Pilkada Sumsel 2024

Isu Pilkada Sumsel Calon Tunggal, Pengamat: Partisipasi Menurun Atau Justru Menangkan Kotak Kosong

Mencuatnya isu Pilkada Sumsel 2024 mendatang berkemungkinan hanya diikuti satu paslon yakni HDCU mendapat tanggapan dua pengamat politik.

Penulis: Abdul Hafiz | Editor: Abdul Hafiz
Handout
Paslongub Sumsel HDCU (Herman Deru - Cik Ujang) yang digadang bakal melawan kotak kosong mendapat tanggapan dua pengamat politik. 

SRIPOKU.COM, PALEMBANG - Mencuatnya isu Pilkada Sumsel 2024 mendatang berkemungkinan hanya diikuti satu paslon yakni HDCU (Herman Deru - Cik Ujang) yang bakal melawan kotak kosong mendapat tanggapan dua pengamat politik.

Keduanya pada intinya menyatakan keprihatinan jika hal ini nantinya sampat terjadi di Pilgub Sumsel yang akan digelar 27 November 2024 nanti.

Pengamat politik Drs Bagindo Togar Butar Butar mengaku mencermati ada calon yang berharap menjadi calon tunggal artinya berhadapan dengan kotak kosong. Kemudian ada yang mengklaim dia paling layak pemenang. Lalu ada pula yang berharap menang dengan cara bahwa lawan-lawannya akan berhadapan dengan hukum.

"Artinya kesimpulannya apa? Mereka berharap merekalah pemenang tanpa masuk gelanggang. Sedangkan pertarungan yang elegan, pemenang sejati itu adalah bertarung di atas gelanggang," ungkap Drs Bagindo Togar Butar Butar, Senin (24/6/2024).

Bagindo menyayangkan mereka yang memprovokasi sibuk saling klaim, akan tetapi abai dengan konsolidasi dan ini tidak baik untuk pendidikan politik. Menurutnya demokrasi itu kehilangan substansinya, kehilangan esensi dan legitimasinya.

"Kita tadinya berharap dari tiga calon bahwa Pilgub Sumsel rasa Pilpres sekarang tidak kita dapatkan ketika berhadapan dengan kotak kosong.

Saya pastikan tingkat partisipasi itu di Bawah 40 persen. Kalau dua paslon yang bertarung paling tinggi cuma 60 persen," kata Bagindo.

Ia mengingatkan kesuksesan ini ketika calon ini menarik. Sebetulnya ini sudah menarik, mereka berkompetisi dengan cara-cara yang elegan dan mereka mendorong mengutamakan penajaman program, dan cara-cara kampanye dan bertarung simpatik.

Sehingga menariknya Pilgub nanti seolah-olah rasa Pilpres karena calonnya semua menarik. Kompetisi tinggi akan membuat program-program calon-calon cukup menarik akan membuahkan Pilgub menjadi menarik.

Pilgub yang menarik akan meningkatkan tingkat partisipasi politik yang menarik. Sedangkan partisipasi politik yang tinggi itu adalah syarat utama yang dikatakan Pemilu itu sukses.

Mantan Ketua IKA Fisip Unsri ini juga mengingatkan punya target 77 sampai 78 persen. Akan tetapi kalau begini masih formatnya cara-cara paslon ini untuk bertarung menuju Pilgub Sumsel 2024 kesan klaim paling pantas jadi pemenang, ia memastikan masyarakat akhirnya akan pesimis bahwa ini akan melahirkan pemilih.

Karena mereka tidak berani bertarung di atas gelanggang. Seharusnya mereka melakukan penajaman program, membuat program terbaik yang akan membuat masyarakat yakin dan akan memilih mereka. Bukan seperti ini mereka merasa paling pantas, terkesan akhirnya pongah dan terjebak dengan halusinasi yang tidak pantas.

"Ini bukan lagi Pilgub rasa Pilpres. Yang ada nanti Pilgub rasa Pilkades. Apakah paslon ini rela mengorbankan partisipasi masyarakat demi ambisi politiknya," katanya.

Sebab esensi dan substansi demokrasi itu kata Bagindo adalah partisipasi masyarakat. Sanggupkah dia akan berusaha seperti itu?

Saya pinjam istilah membenarkan (mantan Ketua KPU Sumsel) Amrah Muslimin bahwa kalau begitu mereka kok ikhlas mematikan demokrasi demi ambisi mereka. Kan ini persoalannya," kata Direktur Eksekutif Forum Demokrasi Sriwijaya.

Sumber: Sriwijaya Post
Halaman 1/4
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved