Indonesia Gawat

Setelah Gawat Narkoba, Sekarang Indonesia "Darurat Ghibah"

Fenomena ghibah, semula merupakan sesuatu yang tidak biasa, kemudian menjadi biasa saja.Ketika menjadi biasa, sebetulnya luar biasa.

Editor: Salman Rasyidin
zoom-inlihat foto Setelah Gawat Narkoba, Sekarang Indonesia
Ist
DR M Adil

Di antara sahabat ada yang bertanya kenapa seperti itu?

Nabi SAW menjawab bahwa amal ibadah habis karena beralih ke pada orang yang digunjingnya dan dosanya bertambah karena dosa yang digunjingnya itu beralih kepadanya karena ulah ghibahnya.

Ketiga, pelaku ghibah akan diganjar dengan dosa yang nilai timbangannya lebih besar dari pelaku riba.

Riba saja, dosanya cukup besar.

Nah, ghibah ternyata lebih besar lagi dosanya.

Misalnya peringatan Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Abu Daud bahwa: inna min arbaar-riba al-istithalatu fi irdhi al-muslim bighairihaq (sesungguhnya termasuk riba yang paling parah adalah mengulurkan lisan terhadap kehormatan seorang muslim tanpa hak).

Perbuatan riba itu masih bisa diper debatkan, dibutuhkan waktu yang kadang prosesnya cukup panjang, sedangkan ghibah ringan sekali, kadang tanpa disadari, karena berkaitan erat dengan perilaku lidahnya.

Jadi, ghibah ini dapat dilakukan oleh orang kapan saja, sangat gampang, mudah, ringan di lidah, tapi, besar dampak
nya.

Perbuatan ghibah berupa menggunjing, mengumpat, menceritakan, menyebarkan kejelekan atau keburukan orang itu dilarang, karena dapat berlajut kepada mengolok-olok dan menghina seseorang.

Jika sudah sampai pada fase ini, maka dia akan bertambah besar dampaknya, betul-betul dapat merugikan orang lain.

Dari satu orang akan berlanjut kepada orang lain, sehingga dapat menyebar kepada banyak orang, bahkan semua orang di tempat itu. Terhadap perbuatan seperti ini Tuhan memperingatkan dalam Q.S. al-Hujurat: 11 bahwa:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokan kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokkan) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olokkan) wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olokkan)".
Dalam Q.S. al-Humazah: 1 disebutkan bahwa: "Dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri, yakni janganlah kalian mencela orang lain. Pengumpat atau orang yang mencela adalah orang-orang tercela dan terlaknat sebagaimana yang disebutkan dalam firman Allah SWT berikut, "Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela".
Perbuatan ghibah dapat menggerus pahala yang kitamiliki, mengalir pindah kepada orang lain.

Mungkinung kapan Nabi SAW: falyaqul khairan au liyasmut (berkata baik atau diam saja)” atau pepatah lama “diam adalah emas”, mungkin berlaku sebagai benteng yang dapat dilakukan oleh setiap individu supaya tidak menjadi orang yang bangkrut missal di akhirat.

Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved