“Konsep Pahala dan Dosa”
Dalam sistem menegement modern dikenal istilah “reward and punishment”.
Namun begitu, ibadah seorang hamba sejati idealnya tumbuh dari keinginan meraih ridha Allah Swt. yang pure didorong oleh rasa syukur.
Oleh karena itulah ayat di atas diakhiri dengan kalimat “wa sanajzi asy-syakirin” (dan Kami akan memberikan pahala (di akhirat) bagi mereka yang bersyukur).
Pada prinsipnya, semua ibadah memiliki dua dimensi manfaat, jangka pendek berupa pahala dunia dan jangka panjang berupa pahala akhirat.
Al Qur’an menyebutnya tsawab an-dunya dan tsawab al-akhirah.
Ibadah shalat misalnyamemberikan efek ketenangan bathin bagi pelakunya dan Al Qur’an bagi pembacanya; shadaqah, infaq dan zakat yang menyebabkan harta dan rizki semakin berlimpah; menyambung tali silaturrahmi yang menjadi sebab diluaskannya rizki dan berkahnya usia; tahajjud yang merupakan media diberinya kedudukan dan kemuliaan; dhuha yang berefek pada kesehatan dan kelancaran urusan; taqwa yang melahirkan solusi atas segala masalah dan dianugerahi rizki yang tak terduga; dan lain sebagainya.
Semuanya merupakan efek manfaat duniawi yang dilimpahkan Tuhan pada setiap pelaku ibadah.
Sebagaimana halnya ibadah yang memberikan imbalan positif di dunia dan akhirat, dosa juga melahirkan imbas negatif di dunia dan akhirat.
Dalam Islam, semua jenis kasus jarimah (kriminal) –sebelum berlaku hukum akhirat- harus ditebus dengan hukum qishash di samping hukum sosial plus pengaruh buruk yang akan dialami secara personal.
Segala jenis narkoba dan minuman keras memberikan efek buruk bagi kesehatan, seperti halnya juga judi -dalam segala bentuknya- akan merusak mental, ekonomi dan bahkan keamanan pelakunya.
Sikap tidak jujur, curang, culas, khianat, kikir, ghibah, fitnah dan semua sifat buruk adalah dosa dunia yang akan menimbulkan kerugian jangka pendek di samping hukum akhirat yang sudah pasti.
Meskipun ibadah yang bertujuan mendapatkan keuntungan jangka pendek tetap diapresiasi, boleh dan sah-sah saja, namun Al Qur’an mengingatkan “wa la al-akhirat khair laka min al-ula” (dan sungguh (kebaikan) akhirat itu lebih adalah utama bagimu daripada (kebaikan) dunia).
Bahwa terlalu naif dan rugi dan bila orientasi ibadah hanya sebatas keuntungan dunia.
Bukankah dunia hanya seukuran usia dan bisa diprediksi batasan maksimalnya?.
Adapun akhirat adalah sebuah keabadian yang selamanya dan tanpa akhir.
Kerapkali seseorang beribadah ingin dikenal dan diketahui orang lain dengan tujuan dihormati, dimuliakan, dipuji bahkan ‘dipilih’ serta mendapat manfaat dan keuntungan jangka pendek.