Mata Lokal Desa
Sejarah Desa Talang Akar di Kabupaten PALI Pernah Bergaung di Panggung Internasional
Talang Akar adalah nama sebuah Desa yang berada di Kecamatan Talang Ubi Kabupaten PALI Sumatera Selatan, memiliki latar belakang sejarah yang kaya
Penulis: Apriansyah Iskandar | Editor: adi kurniawan
Menurutnya rumah sakit tersebut telah dibongkar atau tidak berfungsi lagi sekitar tahun 1960 an. Saat ini lokasi eks rumah sakit Stanvac yang menggambarkan kejayaan PALI tempo Doeloe itu telah beralih fungsi menjadi lokasi pemukiman rumah warga.
"Rumah sakit eks Stanvac itu dulu dibangun diatas lahan seluas 2 hektar kalau tidak salah. Sekarang tidak ada lagi bekas nya, sudah jadi pemukiman warga," terangnya.
Sekarang aset yang masih tersisa saat ini merupakan Gedung Geologi dan bengkel slambersi yang saat ini berubah menjadi pasar kalangan ( pasar mingguan).
"Itu dulu nya merupakan Gedung Geologis, yang merupakan tempat sampel-sampel tanah pengeboran dan juga merupakan perkantoran serta bengkel slambersi, kemudian setelah kosong dijadikan perkantoran oleh perusahaan Jepang bernama Nigata yang mengerjakan proyek penyambungan pipa dari Teras ke Pendopo. Dan saat ini dimanfaatkan masyarakat sebagai pasar tradisional kalangan," ungkapnya.
Selain itu, ia juga mengatakan kalau kawasan simpang tiga Talang Akar merupakan kawasan Pesanggrahan, merupakan tempat orang-orang penting perusahaan minyak Belanda saat itu.
"Pesanggrahan sekarang beralih fungsi menjadi SMPN 2 Talang Ubi. Dulu nya merupakan kawasan gedongan atau perumahan staf dan bos-bos perusahaan Belanda. Jadi terbagi menjadi beberapa wilayah, kalau untuk Tangsi merupakan perumahan karyawan biasa dan Pesanggrahan merupakan kawasan elit nya, untuk penduduk lokal berada di pinggiran Talang Akar," urainya.
Sementara Sunarto, Kepala Desa Talang Akar periode saat ini mengatakan, usai ditinggalkan oleh perusahaan gedung geologi ataupun gedung Nigata dimanfaatkan sebagai pasar mingguan oleh masyarakat saat ini.
"Dulu bukan Nigata namanya, sebelumnya merupakan perkantoran jaman Stanvac dan gedung geologi. Kemudian ditempati oleh perusahaan Jepang berganti nama menjadi Nigata, sekarang dimanfaatkan untuk pasar kalangan oleh masyarakat," kata dia.
Meski kondisi bangunan memperhatikan, namun setiap Minggu nya masyarakat Desa Talang Akar dan desa tetangga lainnya melakukan aktivitas jual beli di gedung peninggalan kolonial Belanda ini.
"Sebenarnya sudah ada pasar yang di bangunkan oleh Disperindag dikawasan Simpang tiga. Namun parah pedagang tidak mau di pindahkan sehingga bangunan pasar yang baru dijadikan sebagai gedung serbaguna untuk aktivitas masyarakat," jelasnya.
Ia juga mengatakan, bahwa pihak desa berencana akan merenovasi bangunan ini, agar masyarakat dapat lebih nyaman melakukan aktivitas jual beli.
"Kita juga berencana untuk melakukan renovasi bangunan ini, agar aktivitas jual beli dapat lebih nyaman kedepannya ,"ucapnya.
Tahun 1983 Talang Akar Menjadi Sebuah Desa
Heru Martin Mantan Kades Talang Akar mengatakan bahwa Talang Akar dari sebuah kampung, baru menjadi sebuah Desa pada tahun 1983 silam.
Saat itu Talang Akar merupakan sebuah Desa dari Kecamatan Talang Ubi Kabupaten Muara Enim (Sebelum Kabupaten PALI menjadi DOB).
Menurut Heru, berdirinya Talang Akar menjadi sebuah Desa dikarenakan banyaknya orang-orang pendatang yang bekerja di perusahaan Belanda pada waktu itu memilih untuk menetap di Talang Akar.
"Orang-orang yang dibawah oleh Belanda untuk bekerja disini, rata-rata orang-orang dari Jawa,Cepu, Blora dan sebagainya. Kemudian seiring berjalannya waktu Talang Akar menjadi sebuah Desa pada tahun 1983, pada masa kepemimpinan pak Bandi, Talang akar sudah sah menjadi sebuah Desa, Pak Bandi memimpin Desa Talang Akar selama 5 tahun. 2 Tahun sebagai Kepala Kampung dan 3 Tahun sebagai Kepala Desa," terangnya.
