Hari Kartini

Antara Siti Nurbaya dan RA Kartini

Gaung peringatan hari RA Kartini 21 April masih terasa semarak.Bagi anak-anak TK dan SD, mungkin perayaan hari tersebut identik baju khas nu­santara

Editor: Salman Rasyidin
zoom-inlihat foto Antara Siti Nurbaya dan RA Kartini
ist
Muhammad Walidin, M.Hum.

Masalah emansipasi wanita di dalam Siti Nurbaya diangkat secara verbal saja, na­mun memiliki pengaruh besar bagi sikap pengarang maupun pembaca setelahnya. 

Siti Nurbaya menceritakan betapa nasib wanita berada di tangan-tangan lelaki di se­kelilingnya.

 Siti Nurbaya harus mengalah pada nasib untuk tidak meneruskan se­kolah, sementara Samsulbahri teman dan calon kekasihnya meneruskan sekolah ke­dokteran ke Jakarta.

Kekalahan kedua, Siti Nurbaya harus rela menerima Datuk Ma­ringgih sebagai suaminya karena ayah Siti Nurbaya terlibat hutang yang se­ngaja ditebar karena sang Datuk yang sudah ringkih ini ternyata doyan kawin.

Kekalahan Siti Nurbaya pada roman ini mengilhami tokoh Tuti dalam roman La­yar Terkembang untuk menjadi lebih terpelajar dan menjadi pejuang emansipasi wa­nita.

Perjuangan wanita ini digemakan dalam pidato-pidato Tuti di depan ber­ba­gai majelis secara bergelora dan menggebu.

Tuti juga berusaha mengamalkan per­samaan hak ini dalam kehidupannya serta mengajak kaum wanita untuk me­la­kukan hal yang sama demi kemajuan bangsa.

Tuti sebagai wujud transformasi ide-ide kamajuan sebagai mana dikemukakan dalam Siti Nurbaya, digambarkan se­ba­gai berikut.

Tuti adalah wanita yang insaf akan dirinya.

 Ia tahu andai ia pintar, ma­­ka banyak hal yang bisa dicapai.

Ia kukuh pendirian, tak suka beri memberi, ge­lisah bekerja, dan berjuang untuk cita-cita sesuai dengan pikirannya yang luhur.

Ia seorang pemimpin perkumpulan wanita ’Puteri Sedar’ yang menyakini bahwa pe­rempuan bangsanya memiliki nasib amat buruk dan diikat oleh beratus-ratus i­katan, yang harus tunduk pada kehendak kaum laki-laki sebagaimana terjadi pada Siti Nurbaya.

 Ia sangat konsekwen dalam perjuangan emansipasi yang terwujud da­lam pembatalan pertunangan dengan Hambali, putera Bupati Serang karena ti­dak memiliki persamaan persepsi.

Ia juga menolak lamaran Supomo yang tulus mencintainya, tetapi sebaliknya ia tidak mencintainya.

Pada akhirnya, Tuti men­da­patkan lelaki ideal, yaitu Yusuf.

Halaman
1234
Sumber: Sriwijaya Post
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved