Opini
Integrasi Kearifan Lokal dalam Kurikulum Sangat Penting Bagi Siswa
Guru harus memiliki pemahaman mendalam mengenai kearifan lokal dan mampu menyampaikan materi secara menarik serta relevan bagi siswa.
Pertama, guru berfungsi sebagai penghubung antara siswa dan budaya lokal mereka. Melalui pendekatan kontekstual, guru dapat mengaitkan materi pelajaran dengan tradisi dan nilai lokal, seperti menyoroti peran kebudayaan lokal dalam sejarah Indonesia atau menjelaskan teknologi pertanian tradisional yang ramah lingkungan dalam pelajaran sains.
Kedua, guru berfungsi sebagai teladan dalam menginternalisasi nilai-nilai kearifan lokal. Siswa tidak hanya mempelajari teori, tetapi juga mencontoh sikap guru. Guru yang menghargai budaya lokal dan melibatkan siswa dalam kegiatan budaya memberikan contoh nyata pentingnya pelestarian nilai tersebut.
Ketiga, guru harus menciptakan suasana kelas yang mendukung penghargaan terhadap keberagaman budaya. Guru yang berintegritas dan terbuka terhadap budaya lain memberikan ruang bagi siswa untuk berbagi pengetahuan tentang kearifan lokal. Dengan demikian, kelas tidak hanya menjadi tempat belajar akademik, tetapi juga tempat yang menghargai dan merayakan kekayaan budaya Indonesia.
Terakhir, guru perlu berkolaborasi dengan masyarakat lokal dan orang tua untuk mengintegrasikan kearifan lokal dalam kurikulum. Kolaborasi ini memungkinkan guru mengundang praktisi budaya, memperkuat hubungan sekolah dan masyarakat, serta memastikan relevansi pendidikan dengan nilai masyarakat.
Pendidikan yang relevan tidak hanya menekankan penguasaan pengetahuan, tetapi juga pemahaman dan pelestarian nilai budaya lokal.
Kurikulum yang mengintegrasikan kearifan lokal dapat membentuk karakter siswa yang cinta tanah air, berwawasan budaya, dan adaptif terhadap tantangan global.
Dalam hal ini, guru memiliki peran penting sebagai penghubung antara pengetahuan akademik dan nilai budaya.
Oleh karena itu, pengembangan kurikulum yang memuat kearifan lokal harus menjadi langkah strategis dalam menciptakan pendidikan yang bermakna, kontekstual, dan berakar pada jati diri bangsa demi melahirkan generasi penerus yang menjadi obor peradaban masa depan, mencintai khazanah budaya, dan siap menghadapi dinamika global. (*)
Kota Wisata Kuliner dan Penduduk yang Kekurangan Makan |
![]() |
---|
Frustrasi Publik dan Pelampiasan Agresi pada Elit Bernama DPR |
![]() |
---|
Jurang Kesenjangan ala Wakil Rakyat |
![]() |
---|
Pengangguran Terdidik di Sumsel: Kesenjangan Kompetensi dan Kebutuhan Sektor Ekonomi |
![]() |
---|
Apakah Lebih Tepat Bung Hatta Disebut Bapak Ekonomi Kerakyatan, Bukan Lagi Bapak Koperasi ? |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.