Tantangan Perkuliahan Daring Di Sumsel
Tantangan Perkuliahan Daring Di Sumsel “Catatan Kecil Memasuki Perkuliahan Daring Tahun 2021"
Memasuki semester genap tahun akademik 2020/2021 dapat dilakukan secara campuran dalam jaringan, dan tatap muka dengan protokol kesehatan ketat.
Pandemi Covid-19 memberikan tantangan tersendiri untuk dunia pendidikan, yang menuntut harus siap mengajar dan belajar secara online/daring hingga menjadikan perkuliahan sarat dengan kompetensi, tepat, cermat dan cepat.
Disisi lain kompetensi, system, dan teknis belum mendukung sepenuhnya untuk itu.
Dikarenakan selama ini pembelajaran dilaksanakan oleh dosen terbiasa dengan pola lama dengan teacher centered.
Pembelajaran daring baru sampai pada wacana sebagai perangkat teknis, belum mengarah pada media pengubah cara berfikir dan bertindak, sebagai paradingma pembelajaran berbasis student center, untuk menjadikan peserta didik kreatif, inovatif yang menghasilkan karya, dan wawasan pembentukan peserta didik menjadi pembelajar sepanjang hayat.
Pembelajaran daring ini memberikan dampak peningkatan literasi digital pada mahasiswa dan dosen meliputi wawasan (knowledge), keterampilan (skills), dan perilaku (attitude) digital.
Sehingga, dapat optimal dalam memanfaatkan jaringan internet melalui smartphone, laptop, komputer, dan sebagainya dengan menggunakan aplikasi seperti Zoom,
Google Classroom, Google Meet dan berbagai virtual account lainnya yang berbasis internet dalam proses belajar mengajar.
Meningkatnya literasi digital ini juga mendorong percepatan implementasi revolusi industry 4.0 di kalangan perguruan tinggi.
3. Penerimaan Materi dalam Perkuliahan Daring
Tidak semua mahasiswa memiliki sarana pendukung yang cukup dalam perkuliahan daring.
Selain itu kondisi di rumah sebagai implementasi Study From Home (SFH) juga tidak sepenuhnya memberikan kenyamanan dalam peoses belajar karena ada faktor keluarga dan keterbatasan ruangan dan jaringan.
Selain itu kondisi dosen juga mempengaruhi proses belajar mengajar karena tidak semua dosen memiliki kompetensi dan keterampilan yang mumpuni dalam pemanfaatan sarana perkuliahan daring.
Rata-rata mahasiswa hanya bisa menerima materi pembelajaran dari dosen sekitar 60–70 persen.
Oleh karena itu proses belajar mengajar terasa lebih lambat dan relative lebih susah diterima.
Kondisi ini dikuatkan juga oleh pola mengajar beberapa dosen yang satu arah dan miskin interaksi atau diskusi.
Untuk mengoptimalkan perkuliahan daring ini diperlukan kerjasama yang sinergis antara dosen dan mahasiswa.
4. Merindukan Perkuliahan Tatap Muka
Hampir semua mahasiswa menyatakan memilih kuliah tatap muka bila kondisi sudah memungkinkan.
Mereka merindukan perkuliahan in class karena terjadi interaksi langsung memberikan sentuhan bermakna antara pendidik dan peserta didik, yang dapat merangsang pikiran, perasaan dan kemauan peserta didik.
Melalui interaksi langsung, pendidik mampu mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran sesuai dengan karakter dan kebutuhan peserta didik serta pencapaian tujuan pendidikan.
Lebih dalam lagi, interaksi secara langsung antara pendidik dan peserta didik mampu memunculkan perasaan saling membutuhkan, menghargai, kasih sayang, sampai perasaan rindu ketika peserta didik lulus dari mata kuliah yang diampu dosen tersebut.
Pembelajaran tatap muka juga akan menumbuhkan energy positif dalam pembelajaran yang lebih kuat pada mahasiswa maupun dosen itu sendiri.
5. Keterbatasan Sarana Prasarana Perkuliahan Daring
Ada sekitar 30 persen mahasiswa menyatakan keterbatasan sarana prasarana mengakibatkan perkuliahan daring tidak berjalan lancar.
Hambatan yang disampaikan terutama oleh mahasiswa dari keluarga kurang mampu dan atau mahasiswa yang tinggal di daerah yang cukup jauh dari kota.
Mulai dari kepemilikan Hp, computer, laptop, jaringan sampai kuota internet menjadi hambatan utama ketidaklancaran perkuliahan daring bagi mereka.
Kondisi ini perlu menjadi perhatian bersama antara Pemerintah Daerah setempat dan Perguruan Tinggi agar dapat mengatasi hambatan ini sesegera mungkin sehingga dapat mendukung kelancaran pembelajaran daring di era pandemi Covid-19.
Pembangunan infrastruktur dan jaringan sampai ke pelosok desa menjadi tanggung jawab pemerintah daerah, sedangkan bantuan kuota internet dapat diberikan oleh perguruan tinggi.
Namun demikian konstribusi dunia usaha juga dibutuhkan secara sinergis dan inovatif dengan perguruan tinggi dan dunia usaha untuk mendukung kelancaran pembelajaran daring secara terkolaboratif.
Sebagaimana kita maklumi bahwa WHO (Badan Kesehatan Dunia) sudah memberi informasi kepada seluruh dunia bahwa Covid-19 tidak akan hilang dengan mudah dan cepat di muka bumi ini meski vaksin telah ditemukan.
Oleh karena itu kita harus siap dan ikhlas hidup bersama Covid-19 secara produktif dan aman, termasuk dalam melanjutkan perkuliahan daring dengan melaksanakan perbaikan atas kekurangannya.-ans