Mimbar Jumat
Tiga Masjid Pondasi Peradaban Islam
Masjid Al-Haram adalah masjid paling kuno. Al-Qur’an menyebutnya sebagai rumah pertama yang dibangun di bumi.
Zakariya sebagai marbot masjid, Yahya dan Maryam sebagai remaja masjid. Maryam ditempa dalam mihrab khusus, menjadi wanita terbaik sepanjang masa. Jika Masjidil Haram mengajarkan status dan kesucian, Aqsha mengajarkan pengelolaan, pendidikan, dan karakter penjaga moral umat.
Masjid Nabawi
Masjid ini menjadi titik temu peradaban. Di sinilah terbentuk Piagam Madinah: kesepakatan besar antara komunitas berbeda pandangan, termasuk Yahudi dan Muslim.
Masjid Nabawi bukan hanya tempat ibadah, tetapi pusat pemerintahan, pendidikan, militer, ekonomi, dan sosial. Masjidil Haram adalah lembah air mata. Masjid Al-Aqsha adalah bangunan bergelimang darah.
Masjid Nabawi adalah masjid peradaban. Di Makkah, manasik dimulai dari perjuangan seorang wanita: Hajar. Di Aqsha ada istri Imran dan Maryam. Di Madinah ada pintu khusus perempuan: Bab an-Nisa’ yang masih difungsikan hingga kini. Bukti bahwa Islam tidak menyingkirkan perempuan.
Masjid Al-Haram memiliki Ismail sebagai remaja masjid Aqsha melahirkan Yahya, Isa, dan Maryam.Nabawi membina Abu Hurairah dan para sahabat besar. Inilah fungsi masjid yang sesungguhnya.
Tiga Masjid, Dua Pilihan Mulia
Quran tidak membiarkan kita hanya takjub. Ia menggugah: “Apakah kamu menganggap memberi minum jamaah haji dan mengurus Masjidil Haram sama dengan orang yang beriman, hijrah, dan berjihad di jalan Allah? Mereka tidak sama…” (At-Taubah 19–20).
Dua pilihan mulia, pertama menjadi pengurus masjid dan dimuliakan.atau menjadi orang beriman, berhijrah, berjuang dengan harta dan jiwa—lebih tinggi derajatnya.
Jika kini Islam menjulang megah, ingat: semuanya bermula dari petak tak beratap, lantai berdebu, tanpa jendela. Tempat yang tidak bisa melindungi dari hujan dan angin kencang. Sahabat menyeka kening karena debu menempel saat sujud.
Bahkan orang asing pernah mengencinginya karena dianggap bangunan kosong.
Namun di situlah para sahabat tinggal, belajar dan disatukan. Masjid Nabawi adalah tempat diajarkan peristiwa langit dan bumi, masa lampau dan masa depan.
Dari petak itu lahir prajurit penakluk dunia. Mereka melihat dunia hanya tempat singgah, lalu menggunakan hidup untuk mempersembahkan karya terbaik kepada Sang Pencipta.
Dari motivasi itulah untaian ajaran Islam sampai ke Nusantara. Dan kini, 1400 tahun setelah petak itu dibangun, kita masih bisa meminum hikmahnya dan menjadikannya bekal hidup.
Dari Masjidil Haram mari belajar tentang tauhid, ketaatan, dan totalitas penghambaan. Ka’bah adalah pusat arah hidup seorang Muslim: semua kembali kepada Allah, bukan kepada dunia.
| Masjid sebagai Jantung Peradaban Islam dari Masa ke Masa |
|
|---|
| Carut-Marut Umat Nabi, Jejak Pengakuan dalam Amanah Penyelenggaraan Haji |
|
|---|
| Radikalisme Agama dan Pedagogy of Love |
|
|---|
| Menjaga Bumi: Warisan Peradaban Islam dalam Menghadapi Krisis Lingkungan |
|
|---|
| Toleransi dan Pendidikan Agama Islam, Menjaga Harmoni dalam Kehidupan Berbangsa |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.