Opini
Kota Palembang Menuju Lompatan Pertumbuhan Ekonomi
Kegiatan usaha di lapangan usaha ini bukan lagi sekadar menjual kamar hotel atau sepiring pempek, tetapi menjual kenangan.
DI TENGAH lanskap konomi nasional yang terus beradaptasi pascapandemi, setiap daerah berlomba untuk tidak sekadar pulih, tetapi juga menemukan fondasi baru untuk pertumbuhan yang berkelanjutan.
Sebagai kota tertua di Indonesia, Kota Palembang menunjukkan sinyal-sinyal kuat bahwa ia tidak hanya kembali ke jalur yang benar tetapi juga bersiap berakselerasi dalam mendorong pertumbuhan perekonomian Sumatera Selatan dan nasional.
Target pertumbuhan ekonomi Kota Palembang sekitar 5-6 persen di tahun 2025 masih cukup realistis apalagi didukung konvergensi data fundamental yang solid. Bahkan pertumbuhan ekonomi Kota Palembang pada akhir pelaksanaan RPJMD 2025-2029 diduga akan sangat berperan dalam mencapai target pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 8 persen.
Analisis data ekonomi terkini (angka PDRB, investasi dan serapan tenaga kerja) menyingkapkan adanya tiga pilar fundamental yang menjadi penopang utama prospek perekonomian Kota Palembang, yaitu: investasi, kebangkinan konsumen dan peta jalan sektoral.
Tiga pilar ini harus menjadi fokus dalam orkestrasi kebijakan ekonomi ke depan untuk memastikan pertumbuhan ekonomi Kota Palembang berkualitas, mampu melakukan lompatan tinggi, dan mendarat di landasan yang kokoh.
Investasi
Investasi merupakan modal dan sinyal kepercayaan. Kepercayaan dunia usaha diterjemahkan dalam angka investasi yang solid. Berdasarkan data Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kota Palembang realisasi investasi di Kota Palembang hingga pertengahan tahun 2025 menunjukkan angka yang impresif, yaitu Rp 7,54 triliun hanya dalam kurun waktu enam bulan.
Angka ini tidak lebih hanya sekadar statistik, ia adalah representasi dari keyakinan investor terhadap stabilitas dan prospek masa depan ekonomi Kota Palembang.
Dalam teori ekonomi pembangunan, investasi atau Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB), adalah motor penggerak utama. Setiap rupiah yang ditanamkan oleh investor tidak berhenti pada satu titik, melainkan menciptakan efek ganda (multiplier effect) yang menjalar ke seluruh lapisan ekonomi.
Sebuah proyek konstruksi baru tidak hanya memberikan pendapatan bagi kontraktor utama, tetapi juga menciptakan permintaan bagi pemasok semen, baja, katering untuk pekerja, hingga warung-warung kecil di sekitar lokasi proyek. Efek inilah yang membuat dampak investasi jauh lebih besar dari nilai nominalnya.
Data menunjukkan investasi di Kota Palembang secara langsung diperkirakan telah menciptakan 4.849 lapangan atau kesempatan kerja baru bagi pencari kerja di Semester I tahun 2025. Fenomena ini menjadi bukti kuat bahwa Kota Palembang telah dilihat sebagai destinasi yang prospektif dan aman untuk berinvestasi bagi kalangan pemodal dan pebisnis.
Bila tren ini dapat dipertahankan maka investasi sepanjang tahun diproyeksikan akan mencapai Rp. 15,08 triliun. Investasi yang tercipta ini akan menjadi "uang muka" yang sangat besar nilainya bagi pencapaian target dan lompatan pertumbuhan ekonomi Kota Palembang khususnya dalam menopang perekonomian Provinsi Sumatera Selatan dan nasional.
Kebangkitan Konsumen
Kebangkitan konsumen dapat dianggap sebagai tulang punggung stabilitas ekonomi. Jika investasi adalah mesin pendorong dari sisi penawaran (supply-side), maka kekuatan konsumen merupakan fondasi dari sisi permintaan (demand-side). Di sinilah pilar kedua penopang utama prospek perekonomian Kota Palembang memainkan perannya.
Data Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Palembang menunjukkan sebuah cerita sukses yang senyap namun berdampak masif. BPS Kota Palembang mencatat terjadinya penurunan angka pengangguran yang konsisten dalam kurun waktu 2022-2024.
Pada tahun 2022 TPT Kota Palembang sebesar 8,20 persen ,turun menjadi 7,49 persen di tahun 2023, dan menyentuh 6,98 persen di tahun 2024. Penurunan angka pengangguran terbuka secara langsung mengindikasikan kesehatan pasar tenaga kerja dan berdampak pada peningkatan pendapatan agregat masyarakat.
Semakin banyak orang yang bekerja dan berpenghasillan, semakin kuat daya beli mereka, dan semakin kencang pula perputaran uang di sektor riil. Dalam kerangka ekonomi Keynesian, konsumsi rumah tangga adalah komponen terbesar dari PDRB.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.