Heru juga mengatakan, pada saat terakhir kalinya PTSI meninggalkan Talang Akar sekitar Tahun 70-80 an, terjadi serah terima dengan pihak Pertamina.
Gedung-gedung dan perumahan karyawan yang ada di Talang Akar ini saat itu mulai dirobohkan oleh perusahaan, karena Pertamina berkantor di Pendopo, maka seluruh bangunan jaman Stanvac dulu dibongkar atau dirobohkan agar tidak lagi menjadi beban perusahaan dalam pembayaran pajak nya.
"Jadi saat ini yang masih tersisa ada beberapa gedung diantara nya gedung Tanah atau Geologis, bengkel slambersi atau Nigata pada waktu jamannya sudah menjadi kalangan, kemudian sekolah SMP dan Sekolah Rakyat Sekarang sudah menjadi SD Negeri, dan Masjid yang saat ini sudah direnovasi dari bentuk aslinya," kata Heru.
Heru juga mengatakan, bangunan yang paling bersejarah yang masih tersisa saat ini yaitu monumen sumur borenam yang ada di dusun 1 Desa Talang Akar. (Paltiga)
"Monumen itu dibangun kalau dilihat dari prasasti nya, itu dibangun sekitar tahun 1930 an, sebagai pengingat bahwa dilokasi sumur bor nomor 6 itu dulunya adalah sumur yang menghasilkan minyak paling besar, dan menjadikan lapangan minyak Talang Akar Pendopo (TAP) terbesar di Asia Tenggara," tuturnya.
Namun sayang nya, kondisinya saat ini tak terawat dan ditumbuhi semak-semak, karena tidak pernah dirawat oleh pihak Pertamina.
"Karena lokasinya berada di lokasi pengeboran Pertamina, maka pemerintah daerah sangat kesulitan untuk membangun jalan akses menuju monumen tersebut. Kami berharap pihak perusahaan dapat bekerja sama dengan pemerintah daerah dapat membangun akses jalan tersebut, agar sejarah kejayaan minyak talang akar dapat selalu dikenang oleh generasi mendatang, "pintanya.
Lebih lanjut diceritakannya untuk kawasan Pesanggrahan, saat ini telah berubah fungsi menjadi SMPN 2 Talang Ubi dan gedung Bioskop sudah menjadi lapang Futsal.
Sementara untuk rumah sakit sekarang telah menjadi kawasan pemukiman warga.
"Ada satu lagi yang masih tersisa dan masih beroperasi, yakni Setasiun pengumpul minyak atau boster talang akar yang usia nya hampir 100 tahun, dibangun sejak tahun 1926 an," Imbuhnya.
Pada masa transisi peralihan perusahaan, Talang Akar yang sekarang tentunya sudah menurun produksinya karena usia “mature.
Talang akar perlahan bagai bunga layu, para kumbang yang semula rajin menghampirinya mulai meninggalkan tanpa kesan yang jelas.
"Kondisi talang akar saat itu memperihatinkan, dengan kondisi jalan berlumpur, karena merupakan kawasan Desa Pelosok dari Kabupaten Muara Enim. Barulah ketika Kabupaten PALI berdiri, sekitar tahun 2013 an jalan akses Talang Akar sepanjang 15 kilometer menuju ke Pendopo Talang Ubi dapat dibangun,"ujarnya.
Meski tidak lagi menjadi penghasil minyak terbesar, Heru berharap pihak perusahaan maupun pemerintah Kabupaten PALI, tetap memperhatikan perkembangan Desa ini.
"Baik itu dari segi Insfratruktur yang kondisi jalan saat ini sudah banyak berlobang, maupun kesejahteraan masyarakat nya. Talang Akar ini merupakan daerah Ring 1 dari Pertamina. Rata-rata penduduk nya bekerja sebagai petani. Kami berharap Desa Talang Akar tetap menjadi perhatian dari pihak perusahaan maupun pemerintah Kabupaten," tandasnya.
Melihat Napal Jaringan Desa Singapura OKU, Wahana Seluncuran Alami di Sungai Ogan Digemari Anak-anak |
![]() |
---|
Desa Remayu, Jejak Perdagangan Kuno di Tengah Harta Karun Pecahan Keramik Belanda dan Cina |
![]() |
---|
Ruwatan Bumi di Karang Binangun Sumsel : Doa, Budaya, dan Bisikan Leluhur di Tengah Deru Zaman |
![]() |
---|
Inovasi Desa Talang Lubuk Banyuasin, Ubah Buah Nipah Jadi Tepung Bernilai Ekonomis Tinggi |
![]() |
---|
ASAL Usul dan Legenda Desa Semangus di Musi Rawas Sumsel, Berasal dari Ikan Sema yang Hangus |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.