Bisnis Vaksin, Kapitalisme 'Berjaket' Pandemi

Pandemi virus COVID 19 memang menjadi “hantu” yang menakutkan yang telah menewaskan 2,81 juta penduduk dunia.

Editor: Bejoroy
SRIPOKU.COM/Istimewa
Isni Andriana, SE, M.Fin, PhD Dosen Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sriwijaya 

Dapat dikatakan bahwa kemalangan bukan hanya bencana tetapi juga komersialisasi. Dalam situasi COVID 19 sepertinya berlaku pepatah ‘tidak ada makan siang gratis’.

Tak heran, banyak “tauke” seperti Rupert Murdoch mengerahkan daya upaya untuk berinvestasi di industri ini.

Jelas sekali bahwa ada peluang dari penderitaan global.

Pandemi semacam ini akan menunggu waktu untuk berulang.

Dari mulai publik ke privatisasi kemitraan, antara pemerintah dan perusahaan farmasi dalam kerangka menangkal ancaman pandemi.

Di Indonesia nama Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dan Menteri BUMN Erick Thohir terdampak ‘isu’ terlibat dalam praktek bisnis polymerase chain reaction (RT-PCR).

Dugaan keterlibatannya yaitu pada PT Genomik Solidaritas Indonesia (SGI). Perusahaan ini bertujuan untuk membantu tes COVID 19 saat awal pandemi.

Yang menarik adalah pendapatan perusahaan ini ditopang sepenuhnya oleh bisnis PCR dan alat kesehatan (alkes).

GSI juga disebutkan telah melakukan pemeriksaan PCR dengan porsi 2,5

Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved