Opini
Apakah Lebih Tepat Bung Hatta Disebut Bapak Ekonomi Kerakyatan, Bukan Lagi Bapak Koperasi ?
Ketimbang Hatta, Menteri Kebudayaan Fadli Zon menyebut Margono Djojohadikusumo lebih tepat sebagai Bapak Koperasi Indonesia
Oleh Dasman Djamaluddin SH MHum
( Mantan Wartawan Sriwijaya Post, Penulis Biografi dan Sejarawan )
Ketimbang Hatta, Menteri Kebudayaan Fadli Zon menyebut Margono Djojohadikusumo lebih tepat sebagai Bapak Koperasi Indonesia. Sementara Hatta disebutnya sebagai Bapak Ekonomi Kerakyatan.
Itulah kalimat yang meluncur dari Menteri Kebudayaan Fadli Zon.
Ya, setiap tanggal 12 Juli, Indonesia selalu memperingati Hari Koperasi Nasional. Hari ini bukan sekadar seremonial, melainkan pengingat akan peran penting koperasi dalam kehidupan ekonomi rakyat.
Di balik perkembangan koperasi modern, Bung Hatta berdiri sebagai pelopor yang menanamkan prinsip demokrasi ekonomi, kemandirian, dan gotong royong . Dan Bung Hatta disebut sebagai Bapak Koperasi.
Namun tidak demikian halnya dengan Menteri Kebudayaan, Fadli Zon. Menurut Menteri Kebudayaan, Fadli Zon (2025), Margono Djojohadikusumo, pendiri Bank Negara Indonesia (BNI), lebih tepat disebut sebagai Bapak Koperasi Indonesia.
Sementara itu, Bung Hatta adalah Bapak Ekonomi Kerakyatan. Dan hal ini memicu kontroversi.
Kontroversi ini menimbulkan di berbagai kalangan. Perdebatan ini bukan hanya soal gelar, tapi menyentuh memori kolektif, historiografi, dan potensi polarisasi politik di Indonesia.
Mengapa Bung Hatta Disebut Bapak Koperasi?
Selama ini yang disebut Bapak Koperasi Indonesia adalah Mohammad Hatta atau yang kerap dikenal dengan sapaan Bung Hatta.
Selain merupakan salah satu tokoh proklamator kemerdekaan, sosoknya juga dikenal sebagai salah satu pendorong gerakan koperasi di Indonesia.
Biografi Moh Hatta yang Belajar Ilmu Koperasi Sampai ke Denmark
Menurut situs resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), Mohammad Hatta lahir pada 11 Agustus 1902 di Bukittinggi, Sumatera Barat.
Hatta merupakan anak kedua dari pasangan Muhammad Djamil dan Siti Saleha. Kakeknya bernama Syekh Abdurrachman atau Syekh Batu Hampar, seorang ulama besar dan ternama di Sumatera Barat pada masa itu.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.