Berita Muba

Tangan Ajaib Srikandi Desa Gajah Mati, Tanaman Herbal Tumbuh Subur di Atas Tanah 'Berminyak'

Di tengah hiruk pikuk penambangan minyak dari perut bumi Kabupaten Musi Banyuasin (Muba)

Penulis: Fajeri Ramadhoni | Editor: Yandi Triansyah
SRIPOKU.COM / Fajeri Ramadhoni
MEMERAS SARI JAHE - Yeni Lusmita, penggagas Kelompok Toga Kenanga Desa Gajah Mati, Kecamatan Babat Supat, sedang memeras sari jahe merah dan lemon hasil kebun sendiri untuk bahan dasar minuman herbal, Rabu (12/11/2025) 

Potensi inilah yang kemudian menarik perhatian PT Medco E&P Indonesia. Salah satu perusahaan minyak dan gas yang beroperasi di Kecamatan Babat Supat, Muba itu menjadikan Yeni sebagai sosok pioner pengembangan toga di Desa Gajah Mati.

Melalui program tanggung jawab sosial (CSR) dalam upaya pemberdayaan ekonomi khusus bagi desa-desa di sekitar lapangan migas, Yeni berhasil merangkul puluhan ibu-ibu di desa tersebut untuk bersama-sama mengembangkan toga di pekarangan masing-masing.

Mereka diberi bantuan bibit dan beragam alat serta berbagai pelatihan untuk membuat obat-obat herbal.

"Kemampuan mengolah bisnis toga ini berkat pendidikan nonformal bersertifikat sebagai herbalis yang saya ikuti pada 2015 di Pusat Pelatihan Pengobatan Herbal Karyasari Bogor. Pelatihan ini didukung PT Medco E&P dan saya berkesempatan mempelajari cara pengolahan sekitar 200 jenis tanaman obat," kenang Yeni 

Dari sanalah kemampuan Yeni dalam mengolah toga meningkat pesat sehingga bisa menghasilkan produk-produk herbal berlabel halal dan bersertifikat izin produk rumahan.

Usaha Yeni dan ibu-ibu kelompok binaan dalam memasarkan produk herbal juga berliku. Mulai dari berkeliling di pasar, kantor, bahkan dari rumah ke rumah.

"Alhamdulillah sejak masyarakat mengikuti trend back to nature, tanaman herbal semakin tinggi peminatnya. Bisa dikatakan program toga yang didukung PT Medco E&P ini tepat sasaran dengan keadaan terkini kami di masyarakat Desa Gajah Mati," ungkap ibu empat anak ini.

Usaha Yeni memasarkan produk herbal semakin diperkuat dukungan dari bimbingan tentang pengemasan dan pemasaran produk. Hasilnya luar biasa, kini kelompok Kenanga binaan Medco E&P telah menghasilkan 15 jenis produk herbal, mulai dari jamu instan, serbuk jahe merah, minuman kunyit asam, hingga camilan sehat berbahan herbal.

"Saat ini kami sudah punya rumah produksi sendiri dan mesin press untuk kemasan. Semua bantuan dari Medco sangat membantu sehingga produk kami jadi lebih rapi dan awet," terangnya.

Pemberdayaan yang dilakukan Medco E&P terbukti menimbulkan efek berganda di Desa Gajah Mati.

Tidak hanya meningkatkan pendapatan anggota KWT Kenanga, tapi juga mendorong ekonomi lokal.

Tak heran jika Rumah Herb Kenanga, rumah produksi yang dibangun pada 2022 dengan dukungan Medco E&P ini, sekarang menjadi pusat pembuatan berbagai produk herbal untuk kesehatan keluarga.

"Saat Covid-19 kemarin, permintaan obat herbal meningkat pesat. Kami bersyukur, di tengah lesunya perekonomian karena pandemi saat itu, desa kami bisa stabil di perputaran ekonomi berkat bisnis tanaman herbal ini. Semua warga merasakan manfaatnya. Sejak saat itulah sampai sekarang kami semangat untuk terus konsisten menjaga dan merawat tanaman herbal untuk keberlangsungan kehidupan lebih baik," ucap Yeni.

Perubahan besar dari kebiasaan hidup masyarakat di Desa Gajah Mati pun berubah pesat. Kini setiap pekarangan rumah warga tak pernah ada lahan kosong. Setiap jengkal tanah dihasilkan aneka tanaman herbal dan rempah yang dirawat sepenuh hati.

Hal ini diakuinya Sekdes Gajah Mati, Haryanto. Ia menilai keberadaan kelompok herbal ini membawa perubahan signifikan, terhadap keadaan perekonomian masyarakat Desa Gajah Mati.

Sumber: Sriwijaya Post
Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved