Opini
PLTN, Solusi Krisis Energi dan Pemanasan Global
KRISIS energi yang melanda negara-negara di Eropa, Asia, dan bahkan Amerika dianggap menjadi bukti bahwa energi baru dan terbarukan
Sayangnya hingga kini masih terjadi pro dan kontra tentang pembangunan PLTN tersebut.
Pendapat yang setuju berargumentasi, dari tinjauan tekologi, teknologi nuklir untuk pembangkit listrik terus berkembang.
Limbah nuklir yang tanpa perlakuan baru bisa musnah di bumi dalam kurun ribuan tahun bisa dipercepat dalam hitungan jam dengan temuan teknologi baru. Dengan demikian, risiko limbah nuklir bisa dikurangi sangat signifikan.
Karunia Firdaus, Deputi Bidang Dinamika Masyarakat Kementerian Riset dan Teknologi menyatakan, PLTN dipilih karena efisien, penerapan teknologi yang semakin maju serta dapat menciptakan lingkungan yang lebih nyaman untuk masyarakat.
PLTN selain energi yang ramah lingkungan, juga jauh lebih baik jika dibandingkan dengan energi seperti air atau matahari.
Teknologi PLTN yang ada saat ini sudah teruji dan memiliki desain yang berlapis sehingga untuk faktor Safety Security dan Safeguards suatu PLTN sudah memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.
Nuklir kini aman, limbahnya sudah bisa dikelola dengan baik, sehingga tidak akan menimbulkan kekhawatiran pencemaran.
Studi kelayakan dilakukan, antara lain, di Kalimanatan Barat, Jawa Tengah dan Bangka Belitung.
David Devanney, CEO PT. Thorncon International, Pte Ltd, sebuah perusahaan dari AS, saat bertemu dengan Gubernur Bangka Belitung Erzaldi Rosman Djohan, mengungkapkan teknologi PLTN yang ditawarkannya memiliki tingkat keamanan yang tinggi, dan berbiaya lebih rmurah dari teknologi konvensional sebelumnya.
Thprncon Molten Salt Reactor ini jenis PLTN generasi ke-4 yang dirancang menggunakan bahan bakar dan menggunakan garam cair untuk pendinginnya, beroperasi pada temperatur tinggi, dan tekanannya mendekati tekanan atmosfer.
Namun, menurut Guru Besar Teknik Elekto UI Rinaldy Dalimi, PLTN tidak cocok dibangun di Indonesia yang rawan gempa bumi. Apalagi, keselamatan kerja di Indonesia rendah sehingga bisa memicu kecelakaan reaktor nuklir (Kompas, 27/4/2021). Selain itu, limbah radioaktif yang dihasilkan PLTN juga berbahaya bagi lingkungan.
Terlepas dari pendapat pro dan kontra, pembangunan PLTN di Indonesia menjadi opsi terakhir mencapai ketahanan energi. Diperlukan komitmen pemerintah untuk menetapkan pembangunan PLTN sebagai upaya menuju Indonesia bebas emisi. Dibutuhkan pemahaman yang baik tentang nuklir dari masyarakat.
Untuk itu, perlu diadakan sosialisasi PLTN secara intensif dan terus menerus dengan melibatkan berbagai pihak terkait. Upaya lain yang dilakukan adalah menerbitkan buku-buku tentang teknologi nuklir pada jenjang sekolah dan melaksanakan training-training bagi yang belum mengetahui nuklir. ***
Jurang Kesenjangan ala Wakil Rakyat |
![]() |
---|
Pengangguran Terdidik di Sumsel: Kesenjangan Kompetensi dan Kebutuhan Sektor Ekonomi |
![]() |
---|
Apakah Lebih Tepat Bung Hatta Disebut Bapak Ekonomi Kerakyatan, Bukan Lagi Bapak Koperasi ? |
![]() |
---|
Apakah Lebih Tepat Bung Hatta Disebut Bapak Ekonomi Kerakyatan, Bukan Lagi Bapak Koperasi ? |
![]() |
---|
Menilik Kualitas Kesehatan Penduduk Kota Palembang |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.