Mimbar Jumat
Belajar Tentang Agama Versus Belajar dari Agama
Judul tulisan ini secara jelaskan membedakan praktik belajar tentang agama (learning of religion) dan belajar dari agama (learning form religion).
Abdurrahmansyah : Guru Besar Pascasarjana UIN Raden Fatah Palembang
Pendahuluan
Judul tulisan ini secara jelaskan membedakan praktik belajar tentang agama (learning of religion) dan belajar dari agama (learning form religion). Produk dari proses belajar tentang agama akan melahirkan rasa menguasai khazanah ilmu dan semangat untuk melakukan ritual, sedangkan hasil dari proses belajar dari agama akan melahirkan rasa beragama dan tumbuhnya spiritualitas.
Seringkali orang belajar agama justru berhenti atau berkutat pada ranah belajar tentang agama yang selanjutnya mendorong seseorang untuk melakukan ritual agama yang terkadang tanpa makna (meaningless). Banyak orang melakukan praktik ibadah tanpa mengerti hikmah dan nilai-nilai terdalam dari pelaksanaan ritual ibadah tersebut.
Sangat jarang seseorang belajar agama sampai mampu memiliki spiritualitas berupa kesadaran ke-Tuhanan yang selanjutkan membentuk sikap arif, sabar, nrimo, bijaksana, toleran, baik hati, santun, lembut, dan semua sifat kemanusiaan yang mencerminkan sifat ar-Rahman dan ar-Rahim Tuhan.
Dalam fenomena lain misalnya, pernahkan anda melihat orang yang belajar agama tetapi justru cenderung menjadi sombong, suka berdebat, menganggap remeh orang lain, merasa diri lebih benar, menganggap lebih suci, bahkan sampai pada tahap mengerikan yakni menganggap salah dan mengkafirkan orang lain yang tidak sejalan dengan pandangan dan pendapatnya tentang perkara agama.
Sikap tersebut jelas bukan hasil dari proses belajar yang baik. Sikap-sikap di atas merupakan gambaran jiwa yang resah dan tidak bahagia.
Padahal salah satu tujuan dari belajar agama adalah tumbuhnya rasa tenang, aman, dan bahagia, karena itulah fungsi sesungguhnya dari beragama itu.
Oleh karena itu, menjadi penting bagi setiap pribadi muslim untuk menilai apakah proses pembelajaran Islam selama ini sudah tepat atau jangan-jangan tidak produktif.
Learning From Religion sebagai Paradigma Pembelajaran Agama
Ada sebuah buku menarik berjudul Muslim Societies in Postnormal Times: Foresight for Trends, Emerging Issues and Scenarios (Z. Sardar et al, 2022).
Tulisan ini menggambarkan cepatnya perkembangan populasi muslim yang mencapai 2,19 milyar pada tahun 2030 dan 2,76 milyar pada tahun 2050.
Yang menarik adalah sebagian besar populasi muslim baru ini dari kalangan anak-anak muda di seluruh dunia. Penulis buku ini menjelaskan munculnya cara memahami agama (Islam) dari kalangan anak-anak muda yang kritis yakni sikap terbuka, mengakses banyak sumber bacaan, dan objektif.
Dalam memahami setiap isu-isu atau tema agama mereka menggunakan pendekatan multi-disipliner sehingga mendapatkan pemaknaan yang genuine dari setiap proses belajar.
Ada sebuah fenomena menarik dari cara generasi muda terpelajar era digital dalam memahami Islam. Melalui sikap jujur, objektif, dan open minded dalam membaca berbagai sumber belajar justru melahirkan sikap bijaksana.
Radikalisme Agama dan Pedagogy of Love |
![]() |
---|
Menjaga Bumi: Warisan Peradaban Islam dalam Menghadapi Krisis Lingkungan |
![]() |
---|
Toleransi dan Pendidikan Agama Islam, Menjaga Harmoni dalam Kehidupan Berbangsa |
![]() |
---|
Serukan Aspirasi Tanpa Anarki Pesan Nabi untuk Penduduk Negeri |
![]() |
---|
Refleksi Ruhani di Bulan Merdeka, Memaknai Kebebasan Jiwa saat Tidur |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.