Opini
Teknologi untuk Manusia atau Manusia untuk Teknologi?
Konsekuensi sistem civil law yang dianut bumi pertiwi, mau tak mau kepastian hukum harus dihimpun dalam produk hukum tertulis.
Ribuan produk legislasi yang dihasilkan adalah contoh keberhasilan pemerintah bersama parlemen dalam membuat teks peraturan hukum.
Akan tetapi struktur hukum (penegak hukum) dan budaya hukum yang masih perlu dibenahi (Moh Mahfud MD, 2018).
Budaya digitalisasi yang diterapkan masyarakat masih belum diimbangi dengan literasi digital yang paripurna.
Contoh sederhana di bidang pinjaman online (pinjol). Pada tahun 2024, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat dana peer to peer (P2P) lending atau pinjaman online (pinjol) yang belum dilunasi mencapai Rp 72,03 triliun.
Tunggakan utang yang bernilai fantastis menjadi cerminan sosial, bahwa masyarakat menggunakan pinjol atas dasar “kemauan” tanpa diimbangi dengan “kemampuan” membayar utang.
Terlebih lagi, utang digunakan atas dasar memenuhi gaya hidup (life style), bukan kebutuhan hidup.
Harus diakui, kedewasaan masyarakat dalam bersikap di dunia maya masih belum memuaskan. Hal ini terlihat dari informasi yang disampaikan Kemenkomdigi, pada tahun 2024 terdapat 1.923 konten hoaks.
Selayaknya peraturan hukum, tidak cukup dengan menulis dan membaca teks. Masyarakat harus mampu menggali nilai, norma maupun asas yang dibuat dalam regulasi.
Aplikasi seyogianya jangan dijadikan jalan pintas untuk memenuhi goals (tujuan yang dicapai). Manusia tetap menjadi pengendali atas semua perangkat teknologi.
Platform adalah penunjang kreativitas yang berbasis nilai dan moral.
Situs dan aplikasi merupakan objek hukum yang tidak mempunyai parameter dalam menilai baik atau buruk seperti yang dimiliki manusia pribadi kodrati selaku subjek hukum.
Pemanfaatan atas perangkat di dunia maya yang kebablasan akan menghancurkan generasi manusia yang selalu dituntut berpikir kritis dan analitis.
Sama halnya yang disampaikan oleh Satjipto Rahardjo, bahwa hukum untuk manusia, bukan manusia untuk hukum.
Maka dari itu, apakah teknologi untuk manusia atau manusia untuk teknologi? Mari kita renungkan bersama. (*)
Simak berita menarik lainnya di sripoku.com dengan mengklik Google News.
| Presiden Ikut Bicara Maraknya Perundungan di Lingkungan Sekolah |
|
|---|
| Makan Bergizi Gratis, Ekonomi Bertumbuh? Janji Besar yang Harus Dibuktikan! |
|
|---|
| Bawang Merah dan Bawang Putih: Koperasi Merah Putih |
|
|---|
| Komunikasi Kebencanaan: Titik Buta Tata Kelola di Indonesia |
|
|---|
| Merubah Paradigma Statistik Sektoral dari Kewajiban Birokratis Menuju Kebutuhan Strategis |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/palembang/foto/bank/originals/Muhammad-Syahri-Ramadhan-1.jpg)