Ekonomi Bangkit
Ekonomi Bangkit Setelah Tergelincir: Mungkinkah?
Data PDRB tahun 2020 menunjukkan, secara kumulatif, ekonomi Sumatera Selatan tahun 2020 dipastikan tumbuh negatif setelah kembali terperosok
Atau berkurang sekitar Rp. 0,33 trilyun.
Salah satu dampak dari penurunan pertumbuhan ekonomi adalah penurunan pendapatan per kapita.
Pada tahun 2020 PDRB pe rkapita Sumatera Selatan mencapai 53,51 juta rupiah (atas dasar harga berlaku –ADHB 2020).
Sebelumnya di tahun 2019 PDRB per kapita mencapai 53,55 juta rupiah.
Penurunan pendapatan perkapita adalah refleksi dari penurunan kesejahteraan ekonomi masyarakat.
Sumber Kontraksi Pertumbuhan
Banyak faktor yang menyebabkan pengerucutan ekonomi tahun 2020.
Dari sisi penyediaan, pertumbuhan ekonomi terkontraksi akibat rendahnya pertumbuhan sektor-sektor perekonomian yang dominan.
Tiga sektor dengan pertumbuhan tertinggi adalah Pengadaan Listrik, Gas (14,67%); Informasi dan Komunikasi (12,79%); dan Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial (10.14%).
Pertumbuhan positif ketiga sektor tersebut tidak mampu menyelamatkan ekonomi dari ketergelinciran karena sektor-sektor tersebut hanya berkontribusi sekitar 4,12% dalam perekonomian Sumatera Selatan (ADHB).
Sebaliknya sektor-sektor yang berkontribusi besar dalam kue PDRB Sumatera Selatan terperosok lebih dalam.
Sektor pertambangan penggalian yang memberikan kontribusi lebih dari 18 persen untuk perekonomian Sumatera Selatan menjadi sumber kontraksi pertumbuhan paling utama.
Dari sisi permintaan, hampir semua komponen terkontraksi.
Ditinjau dari sumber kontraksi ekonomi, penyebab utama tergelincirnya pertumbuhan ekonomi sektor permintaan tahun 2020 adalah terkontraksinya Komponen Ekspor Luar Negeri, Komponen Konsumsi Rumah Tangga dan Komponen Konsumsi Pemerintah.
Menilik data triwulanan, secara y on y, ekonomi Sumatera Selatan sempat tumbuh positif sebesar 4,01% pada triwulan 1/2020.