Ania Trisna Sampai Bawa Kasur ke Kantor, Kisah Komisioner Perempuan KPU Musirawas Saat Pilkada 2020
Salah satunya adalah Ania Trisna, satu-satunya komisioner perempuan dari lima komisioner KPU Musirawas yang bertugas di Divisi Hukum.
Penulis: Ahmad Farozi | Editor: RM. Resha A.U
SRIPOKU.COM, MUSIRAWAS - Pemilihan Kepala Daerah / Pilkada 2020 di Kabupaten Musirawas telah selesai.
Aktifitas di kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Musirawas yang sebelumnya sangat padat kini berangsur longgar.
Para komisioner yang sebelumnya sangat sibuk kini juga mulai santai, karena seluruh tahapan pilkada sudah selesai dilaksanakan.
Hiruk pikuk pilkada menyisakan beragam kisah dari para komisioner KPU Musirawas.
Baca juga: Personil Polri Harus Berpenampilan Baik, Wakapolres Musirawas Cek Sikap Tampang Anggota
Baca juga: Daftar 14 PNS di Pemkab Musirawas yang Ikut Pilkades, dari Pengelola Keamanan, Guru, Perawat & Camat
Salah satunya adalah Ania Trisna, satu-satunya komisioner perempuan dari lima komisioner KPU Musirawas yang bertugas di Divisi Hukum.
Dibincangi Sripoku.com di sela acara tasyakuran dan doa bersama di Kantor KPU Musirawas, Sabtu (27/2/2021), Ania Trisna menuturkan pengalamannya selama menyelenggarakan pilkada Kabupaten Musirawas yang baru usai.
"Banyak sekali pengalaman dan hikmah yang dapat dipetik selaku penyelenggara pilkada, khususnya di Pilkada Musirawas ini. Alhamdulillah, semuanya berjalan lancar, aman dan sukses," kata Ania Trisna.
Ia menceritakan, jika baru pertama kali ini jadi penyelenggara pemilu.
Sebelumnya dia merupakan dosen Sospol di Universitas Musirawas dan pengacara Posbakum di Lubuklinggau.
Masuk ke ranah penyelenggara pemilu, dirasakan berbeda dengan latar belakangnya selama ini.
Baca juga: UPDATE Sepekan Covid-19 di Musirawas, Bertambah 3 Kasus, 2 Meninggal, 5 Sembuh
Baca juga: KAPOLSEK Jajaran Polres Musirawas Tes Urine Dadakan, Ini Hasilnya, AKBP Efrannedy : Sanksi Tegas!
Baik dari sisi pekerjaan, maupun dari tekanan psikis (politis) yang dialami.
"Beban seorang perempuan di politik itu luar biasa setelah dijalani. Banyak yang dikorbankan, perasaan, berangkat pagi buta, kadang tidak pulang, begadang dan tidur di ruangan, dengan alas seadanya, diatas kursi di ruangan," kata Ania Trisna.
"Bahkan saya pernah sempat bawa kasur dari rumah ke ruangan saya. Persiapan kalau tidur di kantor. Kadang pulang dari kegiatan di Palembang, tidak langsung pulang ke rumah, tapi tidur di kantor KPU. Awalnya susah memang, tapi setelah dijalani, hikmahnya bisa lebih dewasa berpikir, sabar, ngadepin apapun itu, ikhlas," sambungnya.
Namun kata Ania, kesibukannya sebagai Komisioner KPU Musirawas sudah sangat menyita waktu, sehingga nyaris tak ada waktu untuk keluarga.
Tapi suami dan keluarganya sudah komitmen.
Baca juga: Kesaksian Bayu Seret Warga Lubuklinggau Ini Masuk Bui, Diciduk Satres Narkoba Polres Musirawas
Baca juga: Kinerja PNS di Lingkungan Pemkab Musirawas Dipantau Pakai Aplikasi e-RK, Malas Kerja Tunjangan Kecil
Dia juga sudah sudah menebalkan perasaan, berkorban untuk tidak bisa bercengkrama dengan anak-anak dan keluarga seperti biasanya.
Dan ia pun sadar, memang itulah resikonya jadi penyelenggara pemilu.
"Kedekatan dengan anak-anak hampir tidak ada waktu. Ini saja baru pulang dari Palembang sampai subuh tadi, anak masih tidur. Bangun pagi, di rumah hanya setengah jam, sayang-sayang anak sebentar langsung ke kantor lagi, itulah perjuangannya," katanya.
Apalagi kata Ania Trisna, Pilkada 2020 kali ini berlangsung di tengah Pandemi Covid-19.
Baca juga: Penuhi Keterwakilan Perempuan, DPP PAN Ganti 1 Tim Formatur DPD PAN Musirawas
Baca juga: Ketahuan Belangnya Pria di Musirawas Hanya Terdiam, Begitu Isi Celana Tersibak, Dibawa ke Polres
Setiap kegiatan dibatasi protokol kesehatan yang sudah ditentukan. Sehingga, dia tidak bisa leluasa mengajak anaknya ke kantor. "Dimasa pandemi kita mau bawa anak tidak mungkin," katanya.
Ania Trisna mengatakan bahwa selama menjadi komisioner KPU, dia mendapatkan pengalaman yang luar biasa dan kenal banyak orang.
Mulai dari aparatur pemerintah, TNI - Polri, partai politik, akademisi, LSM, wartawan dan beragam orang dengan latar belakang lainnya.
Karena kegiatan selama tahapan pilkada membuatnya harus berinteraksi dengan banyak orang.
Termasuk dengan penyelenggara di tingkat kecamatan dan desa.
"Hikmahnya ya kita jadi kenal banyak orang, dapat banyak kawan. Kita juga bisa lebih dekat dengan mereka, beda ketika saya jadi dosen atau pengacara," pungkasnya.