Hari Kartini

Antara Siti Nurbaya dan RA Kartini

Gaung peringatan hari RA Kartini 21 April masih terasa semarak.Bagi anak-anak TK dan SD, mungkin perayaan hari tersebut identik baju khas nu­santara

Editor: Salman Rasyidin
zoom-inlihat foto Antara Siti Nurbaya dan RA Kartini
ist
Muhammad Walidin, M.Hum.

Bila ia dimintai tolong oleh sua­mi­nya, ia merasa sebagai diperbudak.

Belenggu hendak mengoreksi keinginan kaum wanita yang ingin ‘bebas 100%’ se­perti tokoh Tini.

Akhirnya, Tono merasa Tini tidak menjalankan tugasnya se­ba­gai istri.

Ia berpaling ke tokoh Yah yang keibuan dan selalu menyambutnya de­ngan penuh kecintaan, melebihi istrinya sendiri.

 Yah mengerti kesukaan ’suami’; memberi sigaret kesenangannya, menyulutkan rokoknya, menanggalkan baju dok­ter dan sepatunya.

Tono merasa seolah-olah telah tercapai cita-citanya.

 Menurut Tono, Yah adalah wanita sejati.

Di rumah Yah, Tono hatinya tenang dan merasa tentram.

Tentu saja, hal ini menggambarkan rumah tangganya yang hancur beran­takan.

Dari kedua roman di atas, kehidupan pasangan modern dan terpelajar berbeda a­rah. Takdir mengisyaratkan kebahagiaan jatuh kepada pasangan Tuti dan Yusuf da­lam Layar Terkembang, sementara Tono dan Tini menggapai nasib buruknya da­lam Belenggu.

Dari penjelasan di atas dapat dimaknai bahwa roman Belenggu akan mendapat mak­na hakikinya bila dikontraskan dengan Layar Terkembang yang menjadi hi­po­gramnya.

Begitupun Layar Terkembang akan mendapat makna penuh bila dise­ja­jarkan dengan Siti Nurbaya.

 Layar Terkembang meneruskan ide-ide emansipasi wa­nita yang dikemukakan dalam Siti Nurbaya.

 Sedangkan Belenggu menentang ide-ide emansipasi yang berlebihan yang menyebabkan kehidupan rumah tangga han­cur dan tak bahagia, penuh ketidakharmonisan, dan ketegangan.

Hal ini kon­tras dengan ide emansipasi dalam Layar Terkembang yang menghendaki wanita be­bas menentukan nasibnya, bahkan kalau perlu tidak usah kawin bila tanpa cinta dan haknya tidak sama dengan laki-laki.

RA Kartini sebagai pejuang emansipasi wanita tampaknya akan sangat sedih me­li­hat kaumnya hanya tamat pendidikan dasar sebagai mana Siti dalam Siti Nurbaya. 

Ia juga akan sangat kecewa bila kaumnya terlalu ’maju’ seperti Tini dalam Be­leng­gu. 

Akan tetapi, ia akan sangat respek dengan wanita yang berprinsip seba­gai­mana tokoh Tuti dalam Layar Terkembang yang bisa memaknai esensi emansipasi dengan benar. SELAMAT HARI KARTINI

Sumber: Sriwijaya Post
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved