Mata Lokal Desa

Melihat Napal Jaringan Desa Singapura OKU, Wahana Seluncuran Alami di Sungai Ogan Digemari Anak-anak

Pantauan di lapangan, napal yang membentang selebar sungai ini menjadi arena bermain favorit saat air sungai mulai surut.

Penulis: Leni Juwita | Editor: Odi Aria
Handout
NAPAL JARINGAN OKU- Fenomena alam yang dikenal warga dengan sebutan Napal Jaringan kembali muncul, menjelma jadi wahana bermain air alami yang ramai dikunjungi anak-anak setempat di saat musim kemarau tiba, Sabtu (26/7/2025). 

SRIPOKU.COM, BATURAJA- Musim kemarau tiba, dan keceriaan anak-anak kembali mewarnai aliran Sungai Ogan di Desa Singapura, Kecamatan Semidangaji, Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU).

Fenomena alam yang dikenal warga dengan sebutan Napal Jaringan kembali muncul, menjelma jadi wahana bermain air alami yang ramai dikunjungi anak-anak setempat.

Pantauan di lapangan, napal yang membentang selebar sungai ini menjadi arena bermain favorit saat air sungai mulai surut.

Anak-anak terlihat riang berseluncur di atas batuan licin yang dialiri air dari celah-celah napal. Fenomena ini menciptakan efek seperti air terjun mini yang menyegarkan, alami, dan memanjakan mata.

“Alhamdulillah, sejak musim kemarau ini, kami bisa main seluncuran lagi di napal,” ujar Deren, salah satu bocah dari Desa Singapura.

Disebut "napal jaringan" karena formasi batuannya menyerupai jaring nelayan, membentang dari tepi ke tepi Sungai Ogan.

Napal merupakan batuan kalsium karbonat yang mengandung tanah liat dan aragonit.

Di Desa Singapura, formasi napal ini menciptakan gelombang-gelombang alami yang menyisakan celah, di mana air mengalir membentuk air terjun mini.

Di hilirnya, terbentuk kolam alami dengan air yang jernih dan tenang, menjadi tempat anak-anak berenang dan bermain air.

Di atasnya, berdiri jembatan gantung yang menjadi ikon tersendiri.

Selain menjadi penghubung antar wilayah, jembatan ini juga menjadi tempat favorit untuk menikmati panorama napal dari ketinggian.

Tak hanya bermain air, anak-anak desa juga kerap memanfaatkan jembatan gantung sebagai tempat melompat ke sungai tradisi yang disebut warga sebagai "cum cakguman".

Mereka melompat sambil membawa ban mobil bekas, hanyut melewati jeram di celah napal, dan berakhir di kolam tenang di hilir sungai.

Momen ini menjadi bukti kuat hubungan erat masyarakat desa dengan alam sekitarnya. Mereka tumbuh, bermain, dan menjaga lingkungan yang menjadi bagian dari kehidupan sejak turun-temurun.

Sayangnya, potensi wisata alam Napal Jaringan belum tersentuh pembangunan.

Sumber: Sriwijaya Post
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved