Keculasan Yahudi

Keculasan Yahudi Dan Kegagalan Penguatan Karakter Global 

Ag­re­si mi­liter dan pembunuhan warga sipil terus berlanjut tanpa kepedulian yang kon­­krit dari dunia internasional, selain hanya mengutuk

Editor: Salman Rasyidin
ist
Dr Abdurrahmansyah MAg  

Oleh : Dr Abdurrahmansyah MAg 

Dosen Pascasarjana UIN Raden Fatah Palembang

Fakta hari ini adalah semakin buruknya konflik kemanusiaan di Palestina.

Ag­re­si mi­liter dan pembunuhan warga sipil terus berlanjut tanpa kepedulian yang kon­­krit dari dunia internasional, selain hanya berucap untuk mengutuk na­mun tan­­pa aksi.

Berjayanya lobby internasional yang dilakukan Yahudi Israel untuk men­­dukung dan membiarkan semua agresi militer Yahudi di wi­layah Pales­ti­na, ha­rus dilihat sebagai potret buruk tentang lemahnya ka­rak­ter manusia glo­bal.

Dalam tradisi konflik kemanusiaan, perseteruan Yahudi Zionis dan Muslim Pa­les­tina tercatat sebagai perseteruan abadi dan sepertinya akan berlanjut sam­pai akhir zaman.

Bahkan perkembangan dan fenomena konflik kedua ba­ngsa ini di­ang­gap sebagai tanda-tanda zaman.

Berbagai kalangan dengan la­tar belakang dan pendekatan berbeda telah melakukan analisis terhadap fe­nomena Yahudi Is­ra­el dan Palestina.

Analisis dari sudut pandang politik, se­jarah, ekonomi, per­ta­hanan, budaya, dan agama telah dikemukakan para ahli tentang posisi dan akar kon­flik kedua bangsa ini.

Jika menggunakan barometer analisis politik, ekonomi, dan pertahanan, ba­nyak ke­simpulan positif yang ditujukan pada posisi kebijakan negara Israel.

Bahkan seo­­rang tokoh besar dan penting Indonesia secara pribadi yang per­nah menda­pat­­kan “medali keberanian” dari Israel memiliki narasi tersendiri da­lam melihat pro­s­pek dan kemajuan bangsa Israel dari sisi politik dan e­ko­no­mi sehingga me­li­hat pentingnya hubungan diplomatik dengan negara Is­rael.

Namun jika melihat konflik Yahudi Israel dan Palestina dari sudut pandang mo­ralitas, etik, dan kemanusiaan maka dapat dipastikan fenomena konflik ke­dua ba­ng­sa ini merupakan tapal batas pengingkaran terhadap hak asasi ma­nusia.

Peng­hormatan atas hak beragama dan menjalankan ibadah benar-be­nar telah di­ca­buli oleh kekuatan politik menindas yang diterapkan oto­ri­tas Israel terhadap warga muslim Palestina.

Ketika hak-hak dasar untuk me­n­­jalankan ibadah ke­a­ga­ma­an di tempat suci dihalangi.

Maka sentimen in­ter­nasional dalam bentuk aksi pengutukan yang secara terakumulasi tertuju pa­da bangsa Israel harus dilihat se­ba­gai konsekwensi logis dari sikap aro­gan­si, kesombongan keculasan, dan pe­rilaku biadab yang terus menerus di­la­kukan bangsa Yahudi Israel terhadap umat Islam Palestina.

Karakter Yahudi, Sentimen Umat Islam, dan Pelemahan Karakter Manusia Global

Dalam literatur primer keislaman banyak ditemukan ayat dan riwayat mengenai karakter Yahudi.

Setidaknya terdapat 22 karakter buruk kaum Yahudi yang di­a­ba­dikan dalam al-Qur’an yakni:

1) Keras hati dan zalim (al-Baqarah: 75,91,93,­120,­145,170; an-Nisa: 160; al-Maidah: 41).

2) Fasik (Ali Imran: 110; an-Nisa: 55).

3) Musuh yang paling bahaya bagi kaum muslim (al-Maidah: 82).

4) Amat me­­ngetahui kekuatan dan kelemahan kaum muslim (al-An'am: 20).

5) Me­mutarbalikkan fakta kebenaran (al-Baqarah: 75,91,101,140,145,211; Ali Im­ron: 71,78; an-Nisa: 46; al-Maidah: 41).

6) Menyembunyikan bukti ke­be­naran (al-Baqarah: 76,101,120,146; Ali Imron: 71).

7) Mengumbar hawa nafsu (al-Ba­qa­rah: 87,101,120,146; al-Maidah: 41).

8) Ingkar dan kepala batu (al-Baqarah: 91,99; Ali Imron: 70).

9) Tidak menggunakan akal untuk menimbang kebenaran (al-Baqarah: 171).

10) Mencampuradukkan yang hak dan batil (Ali Imran: 71).

11) Munafik (al-Baqarah: 76; Ali Imran:7 2,119).

12) Dilaknat oleh Allah (al-Baqarah: 88,120,145,146).

13) Rasis dan sombong (al-Baqarah: 94,111,­113,­120,­135,145; al-Maidah:18).

14) Biang kerok dan tidak adil (an-Nisa: 53).

15) Dengki, iri hati terhadap kaum muslim (al-Baqarah: 90,105,109,120).

16) Ber­sifat tamak dan rakus (al-Baqarah: 90,95,96,212).

17) Berkata bohong, ing­kar janji dan melampaui batas (al-Baqarah: 100,246,249; Ali Imran: 183,­184; an-Nisa: 46).

