengembangkan ilmu pengetahuan dan strategi mengajarkannya, agar dapat menyiapkan peserta didik untuk hidup di masa mendatang, bukan masa kini, apalagi masa lalu.

Hari ini, kita harus menyiapkan peserta didik untuk memasuki dunia kerja yang belum tercipta, dengan menggunakan teknologi yang belum ditemukan, untuk menyelesaikan permasalahan yang belum diketahui. Sebab anak-anak kita dan peserta didik yang kita didik hari ini tidak sedang menyiapkan bekalnya untuk hidup di hari ini dan masa sekarang, tetapi untuk menyiapkan bekal mereka untuk hidup di masa depan, sebuah masa yang berbeda dengan masa kini.

Strategi mendidik seperti yang dimaksudkan dalam hadits nabi tadi menggambarkan bahwa Rasulullah SAW adalah pendidik yang memiliki visi ke depan (visioner). Cara seperti ini yang harus dimiliki oleh pendidik di masa sekarang dan yang akan datang. Untuk menjadi pendidik yang visioner, pendidik setidaknya harus memiliki tiga persyaratan.

Pertama, pendidik harus adaptif. Di tengah arus globalisasi yang deras saat ini, di tambah kemajemukan bangsa yang menjadi kearifan local, tentu pendidik harus memiliki kemampuan beradaptasi dan bergaul dengan baik dalam kehidupan bermasyarakat. Kemampuan ini menjadi modal penting bagi pendidik untuk selanjutnya ditularkan kepada peserta didiknya.

Jangan lupa Like fanspage Facebook Sriwijaya Post di bawah ini:

Kedua, pendidik harus inovatif. Ketika Bilal bin Rabbah mengumandangkan adzan subuh dengan menambahkan kalimat “Assholatu khoirumm minannauum” (sholat itu lebih baik daripada tidur”, Rasulullah SAW tidak melarangnya. Sikap Rasulullah ini mencerminkan bahwa beliau memiliki sikap inovatif sebagai pendidik yang menghargai hal-hal baru yang bersifat positif dalam proses pembelajaran dan Pendidikan umat Islam.

Ketiga, pendidik visioner harus memiliki “impian” atau visi yang jelas. Pendidik yang memiliki visi yang jelas untuk memajukan peserta didiknya akan melakukan aksi nyata dalam mengembangkan potensi-potensi peserta didik untuk meraih “mimpi” atau visi. Sebagaimana Rasulullah SAW. yang selalu mencontohkan dalam kepemimpinannya, beliau memiliki visi besar yang disuntikkan menjadi semangat bagi para sahabat yang mendengarkan nasihat-nasihatnya.

Visi besar Rasulullah SAW. untuk berjuang memajukan umat Islam ini selanjutnya dikuti oleh aksi nyata untuk mewujudkan mimpi atau visi tersebut. Apa yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW. kepada kita semua seyogyanya menjadi referensi, agar kita dapat menjadi pendidik yang berarti dan bermanfaat bagi ummat, “Khoirunnas ‘anfa’u linnaas (sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia lain). Aaamiien ya robbal ‘aalamiin. ***

Update COVID-19 26 Januari 2023.
Update COVID-19 26 Januari 2023. (https://covid19.go.id/)
Sumber: Sriwijaya Post
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved