Opini
Maknai Muharam Lebih Optimal
Kata Muharam berasal dari Bahasa Arab memiliki makna diharamkan atau dipantangkan, yaitu waktu dilarang melakukan peperangan atau pertumpahan darah
Hakikatnya adalah hijrah yang berbentuk empiris di masa Rasulullah saw, menjadi hijrah dalam bentuk metafisik di zaman sesudahnya. Pelaksanaan hijrah secara maknawi oleh umat Islam sebagaiman sabda Rasulullah saw: Barangsia hari ini lebih baik dari hari kemarin, dialah tergolong orang yang beruntung, barangsiapa yang hari ini sama dengan kemarin maka dialah orang yang merugi, dan barangsiapa yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin maka dialah orang yang celaka (H.R. Hakim,457)
Jika kedatangan Ramadhan menjadi sarana bagi manusia kembali kepada fitrahnya yaitu menjadi hamba Allah yang bertaqwa (Q.S. al-Baqarah, 185), maka Muharam adalah bulan yang memiliki hakikat yang sama yaitu hijrah dari keburukan menuju kebaikan, dari kelalaian menuju ketaqwaan. Karena tujuan dari penciptaan manusia adalah semata-mata untuk beribadah kepada Allah (Q.S. adz-Dzari’at, 56). Manusia tidak dibiarkan begitu saja hidup di alam semesta tanpa pertanggung jawaban (Q.S. al-Qiyamah, 36). Manusia diciptakan dengan tanggung jawab untuk melaksanakan perintah dan meninggalkan larangan dengan penuh kepatuhan. Begitupun juga pada kemuliaan yang terkandung dalam bulan Dzulqa’dah, Dzulhijjah, dan Rajab. Pada saatnya Allah akan memberi balasan terhadap perbuatannya berupa balasan yang kekal abadi di akhirat nanti (Q.S. an-Nahl, 41).
Kepatuhan manusia tidak hanya berwujud menjalankan ibadah ritual kepada Allah sesuai sunnah Rasul. Namun manusia juga perlu menjalin hubungan yang baik dengan sesama manusia. Manusia yang shalih adalah yang berhubungan baik dengan Allah dan juga manusia lainnya. Sebagaimana Rasulullah saw diutus tidak hanya untuk mengajarkan cara beribadah pada Allah, namun juga mencontohkan bagaimana berakhlak kepada sesama manusia (H.R. Ahmad, 2: 381). Setiap manusia pernah berbuat salah. Namun yang paling baik dari yang berbuat salah adalah yang mau bertaubat (H.R. Tirmidzi, 2499).
Orang yang mau kembali pada Allah, meninggalkan maksiat menuju ketaatan. Ia mau berhijrah dari perilaku yang tidak disukai Allah kepada keridhaan Allah. Mengembalikan fitrahnya sebagai seorang hamba yang patuh kepada Rab-nya. Ibnu Katsir menerangkan taubat yang tulus dilakukan dengan cara menghindarkan diri dari dosa, menyesalinya, bertekad tidak mengulangi dosa tersebut di masa yang akan datang. Lalu jika dosa tersebut berkaitan dengan hak sesama manusia, maka ia harus menyelesaikannya atau mengembalikannya.” (Tafsir al-Qur’an Al-Azhim, 7: 323).
Perintah berhijrah dengan target puncaknya adalah kembali kepada fitrah diperintahkan kepada semua manusia. Allah sangat memahami hamba-Nya sebagai insan yang mudah tergoda dan melakukan salah dan khilaf, sehingga Allah memberikan jalan keluar dengan cara berhijrah menetapkan waktu istimewa di antaranya bulan-bulan istimewa. Firman Allah: Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Az Zumar: 53). Tentu saja hijrah yang dilakukan tidak boleh dilakukan dengan cara main-main. Setelah berhijrah, seseorang harus punya tekad menjadi baik dan tidak mengulangi lagi maksiat yang pernah dilakukan. Balasan kebaikan adalah kebaikan selanjutnya. Dan Allah akan menambah petunjuk kepada mereka yang telah mendapat petunjuk.” (Q.S. Maryam: 76).
Sebuah karunia terbesar dalam hidup seorang hamba jika bisa senantiasa istiqamah pada kebaikan. Bulan Muharam menghendaki manusia mampu berstiqamah dan ikhlas melakukan peningkatan amalan kebaikan. Tidak salah jika kaum muslimin memaknai bulan Muharam secara lebih optimal. Keikhlasan yang akan menjadi dasar dalam melakukan amalan sehingga menjadikan amalan itu ada dan bernilai. Kekal, karena diperhitungkan dan akan mendapatkan balasan dari Allah swt. Kekal juga karena memiliki manfaat bagi orang lain yang merasakan keikhlasan dari sebuah amalan seseorang.
Terakhir sebagai penutup, dalam catatan melakukan amalan hijrah menuju sesuatu yang lebih baik adalah bersegera terlebih saat momen istimewa itu datang. Raih kesempatan, dan bersegeralah kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.” (Q.S. Ali Imran: 133). Bersegera untuk melaksanakan hijrah meninggalkan maksiat dan meraih ampunan Allah. Bulan Rajab, Ramadhan, Dzulhijjah telah berlalu, sekarang adalah bulan Muharam. Satu di antara bulan yang ditetapkan Allah keistimewaan padanya. Semoga bisa memanfaatkannya lebih optimal untuk menjadi pribadi yang lebih baik dari waktu ke waktu.
| Peluang Memacu Pertumbuhan Ekonomi Kota Palembang Melalui E-Commerce |
|
|---|
| Kunci Sukses SE2026: Keterbukaan Informasi Pelaku Usaha |
|
|---|
| Tantangan Literasi Keuangan Syariah Di Era Digital |
|
|---|
| Arah Baru Tata Kelola: Mendengar Sebelum Mengatur |
|
|---|
| Menjaga Aset Umat dari Perilaku Koruptif dengan Paradigma Baru LPPK Muhammadiyah |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.