18) Pintar diplomasi untuk kejahatan (al-Baqarah: 204,246; Ali Im­ron:72; an-Nisa: 46).

19) Mengada-ada perkara dusta (Ali Imran: 24,94,­183,184; al-Maidah: 41).

20) Sombong dan memandang rendah orang Islam (al-­Baqarah: 206,212,247). 21) Tidak amanah dan culas (Ali Imran: 75,76; at-Tau­bah: 34).

22) Suka melakukan kerusakan dan meng­an­jur­kan peperangan (Ali Imran: 64).

Sejumlah karakter dan mentalitas buruk yang sudah menjadi DNA bangsa Ya­hudi itu agaknya sulit untuk dijadikan rujukan dalam membangun peradaban du­nia yang bermartabat.

Sejarah konflik yang telah lama berlangsung sampai sa­at ini nampaknya dilanggengkan oleh karakter buruk bangsa Yahudi Israel ini.

Buk­ti dari karakter buruk kaum Yahudi seperti yang diinformasikan secara nor­matif dalam sumber suci keagamaan, juga dapat dikonfirmasi dari track record diplomasi internasional Yahudi Israel yang berulang kali melanggar kese­pa­kat­an perjanjian internasional melalui The United Nations.

Keberhasilan bangsa Yahudi Zionis membentuk negara Israel pada tahun 1948. Dan secara tidak sah mencaplok wilayah Palestina melalui proses aneksasi ada­lah bukti keabsahan dari penerapan karakter buruk bangsa Yahudi untuk men­da­patkan dukungan internasional sehingga aksi pendudukan, perampasan atas ta­nah warga Palestina tidak akan pernah selesai sampai hari ini.

Tragedi konflik ke­manusiaan akan terus dipertunjukkan di wilayah ini, sebagai bukti kejayaan kon­spirasi jahat dunia internasional terhadap kolonialisme di tanah Palestina.

Kaum muslim Indonesia sebagai populasi muslim mayoritas sejak lama meng­u­tuk dan menolak keras semua aksi dan percobaan untuk membuka hubungan di­plomatik dengan negara Israel.

Sikap penolakan ini lebih didasarkan pada sen­timen keagamaan sekaligus penolakan terhadap aksi penjajahan yang tidak se­suai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan yang memiliki dasar kuat dalam konstitusi Indonesia.

Ikatan emosional kaum muslim Indonesia terhadap bangsa Pa­lestina juga berakar dari fakta sejarah ketika perwakilan Palestina sebagai de­legasi yang paling pertama mengacungkan tangan pada sidang PBB sebagai per­setujuan atas kemerdekaan dan kedaulatan bangsa Indonesia pada tahun 1945, kemudian diikuti oleh negara-negara Arab lainnya.

Fakta-fakta ini merupakan da­sar psikologis yang mengikat kaum muslim Indonesia dan umat Islam Pa­les­ti­na dalam satu tarikan nafas ukhuwah yang tidak akan pernah putus untuk se­la­ma-lamanya.

Dari perspektif pendidikan karakter, penting bagi umat Islam Indonesia untuk mem­perbincangkan, mendiskusikan, dan bahkan mentranformasikan semangat ju­ang dan kesabaran kaum muslim Palestina sebagai basis pembentukan ka­rak­ter bangsa Indonesia.

Sebaliknya penting juga untuk mengingat dan mengetahui ber­bagai karakter buruk bangsa Yahudi untuk menjadi pelajaran agar menjauhi si­fat-sifat jahat sebagai pribadi dan sebagai bangsa.

Jika mengacu pada teori pendidikan karakter Thomas Lickona dalam Educating for Character: How Our Schools Can Teach Respect and Responsibility (1992), nampaknya karakter bangsa Yahudi yang suka mengingkari janji, kepala batu, dan meremehkan orang lain sebagai mentalitas buruk yang sulit untuk mem­ben­tuk karakter peduli dan bertanggungjawab (respect and responsibility) sebagai ka­rakter yang sangat penting untuk dididikkan kepada generasi millennium ba­ru. Isu-isu mengenai pengembangan soft skill, character building, dan pengu­at­an nilai-nilai moral akan menjadi kontra produktif jika melihat perlakuan tidak adil bangsa Yahudi Israel beserta sekutu internasional mereka.

Bahkan ke­tid­ak­berdayaan negara-negara Arab dan bangsa-bangsa lainnya untuk mengambil si­kap tegas dan aksi pembelaan yang konkrit terhadap Palestina, juga sebagai dam­­pak dari betapa sangat kuatnya supremasi diplomasi Yahudi Israel dalam membungkam idealisme internasional terhadap kolonialisme di Palestina.

Ke­ja­ya­­an bangsa Yahudi Israel terhadap warga Palestina dapat dianggap sebagai le­mahnya supremasi penguatan karakter manusia global.

Sikap penting yang harus ditunjukkan oleh seluruh bangsa Indonesia khususnya u­mat Islam di negeri ini dalam menyikapi konflik Yahudi Israel dan Palestina sa­­­at ini adalah dengan mendidik anak-anak bangsa Indonesia.

Semua itu agar memiliki ka­rak­ter baik dan menghindari perilaku tercela serta meninggal karakter buruk se­per­ti korup, menindas, tidak adil, egois, dan menipu.

Setidaknya dengan me­no­lak karakter buruk seperti yang direpresentasikan oleh bangsa Yahudi Is­rael, bang­sa Indonesia semakin kuat, memiliki identitas, dan bermartabat. Wallahu a’lam bi al-Shawwab.

Sumber:
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved