Berita Palembang

Kisah 22 Tahun Pengabdian Tri Wahyanto, Kapos Damkarmat Palembang Berjibaku dengan Api hingga Tikus 

Di tengah hiruk pikuk kota Palembang, ada sosok-sosok pemberani yang tak hanya berhadapan dengan amukan si jago merah

Penulis: Arief Basuki | Editor: Yandi Triansyah
SRIPOKU.COM / Arief Basuki
TUNJUKAN PERALATAN - Kapos Damkarmat Kemuning Tri Wahyanto menunjukan perlengkapan kepada Pimpinan Redaksi Sriwijaya Post dan Tribun Sumsel Yudie Thirzano, Rabu (23/7/2025) 

Di tengah kegelapan malam, hanya berbekal senter seadanya dari warga, kakinya menginjak sesuatu yang lunak di antara puing-puing kayu.

"Saya kira hanya papan roboh. Ketika kaki saya angkat, ternyata yang saya injak adalah jenazah korban. Selama tiga hari, baunya seakan tak mau hilang," tuturnya.

Seiring berjalannya waktu dan berubahnya nomenklatur dari Dinas Pemadam Kebakaran menjadi Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (Damkarmat), tugas Tri dan rekan-rekannya pun meluas.

Kini, telepon di posnya tak hanya berdering untuk laporan kebakaran.

"Perkembangan media sosial membuat warga tahu bahwa kami juga melakukan penyelamatan non-kebakaran. Laporannya pun beragam, kadang lucu," ujar Tri sambil tersenyum.

Mulai dari seng rumah yang lepas, kucing yang terjebak, hingga yang paling baru, seekor tikus yang menghebohkan seisi dapur.

"Kemarin ada laporan tikus di rumah. Kami tanya dulu, apakah tidak ada suami atau tetangga pria. Katanya tidak ada. Ya sudah, kami meluncur dan berhasil menangkap tikus itu," ceritanya.

Meski terkadang masalah tersebut bisa diatasi sendiri oleh warga, Tri dan timnya tetap merespons dengan sigap.

Baginya, setiap laporan adalah panggilan untuk membantu. Namun, untuk kasus tertentu seperti evakuasi sarang tawon, mereka perlu melakukan analisis terlebih dahulu untuk meminimalisir risiko.

Untuk menghadapi tugas penyelamatan satwa liar seperti ular dan buaya, Tri dan anggotanya tak segan belajar.

Mereka aktif berkoordinasi dengan komunitas pecinta reptil untuk mendapatkan edukasi cara penanganan yang benar dan aman.

"Kami belajar mana ular berbisa, bagaimana cara mengeksekusinya. Termasuk saat menangkap anak buaya bulan Juni lalu, kami serahkan ke BKSDA," jelasnya.

Kini, di tengah cuaca panas yang melanda Palembang, Tri Wahyanto tak henti-hentinya mengingatkan masyarakat akan bahaya kebakaran.

Pengalaman jatuh dari kendaraan saat bergegas ke lokasi kebakaran menjadi pengingat betapa berharganya setiap detik dalam tugas mereka.

"Kami terus melakukan sosialisasi ke kecamatan hingga tingkat RT. Pesan kami sederhana sebelum bepergian, pastikan listrik dan kompor sudah mati. Jangan bakar sampah sembarangan, apalagi saat musim kemarau seperti ini," pungkasnya.

Sumber: Sriwijaya Post
Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved