Opini
OPINI : Teknologi Persuasif Dalam AI, Mengubah Pola Perilaku Manusia
Penulis : Ayu Qoriah Sari, S.Sos )Pengusaha muda dan mahasiswi aktif Universitas Bina Darma Palembang)
Penulis : Ayu Qoriah Sari, S.Sos )Pengusaha muda dan mahasiswi aktif Universitas Bina Darma Palembang)
Dosen Pembimbing : Prof. Isnawijayanti, M. Si., P.h. D (Guru Besar Ilmu Komunikasi Universitas Bina Darma Palembang)
PERUBAHAN pola perilaku manusia membawa kita untuk mencermati bagaimana peran teknologi bisa membawa manusia pada kemudahan hidup atau malah menjadi malapetaka bagi kehidupanya. Melanggar nilai dan norma sosial serta hubungan spritual makhluk dengan Tuhannya. Manusia cenderung akan tumbuh dalam kegamangan, melupakan hakikat hidup sebenarnya. Pengendalian diri menjadi kunci utama dalam keselamatan dalam menghadapi perang teknologi yang semakin canggih.
Pada awal abad ke-20 membawa perubahan yang sangat menyeluruh serta transformatif yang mengubah, struktur, sistem, yang mendasar. Dengan kemunculan internet tahun 1990, kemudian disusul World Wide Wibe (WWW) terciptanya komunikasi interaktif juga personal. Dalam hal ini perkembangan media sosial mulai berkembang menjadi teknologi persuasif, puncaknya pada tahun 2000.
Perkembangan media sosial, smartphone tahun 2007, aplikasi seperti Facebook, Youtube, Instagram, semuanya dibangun diatas prinsip-prinsip teknologi persuasif. Mereka seolah dibuat untuk menciptakan keinginan beralih menjadi rasa ‘ketagihan”untuk selalu mengakses demi mencapai kepuasan untuk mendapatkan feedback sosial melalui like maupun komentar.
Bukan hanya itu, saat ini kita memasuki era Artificial Intelligence (AI) dimana dengan berkembangnya teknologi yang semakin maju juga masif, diperkuat oleh kecerdasan buatan sehinga membawa kemampuan persuasi ke tingkat yang lebih tinggi.
Dengan kemampuan membuat gambar, kemampuan untuk belajar, kemampuan beradaptasi, dan berinteraksi secara cerdas, memberikan data yang sesuai dengan keinginan pengguna.
Maka tidak berlebihan jika saat ini banyak manusia bergantung pada AI dalam menjalani setiap aktivitas kehidupannya. Dalam hal ini ilmu psikologi dan sosiologi bekerjasama memahami bagaimana perilaku pengguna. Dominasi Artificial Intelligence (AI) seperti ; Machine Learning, Deep Learning, Sistem Rekomendasi Cerdasm: Netflix, Spotify. Virtual: Siri, Google Assistant , Alexa. Pada periode ini AI fokus pada persuasi adaptif, adanya interaksi yang lebih mendalam juga prediksi perilaku manusia.
Dalam aktivitasnya pengguna internet cenderung tergoda barang-barang karena adanya notifikasi diskon, dengan frekuensi notifikasi yang terlalu sering , Apakah kita pernah berada dalam satu posisi memiliki kepentingan utuk mengecek satu hal dalam media sosial yang kita miliki, tetapi dalam kenyataannya kita menghabiskan waktu berjam-jam untuk menonton video atau aktivitas lainnya dan terkadang hilang fokus untuk mengerjakan hal yang lebih penting lalu teralihkan oleh sebuah notifikasi yang muncul di layar internet kita.
Secara tidak langsung, sebenarnya kita sudah mulai memasuki dunia dimana teknologi persuasi bekerja untuk mempengaruhi perilaku dan pengambilan keputusan tanpa kita sadari. Mengubah, memotivasi, serta mempengaruhi, untuk mencapai tujuan tertentu.
Teknologi persuasi memanfaatkan prinsip-prinsip psikologi, sosiologi, mendorong perubahan perilaku manusia baik dalam kehidupan sehari-hari, disini Algoritma AI menganalisis data dalam skala besar untuk memahami data seperti preferensi pola perilaku, bahkan mood pengguna, lalu menyesuaikan strategi persuasi secara real-time.
B.J. Foog “Persuasive Technology : Using Computers to Change What We Think and Do “ (2003). Teknologi ini memanfaatkan elemen interaktif, seperti feedback loops, gamification, atau pengingat otomatis untuk memotivasi pengguna agar melakukan tindakan tertentu, seperti meningkatkan gaya hidup sehat atau mengadopsi perilaku ramah lingkungan.
Teknologi persuasi memainkan peran penting dalam mengubah perilaku manusia, terutama di era digital melalui beberapa cara seperti: Meningkatkan kesadaran, mendorong pembentukan kebiasaan, memberikan dukungan berkelanjutan dengan cara kerja positive reinformance, dimana perilaku dikuti konsekuensi tindakan dan pendapat orang lain cenderung dapat mempengaruhi, Design that facilitates decision-making membuat pilihan yang diinginkan bagi pengguna yang berkaitan dengan tiga model yang dapat mendukung terjadinya perubahan perilaku; Motivation, Ability, dan Trigger. Ketiga elemen tersebut saling berkaitan dan sangat penting jika tidak ada salah satunya perilaku tidak akan terbentuk.
Dunia mengandung entitas dan yang terpenting adalah agen: entitas yang mengarahkan diri sendiri yang mana tindakan itu mempengaruhi dunia dan diri kita sendiri. Suatu entitas merupakan agen yang pada akhirnya bergantung pada persepsi. Semua sepakat bahwa orang lain, hewan, dan dewa semuanya adalah agen sedangkan sofa dan batu tidak.
Melihat suatu entitas sebagai agen mengubahnya dari objek fisik menjadi sesuatu yang memiliki keinginan dan niat (Dennet,1987), memungkinkan orang untuk memprediksi bagaimana entitas tersebut akan bertindak, mengapa mungkin ia bertindak seperti itu, dan bagaimana tindakan tersebut akan mempengaruhi. Pentingnya agen dalam dunia manusia saat ini bahwa manusia sering menggunakan kognisi berbasis agen ketika memahami dunia mereka dan memikirkan niat serta motivasi entitas(Waytz, mOrewedge,dkk.,2010).
| Peluang Memacu Pertumbuhan Ekonomi Kota Palembang Melalui E-Commerce |
|
|---|
| Kunci Sukses SE2026: Keterbukaan Informasi Pelaku Usaha |
|
|---|
| Tantangan Literasi Keuangan Syariah Di Era Digital |
|
|---|
| Arah Baru Tata Kelola: Mendengar Sebelum Mengatur |
|
|---|
| Menjaga Aset Umat dari Perilaku Koruptif dengan Paradigma Baru LPPK Muhammadiyah |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.