Cacar Monyet di Palembang

Apa Itu Cacar Monyet? Penyakit yang Diderita Seorang Warga Palembang, Virus Cepat Menular

Seorang wanita inisial JM warga Lorong Jaya Laksana Kelurahan 4 Ulu Kecamatan Su I, Palembang diduga suspek cacar monyet.

Penulis: Odi Aria | Editor: Odi Aria
Kolase
Kolase foto telapak tangan seorang warga Palembang yang terjangkit cacar monyet. 

2. Periode erupsi kulit

Selanjutnya ruam akan berkembang menjadi lesi dengan beberapa tahapan berikut ini:

Makula. Lesi akan berubah warna, tetapi masih berbentuk datar.
Papula. Lesi akan sedikit terangkat.
Vesikel. Lesi akan semakin berkembang dan membentuk benjolan dengan cairan bening di dalamnya.
Pustula. Cairan di dalam lesi akan berubah menjadi warna kekuningan.
Setelah tahap pustula lesi akan menjadi kering dan mengelupas.

Gejala akan dialami selama 2 hingga 4 minggu. Biasanya, kondisi ini dapat membaik dan menghilang dengan sendirinya. Baca lebih lanjut mengenai Gejala Baru Cacar Monyet.

Pengobatan Cacar Monyet

Saat ini tidak ada pengobatan yang bisa menghilangkan penyakit ini. Pengobatan yang dilakukan biasanya digunakan untuk meredakan gejalanya saja.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia memiliki tiga upaya sebagai langkah penanggulangan cacar monyet. Upaya tersebut terdiri dari surveilans, terapeutik, dan vaksinasi.

Terapeutik sendiri akan dilakukan dengan pemberian terapi simtomatis dan mempersiapkan pemenuhan logistik antivirus khusus cacar monyet. Namun, antivirus tidak perlu diberikan untuk semua pengidap cacar monyet.

Pasien yang mendapatkan antivirus merupakan kelompok yang berisiko mengalami atau sudah mengalami gejala yang berat.

Kondisi berat diartikan memiliki lebih dari 100 lesi pada kulit atau mengalami gejala lain. Contohnya seperti demam tinggi, mual, dan muntah.

Selain itu, munculnya lesi pada bagian vital tubuh juga perlu dilakukan perawatan dengan antivirus.

Misalnya, muncul lesi pada area mata yang bisa memicu kebutaan atau di area tenggorokan yang dapat menutup jalan napas.

Kabar baiknya, menurut dr. Robert Sinto, Sp.PD, K-PTI, FINASIM dari Perhimpunan Kedokteran Tropis dan Penyakit Infeksi Indonesia, dalam konferensi  14 pasien di Indonesia belum  membutuhkan antivirus.

Beberapa kelompok yang berisiko lebih tinggi untuk menerima pengobatan di rumah sakit adalah anak-anak, lansia, dan orang dengan kondisi atau sedang mengonsumsi obat yang dapat memengaruhi sistem kekebalan tubuhnya.

 

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved