LIPSUS
Pendapatan Terus Menurun, Petani di OKI Ramai-ramai Alih Fungsikan Lahan Karet Menjadi Cetak Sawah
Mereka lantas dihadapkan dengan kenyataan pahit lantaran pendapatan sebagai petani karet dirasakan terus menurun.
Penulis: Nando Davinchi | Editor: Odi Aria
Kondisi ini diperparah dengan harga jual yang rendah, membuat petani enggan melakukan perawatan.
"Pohonnya sudah tua, sudah rusak. Apalagi karet ini harganya naik turun tidak menentu, jadi nggak kerumat (terawat) juga, sampai getahnya nggak keluar," jelas dia.
Novriansyah merinci perhitungan pahit yang dialami petani karet saat ini. Ia mencontohkan dalam setengah bulan 15 hari, petani paling maksimal mendapatkan uang Rp 1 juta hingga Rp 1,2 juta.
"Itu pun belum dipotong bensin motor untuk ke kebun segala macamnya, masih kotor itu,"
"Kalau satu bulan berarti kalau kita ambil rata-rata cuma Rp 2 juta. Setahun hanya berkisar Rp 24 juta," hitungnya.
Angka ini menurut Novriansyah, sangat tidak sebanding potensi penghasilan dari cetak sawah baru.
Dia pun memproyeksikan, sekali panen padi dalam siklus 3-4 bulan, petani bisa mendapatkan hasil kotor yang mencapai Rp 30 juta.
"Perbandingannya sudah jauh. Itu (karet) satu tahun Rp 24 juta, ini maksimal 4 bulan (sawah) Rp 30 juta," tegasnya.
Diutarakan dia, keuntungan petani sawah tidak berhenti sampai di situ. Novri menyebut wilayah Lubuk Seberuk kini sudah mulai menerapkan pola tanam IP 300 atau tiga kali tanam dalam setahun.
"Jika diambil rata-rata terendah, misal Rp 20 juta per panen, petani bisa kantongi Rp 60 juta per tahun,"
"Kalau karet setahun cuma berapa Rp 24 juta, itupun kotor," paparnya.
Dikonfirmasi secara terpisah Ketua Kelompok Tani (Gapoktan) Widyatama Tani Mandiri, Margiono menjelaskan program cetak sawah berasal dari dana corporate social responsibility (CSR) yang memiliki aturan ketat terhadap kepadatan tanaman.
Pengurangan luasan terjadi karena jumlah volume batang karet lahan petani ternyata jauh melebihi target yang ditetapkan sistem program.
"Itu pengurangan informasinya dari jumlah volume batang karet," kata Margiono.
Margiono memaparkan, standar yang ditetapkan oleh program CSR tersebut adalah sekitar 560 batang pohon dalam per hektare.
| Warga Was-was Setiap Melintas di 6 Perlintasan KA Tanpa Penjaga di Muara Enim |
|
|---|
| Dijual Bebas di Toko Obat, Tramadol Ternyata Masuk Dalam Golongan Narkoba, Bisa Sebabkan Kematian |
|
|---|
| LIPSUS: Pegawai Koperasi Tewas Dicor di Palembang Buka Usaha Sendiri, Uang Pendaftaran Rp 700 Ribu |
|
|---|
| LIPSUS: Kawasan Jakabaring dan Gandus Jadi Primadona Pembangunan Perumahan di Kota Palembang |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.