UKT Unsri
Implikasi dari Turbulensi UNSRI
Konflik vertikal antara organisasi-terkait kemahasiswaan Unsri dan pihak rektorat telah menjadi konsumsi publik secara luas.
Sebab, mereka tidak semilitan mereka yang terbiasa turun kejalan dan tidak secerdik mereka yang terbiasa bersiasat serta berani secara kasat mata.
Dan rata-rata yang memiliki hal-hal tersebut adalah mereka yang aktif di organisasi kemahasiswaan
dan sayangnya kurang memperhatikan substansi akademis di kelas.
Kedua, persoalan Unsri kemarin diwarnai dengan proses laporan tindakan kriminal kepada para mahasiswa yang melakukan pengrusakan.
Sungguh ironi melihat secarik kertas yang menunjukan universitas "terpaksa" untuk melaporkan anak didik sendiri ke pihak berwajib.
Namun demikian, dapat dimengerti bahwa zaman saat ini, di negeri tercinta, kalau tidak melaporkan duluan maka akan dilaporkan.
Stigma publik biasanya akan langsung menjudge terlapor sebagai yang bersalah.
Namun lebih salah lagi, menurut sebagian orang, adalah pemukulan yang dilakukan pihak berwajib.
Mengapa?
Bisa dibayangkan, artinya rektorat sebagai orangtua yang memanggil pihak kepolisian tega melihat anak-anaknya dipukuli orang lain.
Disisi lain kita tidak menyalahkan pihak kepolisian karena mereka hanya menjalankan tugas dan mungkin pihak demonstran yang sudah tidak tertib lagi bahkan membandel berujung anarkis.
Sebenarnya kejadian diatas merupakan hal yang tidak perlu terjadi dan bisa diantisipasi.
Pihak universitas, untuk urusan krusial seperti ini, mungkin telah mengundang pihak perwakilan mahasiswa untuk audiensi memecahkan masalah.
Namun mungkin yang absen saat pertemuan tersebut adalah ‘trust’. Untuk menciptakan trust tersebut ada dua hal.
Pertama, pimpinan tertinggi suatu institusi hendaknya yang langsung turun tangan berbicara dengan hati namun tetap dengan wibawa.
Tengok saja Gubernur Alex (di youtube) mampu meredam emosi pendemo yang notabenenya orang-orang "keras" ketika demonstrasi besar-besaran angkutan batubara di DPRD Sumsel.
Sensenya berbeda jika sang-pembuat kebijakan langsung yang berbicara karena biasanya argument yang keluar itu mengalir, masuk akal, tegas dan berani mengambil keputusan di saat itulah.