“Konsep Pahala dan Dosa”

Dalam sistem menegement modern dikenal istilah “reward and punishment”.

Editor: Salman Rasyidin
zoom-inlihat foto “Konsep Pahala dan Dosa”
ist
John Supriyanto

Motivasi ibadah seperti ini dikhawatirkan ibarat seorang yang menanam, memupuk dan menyiram, namun ia tidak pernah akan mengetam.

Dalam konsep tasawuf Ibnu Atha’illah disebutkan : “Beramallah di dunia dengan ket­i­dak­ter­kenalan, niscaya engkau akan panen pahala di akhirat. Sebab seorang yang beramal de­ngan keterkenalan, ia hanya akan panen pahala di dunia, tidak lagi akan panen pahala di akhirat”.

Lebih jauh Rabi’ah al-Adawiyyah mengatakan bahwa seorang yang beribadah karena mengharap imbalan adalah seorang pekerja yang buruk.

Bahkan Al-Ghazali menyebutnya sebagai “ahl al-balah” (orang yang dungu).

Mengapa demikian? Karena ia beribadah sebatas mengharap pahala dari ibadahnya dan ha­nya menjadikan upah sebagai orientasi akhir dari ibadahnya.

Orientasi ibadah seperti ini akan sulit mencapai kualitas ikhlas yang sesungguhnya.

 Padahal, menurut para ulama’ tasawwuf ibadah yang paling ideal seorang hamba adalah ha­rus dibangun atas rasa cinta dan syukur serta mengabaikan nilai-nilai pahala yang di­jan­jikan.

Dalam dunia thariqat, pahala hanyalah sebagai hadiah dari Sang Khaliq atas prestasi ke­sha­lihan seorang hamba. Bahkan tidak sedikit para shufi yang memandang ‘syirik’ orang yang beribadah hanya mengharapkan surga atau takut neraka. Bukankah hanya Allah Swt. saja Zat yang paling berhak untuk dituju.

Lalu, bagaimana seharusnya hakikat pahala dan dosa dipahami dalam konteks ibadah dan mak­siat? Pahala dan dosa adalah sekedar iming-iming motivasi tingkat dasar agar ma­nu­sia gemar kebaikan dan takut kejahatan. Tak ubahnya seperti orang tua yang melatih a­nak­-anaknya berpuasa dengan iming-iming hadiah. Sebab dunia anak-anak belum mampu memahami hakikat makna puasa itu sendiri. Dengan demikian, ibadah yang dilakukan ha­nya mengharapkan pahala atau tidak berani berbuat maksiat karena takut berdosa adalah tingkat kualitas keagamaan yang paling rendah. Wallahu a’lam !

Sumber: Sriwijaya Post
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved