UKT Unsri

Implikasi dari Turbulensi UNSRI

Konflik vertikal antara organisasi-terkait kemahasiswaan Unsri dan pihak rektorat telah menjadi konsumsi publik secara luas.

Editor: Salman Rasyidin

Di satu sisi, pertemuan dengan aktivis bermental keras, seperti mahasiswa yang sedang emosi, itu harus direkam dan disebarluaskan di website Universitas untuk tujuan dokumentasi kesepakatan.

Karena jika memang pihak universitas dalam posisi benar publikasi yang ada akan menjadi mekanisme kontrol dari potensi "ketidakpatuhan" pihak demonstran di masa depan.

Jadi tidak perlu mempertontonkan "surat laporan" yang secara tidak langsung menjadi wahana "pengajaran" untuk konsumsi mahasiswa.

Mahasiswa akan terdidik untuk dikit-dikit melapor pula kedepannya sehingga habislah waktu Negara ini untuk hal yang tidak produktif.

Pengajaran memang salah satu dari ruh tridharma perguruan tinggi namun tidak mempertontonkan "ajaran" seperti ini.

Sehingga masuk akal saya saat pimpinan perguruan tinggi di Inggris tersebut berkata kepada saya "Do you think it is plausible of bringing a lawsuit against our own-students"? let’s think about it Kaffah" ujarnya.
Namun demikian, saya sangat yakin para pimpinan UNSRI saat ini bekerja sangat keras dan tulus untuk mahasiswanya.

Hanya saya "misscommunication" yang mewarnai jalannya konflik yang terjadi ini.

Miskomunikasi ini sangat berbahaya apalagi dialam demokrasi yang belum matang dan sedang terus berkembang seperti di tanah air.

Sehingga pengayom meski menjadi gerbang pembuka komunikasi yang konstruktif untuk sebuat mufakat yang berkeadilan.

Kalimat bahwa "mahasiswa yang tidak mampu membayar hendaknya minta ke Rektor" seharusnya keluar sebelum pecahnya turbulensi di kampus indralaya sebagai peredam.

Tapi kita sadar memang mengurus universitas sebesar UNSRI tidak bisa Rektor sendirian semua elemen harus bersatu membantu.

Itulah mengapa penting bagi para dosen yang langsung bersentuhan dengan mahasiswa di kelas untuk selalu memberi motivasi positif bukan keluhan negatif tanpa solusi yang konstruktif atau bahkan caci maki tentang kondisi bangsa.

Bonus demografi Indonesia sebagaian besar termasuk mereka yang seusia para demonstran kemarin.

Sehingga sayang sekali jika mereka hanya menghabiskan waktu turun kejalan melupakan perpustakaan.

Bidang kemahasiswaan meski menjadi kunci perubahan UNSRI.

Karena sebagai seorang alumni, sama seperti mahasiswa dan pimpinan perguruan tinggi, hati saya juga selalu menggelorakan "Jayalah UNSRI-ku, Jayalah Sumsel-ku dan Jayalah Indonesia-ku".

Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved