Berita Palembang

Dapat Hidayah di Dalam Penjara, Dedy Chandra Tahanan Polsek Ilir Timur II Palembang Jadi Mualaf

Tahanan Polsek Ilir Timur II Palembang Dedy Chandra alias Paw-paw memutuskan untuk pindah agama dengan memeluk Islam

Penulis: Rachmad Kurniawan Putra | Editor: Odi Aria
Dokumen Polisi
Dedi Chandra, tahanan Polsek Ilir Timur II Palembang resmi masuk Islam dan jadi mualaf di Mushola Polsek, Selasa (7/1/2025). 

SRIPOKU.COM, PALEMBANG- Seorang tahanan Polsek Ilir Timur II Palembang Dedy Chandra alias Paw-paw memutuskan untuk pindah agama dengan memeluk Islam. Ia secara resmi mengucapkan dua kalimat syahadat.

Dedy mengucapkan dua kalimat syahadat di Mushola Polsek Ilir Timur II, pada Senin (6/1/2025). Proses mualaf Dedi dibimbing Ustadz Amak yang rutin menyampaikan dakwah kepada tahanan Polsek.

Sebelumnya warga Palembang ini menganut agama Budha dan tercatat sebagai tahanan kasus penganiayaan.

Setelah memeluk agama Islam kini namanya menjadi Muhammad Dedy Chandra.

Kapolsek Ilir Timur II Kompol Desi Ariyanti menceritakan awal mula Dedy mengungkapkan keinginannya masuk agama Islam. 

"Dia cerita ke saya seminggu sebelum mau masuk Islam katanya mau jadi muslim. Saya pastikan lagi dan pesan ke dia jangan hanya karena nafsu, ini harus benar-benar keinginan dari hati. Kalau sudah masuk Islam jangan keluar lagi," ujar Desi saat dikonfirmasi, Selasa (7/1/2025).

Selama di dalam tahanan kurang lebih 3 minggu, ia merasa tenang ketika mendengar adzan Maghrib. Dedy sempat mengutarakan keinginannya untuk memeluk agama Islam sebelum menyampaikan hal itu kepadanya.

"Setiap Magrib tahanan melaksanakan salat berjamaah, dan dia katanya merasa sejuk dan tenang ketika mendengar adzan," katanya.

Lanjut Desi, ada satu perkataan yang menjadi alasan Dedy yang membuatnya yakin kalau tahanan tersebut sudah bulat ingin masuk agama Islam.

"Dia bilang alasan masuk Islam karena tahu kalau Islam itu adalah agama terakhir yang sudah sempurna. Berarti dia sudah mencari tahu sebelumnya. Atas keinginannya yang sudah bulat itu kami memfasilitasi," katanya.

Sebelum mendekam di tahanan karena kasus penganiayaan, Dedy tinggal bersama ibunya. Lalu setelah ibunya meninggal, Dedy merasa bingung dan merasa tidak memiliki agama.

"Sebelumnya dia ikut agama ibunya dari kecil, kemudian setelah ibunya meninggal dia cerita kalau merasa seperti tidak punya agama. Kakak perempuannya juga sudah lebih dulu mualaf," tuturnya.

Sementara Dedi mengaku keputusan ini sudah lama ia pikirkan. Tidak ada paksaan dari siapa pun, hanya panggilan dari dalam hati yang semakin hari terasa begitu kuat. 

"Saya sudah lama memang ada niat. Saat berada disini saya melihat teman-teman salat berjamaah, merasa tersentuh, " katanya.

Selama di dalam jeruji besi, ia kerap memperhatikan sesama tahanan yang rutin melaksanakan salat dan zikir bersama.

"Ketika teman-teman disini salat berjamaah dan ada zikir-zikir setiap malam, hati seakan sejuk dan damai," katanya.

Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved