Cacar Monyet di Palembang

Cegah Cacar Monyet, Karantina Sumsel Pantau Keluar Masuk di Bandara dan Pelabuhan

Berkolaborasi dengan instansi terkait seperti Balai Kekarantinaan Kesehatan kita memantau di Bandara SMB II Palembang dan Pelabuhan Tanjung Api - Api

Penulis: Linda Trisnawati | Editor: Yandi Triansyah
SRIPOKU.COM / Linda Trisnawati
Kepala Karantina Sumsel Kostan Manalu saat Coffee Morning dengan Sahabat Media di Hotel Harper, Selasa (3/9/2024). 

SRIPOKU.COM, PALEMBANG - Badan Karantina Indonesia melalui Balai Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan Sumatera Selatan (Sumsel), turut memantau dokumentasi maupun orang yang keluar masuk dari bandara dan pelabuhan di Sumsel. 

"Berkolaborasi dengan instansi terkait seperti Balai Kekarantinaan Kesehatan kita memantau di Bandara SMB II Palembang dan Pelabuhan Tanjung Api - Api," kata Kepala Karantina Sumsel Kostan Manalu saat Coffee Morning dengan Sahabat Media di Hotel Harper, Selasa (3/9/2024).

Menurutnya, untuk hewan, ikan dan tumbuhan yang keluar masuk dokumennya harus lengkap. Kalau tidak lengkap akan dimusnahkan, untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan.

"Untuk cacar monyet antisipasi yang kita lakukan ada polisi khusus ataupun Intelejen. Antisipasi ini perlu dilakukan  supaya penyakit dari luar tidak masuk ke Sumsel, sehingga hama penyakit tidak menular dan menyebar," ungkapnya.

Menurutnya, pihaknya sering mengadakan rapat dengan dinas kesehatan, Balai Kekarantinaan Kesehatan dan pihak-pihak terkait lainnya supaya cacar monyet tidak masuk ke Sumsel baik di bandara maupun pelabuhan.

Sementara itu Kepala Balai Kekarantinaan Kesehatan Emmilya Rosa menambahkan, saat ini belum ada temuan di lapangan melalui pelabuhan ataupun bandara.

"Yang kita lakukan seperti melakukan pengawasan terhadap pelaku perjalanan umrah dan domestik dengan pengukuran suhu tubuh dan pengamatan/visualisasi," katanya.

Menurutnya, apabila suhu tubuh diatas 38 derajat celsius dan ada ruam/lesi pada mulut, muka dan tangan maka dapat dikategorikan suspek.

"Jika ada suspek, kita lakukan pengambilan spesimen dan didata yang kontak erat. Kemudian kita kirimkan ke laboratorium rujukan," jelasnya

Menurutnya, untuk suspek, dilihat kondisinya. Bila kondisinya jelek maka dirujuk, apabila kondisinya bagus maka yang bersangkutan diminta untuk melakukan karantina mandiri.
 

 

Sumber: Sriwijaya Post
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved