Keculasan Yahudi

Keculasan Yahudi Dan Kegagalan Penguatan Karakter Global 

Ag­re­si mi­liter dan pembunuhan warga sipil terus berlanjut tanpa kepedulian yang kon­­krit dari dunia internasional, selain hanya mengutuk

Editor: Salman Rasyidin
ist
Dr Abdurrahmansyah MAg  

Sikap penolakan ini lebih didasarkan pada sen­timen keagamaan sekaligus penolakan terhadap aksi penjajahan yang tidak se­suai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan yang memiliki dasar kuat dalam konstitusi Indonesia.

Ikatan emosional kaum muslim Indonesia terhadap bangsa Pa­lestina juga berakar dari fakta sejarah ketika perwakilan Palestina sebagai de­legasi yang paling pertama mengacungkan tangan pada sidang PBB sebagai per­setujuan atas kemerdekaan dan kedaulatan bangsa Indonesia pada tahun 1945, kemudian diikuti oleh negara-negara Arab lainnya.

Fakta-fakta ini merupakan da­sar psikologis yang mengikat kaum muslim Indonesia dan umat Islam Pa­les­ti­na dalam satu tarikan nafas ukhuwah yang tidak akan pernah putus untuk se­la­ma-lamanya.

Dari perspektif pendidikan karakter, penting bagi umat Islam Indonesia untuk mem­perbincangkan, mendiskusikan, dan bahkan mentranformasikan semangat ju­ang dan kesabaran kaum muslim Palestina sebagai basis pembentukan ka­rak­ter bangsa Indonesia.

Sebaliknya penting juga untuk mengingat dan mengetahui ber­bagai karakter buruk bangsa Yahudi untuk menjadi pelajaran agar menjauhi si­fat-sifat jahat sebagai pribadi dan sebagai bangsa.

Jika mengacu pada teori pendidikan karakter Thomas Lickona dalam Educating for Character: How Our Schools Can Teach Respect and Responsibility (1992), nampaknya karakter bangsa Yahudi yang suka mengingkari janji, kepala batu, dan meremehkan orang lain sebagai mentalitas buruk yang sulit untuk mem­ben­tuk karakter peduli dan bertanggungjawab (respect and responsibility) sebagai ka­rakter yang sangat penting untuk dididikkan kepada generasi millennium ba­ru. Isu-isu mengenai pengembangan soft skill, character building, dan pengu­at­an nilai-nilai moral akan menjadi kontra produktif jika melihat perlakuan tidak adil bangsa Yahudi Israel beserta sekutu internasional mereka.

Bahkan ke­tid­ak­berdayaan negara-negara Arab dan bangsa-bangsa lainnya untuk mengambil si­kap tegas dan aksi pembelaan yang konkrit terhadap Palestina, juga sebagai dam­­pak dari betapa sangat kuatnya supremasi diplomasi Yahudi Israel dalam membungkam idealisme internasional terhadap kolonialisme di Palestina.

Ke­ja­ya­­an bangsa Yahudi Israel terhadap warga Palestina dapat dianggap sebagai le­mahnya supremasi penguatan karakter manusia global.

Sikap penting yang harus ditunjukkan oleh seluruh bangsa Indonesia khususnya u­mat Islam di negeri ini dalam menyikapi konflik Yahudi Israel dan Palestina sa­­­at ini adalah dengan mendidik anak-anak bangsa Indonesia.

Semua itu agar memiliki ka­rak­ter baik dan menghindari perilaku tercela serta meninggal karakter buruk se­per­ti korup, menindas, tidak adil, egois, dan menipu.

Setidaknya dengan me­no­lak karakter buruk seperti yang direpresentasikan oleh bangsa Yahudi Is­rael, bang­sa Indonesia semakin kuat, memiliki identitas, dan bermartabat. Wallahu a’lam bi al-Shawwab.

Sumber:
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved