Opini
Agar Program MBG Aman dari KLB: Tak Lolos Uji Organoleptik, Kembalikan Nasi ke SPPG
Sayangnya, beberapa sekolah masih ragu melaporkan KLB karena khawatir menimbulkan kontroversi.
Jika ada satu indikator saja yang mencurigakan, makanan harus ditolak.
Guru yang bertugas wajib mencatat temuan ini di formulir penerimaan makanan, melaporkannya ke kepala sekolah, dan segera menghubungi SPPG untuk penggantian.
Sayangnya, dalam praktik, tahap ini belum menjadi budaya di sekolah.
Guru piket menandatangani daftar penerimaan tanpa benar-benar melakukan pemeriksaan. Akibatnya, makanan yang sudah rusak atau tidak layak tetap dibagikan.
Prinsip “Tak Lolos, Kembalikan ke SPPG”
Mengembalikan makanan yang tidak layak bukan berarti memutus program atau mempermalukan pihak penyedia. Sebaliknya, ini adalah wujud tanggung jawab sekolah untuk menjaga keselamatan siswa.
Ada tiga alasan utama mengapa prinsip “tak lolos, kembalikan ke SPPG” harus ditegakkan:
- Keselamatan Siswa Adalah Prioritas. Siswa sekolah, terutama anak-anak usia SD, merupakan kelompok paling rentan terhadap keracunan pangan. Makanan basi atau terkontaminasi dapat berdampak serius pada kesehatan mereka.
- Umpan Balik untuk Perbaikan. Dengan adanya pengembalian, SPPG bisa mengevaluasi rantai produksi dan distribusi. Tanpa pengembalian, kesalahan serupa bisa berulang.
- Akuntabilitas Sekolah. Sekolah bukan sekadar penerima pasif, tetapi pengawas kualitas.
Tindakan mengembalikan makanan adalah bentuk integritas sekolah dalam menjalankan SOP Pelaksanaan Program MBG di Satuan Pendidikan.
Hal ini sejalan dengan Permenkes No. 1096/MENKES/PER/VI/2011 tentang Higiene Sanitasi Jasa Boga yang mewajibkan setiap unit penyelenggara makanan untuk memenuhi standar keamanan pangan.
WHO (2023) juga menegaskan pentingnya pengawasan berlapis di titik penerimaan sebagai strategi mencegah foodborne disease di sekolah.
Peran Guru dan Administrasi Dokumentasi
Guru adalah ujung tombak pelaksanaan Program MBG di Satuan Pendidikan. Namun, banyak guru yang belum mendapatkan pelatihan memadai tentang indikator sederhana kerusakan makanan.
Karena itu, sekolah perlu membuat daftar periksa (checklist) organoleptik yang mudah dipahami.
Contoh sederhana checklist penerimaan makanan, Pertama; Warna nasi sesuai (tidak berubah kekuningan atau kehijauan). Kedua; Bau lauk normal (tidak asam atau tengik). Ketiga, Tekstur daging/ikan tidak berlendir. Keempat, Sayuran segar, tidak layu atau busuk. Kelima, Rasa umum masih wajar.
Setiap penerimaan makanan harus dicatat. Jika ada penolakan, laporan disertai foto bukti dan dikirimkan ke SPPG serta ditembuskan ke Dinas Pendidikan dan Puskesmas setempat.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.