Opini

Presiden Ikut Bicara Maraknya Perundungan di Lingkungan Sekolah

PRESIDEN RI Prabowo Subianto menyoroti maraknya kasus perundungan (bullying) yang terjadi di lingkungan sekolah

Editor: Yandi Triansyah
SRIPOKU.COM/Istimewa
Dasman Djamaluddin SH.M.Hum. Mantan Wartawan Sriwijaya Post , Jurnalis, Sejarawan 

Dikutip dari berbagai sumber, perundungan (bullying) adalah tindakan menyakiti, merendahkan, atau menindas orang lain yang dilakukan secara sengaja dan berulang-ulang, sering kali memanfaatkann ketidakseimbangan kekuatan antara pelaku dan korban. Tindakan ini bisa bersifat verbal, fisik, maupun sosial, dan dapat terjadi di berbagai lingkungan seperti sekolah, tempat kerja, maupun online (cyberbullying).
 
Ciri-ciri utama perundungan:

* Disengaja : Pelaku memang berniat untuk menyakiti atau merugikan korban.
* Berulang : Perilaku ini terjadi lebih dari sekali atau berpotensi terjadi berulang kali.
* Ketidakseimbangan kekuasaan : Pelaku menggunakan kekuatannya (fisik, popularitas, informasi) untuk mengendalikan atau menyakiti korban.
Dampak negatif: Bullying dapat menimbulkan dampak fisik dan psikis yang serius bagi korban, seperti trauma, depresi, dan masalah kesehatan lainnya. 

Bentuk-bentuk perundungan:

* Verbal : Menghina, mengejek, mengancam, memfitnah, atau mempermalukan orang lain.
* Fisik : Memukul, menendang, menjegal, meludahi, atau merusak barang milik korban.
* Sosial : Mengucilkan atau memanipulasi hubungan sosial seseorang, misalnya menjauhi seseorang di depan umum.
* Cyberbullying : Menggunakan teknologi digital untuk menyakiti korban, seperti mengirim pesan kasar, menyebarkan rumor, atau mengunggah konten pribadi tanpa izin. 

Perundungan yang Menggemparkan

Menurut saya, perundungan yang menggemparkan itu terjadi di Insiden Ledakan di SMAN 72 Jakarta. Sebuah ledakan terjadi di SMA Negeri 72, Kelapa Gading Barat, Jakarta Utara, pada 7 November 2025. Polda Metro Jaya mendalami motif terduga pelaku ledakan di sekolah itu, yang diduga adalah korban perundungan (bullying) oleh siswa lainnya.

Perundungan memiliki banyak bentuk dan tidak selalu tampak sebagai tindakan besar. Secara terpisah, Kepala SMAN 72 Jakarta, Tetty Helena Tampubolon, membantah adanya laporan perundungan dari siswa maupun guru.  

“Yang saya panggil memang satu, lalu saya minta tolong ke tiga guru BK lainnya, ‘siapa yang sudah dihubungi?’ Ternyata jawabannya, ‘Bu, kami enggak ada (laporan soal bully),’” kata Tetty.
 
Ledakan terjadi di masjid SMAN 72 Jakarta pada Jumat sekitar pukul 12.15 WIB, saat siswa dan guru tengah melaksanakan salat Jumat. Masjid tersebut berada di dalam kompleks Kodamar TNI Angkatan Laut, Kelapa Gading.  

Menurut saksi, suara ledakan pertama terdengar ketika khotbah berlangsung, kemudian disusul ledakan kedua yang diduga berasal dari arah berbeda. Insiden ini mengakibatkan 96 orang luka-luka.

Penyelidikan awal menunjukkan terduga pelaku merupakan salah satu siswa di sekolah tersebut, yang sebelumnya dikabarkan mengalami perundungan dan diduga menjadi salah satu latar belakang aksinya.
 
Polisi juga menemukan benda menyerupai airsoft gun dan revolver di lokasi kejadian. Setelah diperiksa, keduanya dipastikan merupakan senjata mainan. Saat ini, motif dan penyebab pasti ledakan SMAN 72 Jakarta masih dalam penyelidikan kepolisian. (*)

 

Sumber: Sriwijaya Post
Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved