Liputan Khusus

Duit Receh Rp500-Rp100 Tak Laku di Sumsel, Pedagang hingga Pembeli Ogah Terima Uang Logam

Fenomena uang logam receh ditolak oleh pedagang atau warung di beberapa daerah di Sumsel marak terjadi.

Penulis: pairat | Editor: Yandi Triansyah
Dokumen Sripoku.com
Uang receh Rp 500-Rp 100 sudah tak laku di Sumsel, beberapa pedagang hingga pembeli menolak jika dikasih uang logam tersebut saat transaksi jual beli, Senin (9/1/2023) 

SRIPOKU.COM, PALEMBANG - Fenomena uang logam receh ditolak oleh pedagang atau warung di beberapa daerah di Sumsel marak terjadi.

Tak hanya di kalangan pedagang, para pembeli pun kadang menolak jika diberi kembalian dengan uang logam pecahan Rp500, Rp200 dan Rp100.

Pantauan Sripoku.com baru-baru ini, di Desa TMM, salah satu inisial nama desa yang ada di Kabupaten Banyuasin, ternyata sudah dua tahun terakhir tidak lagi bertransaksi dengan uang logam pecahan Rp500, Rp200 dan Rp100.

"Kalau di sini (Desa TMM) sudah lamo dak laku lagi duit logam, terutamo pecahan 500, 200 dan 100, mungkin sejak dari tahun 2020 lalu" Ungkap Linda, warga setempat saat dihubungi Sripoku.com via telepon, Senin (9/1/2023).

Namun lebih jauh Linda menjelaskan, transaksi menggunakan uang logam tersebut masih diterima jika berbelanja kebutuhan di dua minimarket waralaba besar yang ada di desa sebelah.

Senada dengan yang dikatakan Linda, beberapa daerah di Sumsel lain ternyata juga ditemui hal yang serupa saat Sripoku.com mengulik dari beberapa grup Whatsapp.

Ria (40) salah seorang warga di Desa Sebau Kecamatan Gelumbang Kabupaten Muaraenim, menuturkan hanya uang logam pecahan Rp1.000 yang masih bisa digunakan untuk betransaksi, selebihnya tak lagi digunakan.

Sama halnya warga di Kecamatan Semende Desa Segamit, Kabupaten Muaraenim uang logam pecahan Rp200 dan Rp100 sudah tak berlaku lagi di desa setempat.

"Kalo di Desa Segamit, duit logam minimal pecahan 500 dan 1000 masih laku. Tapi kalo pecahan 500, 200 samo 100 dak laku lagi" Beber Asih Triranti kepada Sripoku.com.

Fenomena tak lakunya uang logam ini, ternyata juga terjadi di daerah Kacamatan Jejawi Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), meski tak tinggal di kawasan tersebut, Lutfia Wardah (33) memastikan uang logam tak bisa lagi digunakan warga setempat.

"Waktu kemarin mudik ke Jejawi, saya sempat syok bawa anak-anak jajan pakai duit receh ini, kok ditolak warung, ternyata di sini sudah lamo dak laku" ungkap Lutfia Wardah kepada Sripoku.com.

Senada dengan itu, di daerah Campang Tiga, Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur (OKUT) ternyata uang logam pecahan Rp500, Rp200 dan Rp100 juga tak lagi digunakan sejak 2 tahun terakhir.

Diungkapan Nur Oktaviani (33) warga asal daerah setempat ini mengatakan, uang receh sudah tak lagi digunakan warga.

Saat ditanya alasan warga tak lagi menggunakan uang receh, wanita berprofesi guru ini enggan memberikan komentar.

Ternyata tak hanya terjadi di Sumsel, fenomena nasib uang logam ini terjadi juga di daerah Bangka terutamo Kabupaten Muntok.

Halaman
12
Sumber: Sriwijaya Post
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved