LIPSUS
Pendapatan Terus Menurun, Petani di OKI Ramai-ramai Alih Fungsikan Lahan Karet Menjadi Cetak Sawah
Mereka lantas dihadapkan dengan kenyataan pahit lantaran pendapatan sebagai petani karet dirasakan terus menurun.
Penulis: Nando Davinchi | Editor: Odi Aria
Namun, kondisi eksisting di lapangan menunjukkan lahan-lahan karet milik petani jauh lebih padat.
"Di lahan itu ada yang 800, ada yang 900 (batang) per hektarnya. Sedangkan dari target CSR itu kan per hektarnya 560 sekian," jelasnya.
Dikarenakan ketidaksesuaian data itulah membuat sistem program ini secara otomatis menolak sebagian lahan diajukan.
Sistem melakukan kalkulasi ulang yang berdampak pada pengurangan total luasan lahan yang akan dibongkar.
"Makanya dia (sistem) mengurangi luas lahan yang mau dibongkar. Ada sebagian yang ditolak oleh sistem, karena dianggap tidak siap dibongkar," tambah Margiono.
Dikatakan lebih lanjut, program alih fungsi lahan karet menjadi sawah menurut Margiono, diikuti sekitar 32 Kepala Keluarga (KK) atau 32 petani di Desa Lubuk Seberuk.
Dengan luasan kepemilikan lahan yang diajukan para petani ini pun hasilnya bervariasi, mulai 0,25 hektare, 0,50 hektare, hingga 1 hektare per orang.
"Seluruhnya itu awalnya lahan karet dan kini dialihfungsikan," tegasnya.
Margiono bahkan menyebut angka 38 hektar yang telah disetujui saat ini masih berpotensi berkurang lagi, lantaran proses verifikasi volume batang di lapangan masih akan terus dilakukan.
"Dari 38 hektar mungkin bisa kurang juga. Karena memang patokannya dari volume tadi," tuturnya.
Antusiasme ini, kata Margiono merupakan buah dari penantian panjang para petani yang ternyata telah mengajukan program ini sejak dua tahun lalu (2023) dan baru terealisasi sekarang (2025).
Diceritakannya, banyak petani hampir putus asa, beberapa nekat membongkar lahannya sendiri secara mandiri saking inginnya beralih ke sawah.
"Sangat diharapkan program ini. Kalau memang lebih banyak masih banyak yang mau ikut," ujarnya, yang ikut mengalihkan 1 hektare lahannya dalam program tersebut.
Meski perhitungan menggiurkan, Margiono mengakui masih ada sekitar 5 dari 32 petani yang awalnya ragu dan sempat ingin membatalkan diri dari program.
Alasan karena mereka lebih karena pertimbangan kebutuhan harian.
| Warga Was-was Setiap Melintas di 6 Perlintasan KA Tanpa Penjaga di Muara Enim |
|
|---|
| Dijual Bebas di Toko Obat, Tramadol Ternyata Masuk Dalam Golongan Narkoba, Bisa Sebabkan Kematian |
|
|---|
| LIPSUS: Pegawai Koperasi Tewas Dicor di Palembang Buka Usaha Sendiri, Uang Pendaftaran Rp 700 Ribu |
|
|---|
| LIPSUS: Kawasan Jakabaring dan Gandus Jadi Primadona Pembangunan Perumahan di Kota Palembang |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.