Opini

Agar Program MBG Aman dari KLB: Tak Lolos Uji Organoleptik, Kembalikan Nasi ke SPPG

Sayangnya, beberapa sekolah masih ragu melaporkan KLB karena khawatir menimbulkan kontroversi.

Handout
Dr. Jalaluddin, MPSA Pengamat Pendidikan Sumatera Selatan 

Mengapa Tahap Penerimaan Krusial?

Jika dianalogikan, tahap penerimaan makanan adalah “pintu gerbang” terakhir.

SPPG bisa saja sudah menerapkan standar tinggi di dapur, tetapi selama distribusi makanan bisa mengalami kontaminasi: terlalu lama di perjalanan, terpapar suhu ruang, atau wadah yang tidak steril. Semua risiko ini bisa diminimalisasi jika sekolah benar-benar disiplin dalam uji organoleptik.

Dengan kata lain, kualitas program MBG bukan hanya menjadi tanggung jawab SPPG semata atau pemerintah pusat, tetapi juga sekolah sebagai pelaksana langsung.

Tanpa partisipasi aktif sekolah, program sebesar apa pun tidak akan memberikan hasil maksimal.

Kesimpulan

Program Makan Bergizi Gratis adalah program visioner untuk mencetak generasi emas 2045.

Namun, kasus keracunan massal di sejumlah daerah menunjukkan masih ada titik lemah yang harus segera diperbaiki. Salah satu kunci perbaikan adalah memperkuat tahap penerimaan makanan di sekolah.

Prinsip sederhana “tak lolos uji organoleptik, kembalikan ke SPPG” harus menjadi budaya baru di setiap sekolah penerima MBG.

Dengan menegakkan disiplin SOP Kemdikdasmen, mendokumentasikan setiap penerimaan, serta melibatkan guru dan siswa dalam edukasi gizi, risiko KLB dapat ditekan seminimal mungkin.

MBG bukan hanya soal “nasi kotak gratis,” tetapi investasi kesehatan, pendidikan, dan karakter generasi muda. 

Oleh karena itu, mari jadikan sekolah sebagai garda terdepan pengawas kualitas makanan, demi memastikan setiap suapan yang masuk ke mulut anak bangsa benar-benar aman, sehat, dan bergizi. (*)

Sumber: Sriwijaya Post
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved