Opini

Strategi Hidup Dalam Komunitas

RASULULLAH bersabda bahwa bagi siapa yang keluar dari jamaah walau sejengkal, maka sungguh telah terlepas ikatan Islam dari lehernya

Editor: Yandi Triansyah
Dokumen Pribadi
Prof. Dr. Hj. Uswatun Hasanah, M.Ag Dirda LPPK Sakinah Kota dan Dosen UIN Raden Fatah Palembang 

Keimanan seseorang tidak hanya dibuktikan dengan mengerjakan ibadah ritual, namun harus dapat direalisasikan dalam kehidupan berkomunitas.

Rasulullah seringkali berpesan agar tidak keluar dari komunitas terutama yang terdiri dari orang-orang muslim bagaimanapun kondisinya.

Sebab sesama muslim ibarat satu tubuh. Kebersamaan merupakan suatu kekuatan. Rasulullah pernah menjelaskan bahwa srigala akan memangsa domba yang sendiri (Abu Dawud, 547). Seekor domba cerdas yang terpisah dari komunitasnya disebabkan oleh terlalu lincah dan gesit sekalipun, akan menjadi incaran untuk dimangsa oleh para srigala.

Namun seekor domba yang lemah sekalipun tidak akan bisa menjadi mangsa srigala ketika ia berada dalam komunitasnya.

Rasullah juga menjelaskan bahwa bagi siapa yang ingin tinggal di dalam indahnya surga hendaknya tetap bersama komunitas karena sesungguhnya setan bersama dengan orang-orang yang menyendiri (al-Nasa’i, 9180).

Berkomunitas tidak hanya menghindarkan diri dari bahaya yang mengancam, dengan berkomunitas akan didapatkan kemudahan berbagai urusan, kejernihan pemikiran dalam pengambilan keputusan, ketepatan tindakan, keberlangsungan sebuah misi dan keberkahan.

Semua merupakan nilai tambah yang dirasakan secara psikologis melalui kebersamaan berkomunitas. Ada ketenangan dan merasa cukup meskipun bisa jadi secara kuantitas jumlahnya tidak banyak (Q.S. 7, 96). 

Musibah yang seolah hendak membinasakan pun akan terasa lebih ringan di kala bersama. Hanya dengan mengucapkan kalimat ‘Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un,’ dengan penuh kepahaman maka akan mendapatkan keberkahan yang sempurna serta rahmat Allah (Q.S. 2, 155-156).  

Interaksi sosial di dalam komunitas membutuhkan aturan sehingga tidak terjadi gesekan apalagi benturan di antara individu yang satu dengan lainnya.

Sebuah aturan yang tidak hanya mengedepankan rasionalitas dan kepentingan tetapi juga memperhatikan keterikatan emosi dan rasa (Westoby, 2020).

Sebuah hadis mauquf yang disandarkan kepada perkataan Umar bin Khatab menjelaskan tentang Islam sebagai metode mencari solusi terhadap perkara apapun yang tengah dihadapi.

”Kami adalah suatu kaum yang telah dimuliakan oleh Allah dengan Islam, maka bila kami mencari kemuliaan dengan selain dari cara-cara Islam maka Allah akan menghinakan kami  (Hakim, I/ 62).

Hadis tersebut dengan sangat tegas menjelaskan bahwa untuk masalah apapun pemecahannya adalah dengan berpedoman pada syariat Islam, tidak terkecuali dalam strategi berinteraksi dan berhimpun pada satu komunitas.

Islam sebagai sebuah syariat merupakan agama yang menjaga nilai-nilai kemanusiaan baik sebagai individu maupun anggota masyarakat.  

Seorang individu tidak akan bisa terlepas dari interaksi dengan sesama. Tidak sedikit dari kebutuhan hidup manusia harus ia dapatkan dari orang lain misalnya kebutuhan akan beras yang bisa didapat dari para petani yang menanam padi.

Halaman
1234
Sumber: Sriwijaya Post
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved