Berita Palembang

Mewujudkan Transportasi Terpadu, Kemenhub Dorong LRT Sumsel Kembangkan Pelayanan Inklusif

Balai Pengelola Kereta Api Ringan (LRT) Sumatera Selatan (Sumsel), di bawah naungan Kementerian Perhubungan

Penulis: Linda Trisnawati | Editor: Yandi Triansyah
Dokumen LRT Sumsel
FORUM KONSULTASI PUBLIK - Balai Pengelola Kereta Api Ringan (LRT) Sumatera Selatan menggelar Forum Konsultasi Publik (FKP) di Golden Sriwijaya, Palembang, Rabu (29/10/2025). 

SRIPOKU.COM, PALEMBANG - Balai Pengelola Kereta Api Ringan (LRT) Sumatera Selatan (Sumsel), di bawah naungan Kementerian Perhubungan (Kemenhub), memperkuat komitmennya untuk mentransformasi LRT menjadi tulang punggung transportasi massal yang andal dan berkelanjutan. 

Melalui Forum Konsultasi Publik (FKP) yang digelar di Palembang, Rabu (29/10/2025), manajemen LRT Sumsel memaparkan tiga langkah strategis menuju peningkatan pelayanan.

Adapun tiga langkah strategis, yakni memaksimalkan pelayanan publik yang prima dan inklusif, menguatkan integrasi antarmoda transportasi, dan mengoptimalkan pendapatan non-core melalui pengelolaan aset yang tepat sasaran.

Kegiatan ini dihadiri oleh berbagai pemangku kepentingan, termasuk Dinas Perhubungan Provinsi Sumsel, Dinas Perhubungan Kota Palembang, Dinas Kesehatan Palembang, akademisi, komunitas disabilitas, media massa, serta masyarakat pengguna transportasi umum.

Baca juga: Momen Walikota Palembang Ratu Dewa Naik LRT Berbaur dengan Warga, Ajak ASN Gunakan Transportasi Umum

Kegiatan dibuka oleh Kepala Pusat Pengelolaan Transportasi Berkelanjutan (PPTB) Kementerian Perhubungan, Tatan Rustandi, dan dilanjutkan dengan paparan oleh Ketua Tim Bidang Sistem Informasi Pelayanan Publik dan Budaya Pelayanan Prima PPTB, Ajeng Fajarwati.

Fajarwati menjelaskan bahwa pelayanan publik yang optimal harus dirancang melalui lima desain utama, yakni implementasi kebijakan yang efektif, integrasi layanan, inovasi berkelanjutan, digitalisasi sistem, dan partisipasi aktif masyarakat.

“Lima desain ini dikombinasikan dengan penerapan pelayanan inklusif, khususnya bagi kelompok rentan,”  kata Fajarwati, Rabu (29/10/2025). 

Menurutnya, pelayanan inklusif,  mencakup komitmen pimpinan, aksesibilitas fisik, akses komunikasi dan informasi, akomodasi yang layak, serta peningkatan kapabilitas sumber daya manusia.

Dalam kesempatan yang sama, Kepala Balai Pengelola LRT Sumatera Selatan, Rode Paulus Gagok Pudjiono, menegaskan pentingnya integrasi antarmoda dalam membangun masa depan transportasi perkotaan.

"Keberadaan LRT tidak bisa berdiri sendiri. Kami berkomitmen memperkuat integrasi, baik secara fisik maupun non-fisik, dengan moda pengumpan seperti feeder LRT Musi Emas, Trans Musi, angkutan kota, hingga penyediaan layanan inklusif. Tujuannya adalah menciptakan pengalaman perjalanan yang terpadu dari pintu ke pintu bagi pengguna,” kata Rode.

Menurutnya, LRT sebagai tulang punggung transportasi massal harus mampu diakses dengan mudah dari dan menuju berbagai moda transportasi lain.

Selain peningkatan layanan, manajemen LRT Sumsel juga berupaya meningkatkan pendapatan non-core melalui optimalisasi aset di stasiun-stasiun strategis.

“Ruang-ruang komersial di stasiun harus hidup dan memberikan nilai tambah, tidak hanya bagi penumpang tetapi juga bagi pendapatan operasional," katanya. 

Menurutnya, pendapatan dari pengelolaan aset ini akan diinvestasikan kembali untuk perbaikan sarana dan prasarana, demi meningkatkan kenyamanan penumpang. 

Sementara itu Prof. Ir. Erika Buchari, akademisi dari Universitas Sriwijaya sekaligus Ketua Pusat Unggulan Riset Transportasi Multimoda, menyampaikan bahwa strategi pengelolaan aset yang tepat dapat mendukung keberlanjutan operasional LRT.

Sumber: Sriwijaya Post
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved