Cegah Stunting
Cegah Stunting, Penting Bagi Generasi Penerus !
Alkisah di Madagaskar, hiduplah dua bocah: Miranto dan Sitraka.Keduanya lahir di hari yang sama di Ambohimidasy Itaosy.
Tanpa mengesampingkan wilayah lainnya, Kabupaten/Kota ini perlu mendapat perhatian dan prioritas khusus.
Selain itu, statistik diatas jelas menunjukkan.
Jalan menuju penyelesaian problema stunting di Sumatera Selatan masih panjang dan berliku.
Demi mencapai prevalensi stunting di bawah ambang batas WHO secara merata tahun 2024, pemerintah daerah masih harus berkerja ekstra keras.
Mengatasi Stunting
Menurut WHO, stunting muncul sebagai akibat dari undernutrition kronis, atau kekurangan makanan dan gizi kronis pada seribu hari pertama paska pembuahan hingga bayi berumur dua tahun.
Hal tersebut muncul sebagai akibat dari kemiskinan, rendahnya pendidikan, ataupun kurang memadainya pelayanan kesehatan ibu dan anak, juga sanitasi.
Faktor–faktor tersebut muncul dipicu oleh berbagai persoalan yang saling tumpang tindih dan berinteraksi secara kompleks.
Menurut WHO, sebagian besar orang tua sudah mengetahui peran nutrisi bagi perkembangan kesehatan balita.
Namun, mereka mungkin belum memahami bahwa proses stunting sudah mulai terpicu sejak bayi masih berada dalam kandungan.
Sebuah penelitian di Malawi menyebut: pada usia tiga tahun, penderita stunting memiliki rata-rata tinggi sekitar 10 sentimeter lebih rendah dibanding rata-rata tinggi balita sehat seusianya.
Menurut WHO, 20% dari gejala stunting tersebut telah terlihat sejak hari kelahiran dan 20% lainnya tampak pada usia enam bulan.
Sementara 50% dari kejadian sudah terlihat pada usia 6–24 bulan.
Terakhir, 10% sisanya tampak saat balita berumur 2–3 tahun. Ini berarti, tinggi bayi saat lahir bisa menjadi salah satu penanda bayi akan tumbuh dengan normal.
Demi mencegah stunting, ibu hamil membutuhkan asupan energi, gizi dan nutrisi cukup dan seimbang yang berasal dari makanan yang variatif dan berkualitas baik.
Sedemikian karena, selama hamil, selain memenuhi asupan nutrisi untuk dirinya sendiri, ibu juga memenuhi kebutuhan gizi janin/bayinya.
Disamping menjaga nutrisi, ibu juga perlu menjaga kesehatannya sehingga terhindar dari penyakit ataupun infeksi yang bisa menghambat pertumbuhan bayi.
Untuk itu, pemberian support berupa program edukasi terkait kesehatan reproduksi dan gizi bagi para ibu dan calon ibu menjadi sangat krusial.
Edukasi ini selain berfokus pada pemahaman tentang pentingnya pemenuhan gizi dan nutrisi saat hamil, juga pada pentingnya pola asuh yang mendukung praktik pemberian makanan bergizi bagi bayi dan balita.
Selanjutnya, program edukasi sebaiknya diikuti juga dengan pemberian fasilitasi yang bertujuan untuk perbaikan sanitasi dan akses terhadap air bersih
Mengatasi stunting berarti mengatasi faktor penyebab dan pemicunya.
Saat ini pemerintah Indonesia telah menetapkan berbagai kebijakan untuk pencegahan stunting di tanah air.
Mulai dari penguatan komitmen dan koordinasi dari pemangku kebijakan, melakukan kampanye nasional untuk mengkomunikasikan perubahan perilaku, meningkatkan akses terhadap makanan bergizi dan mendorong ketahanan pangan hingga meningkatkan proses pemantauan dan evaluasi kebijakan.
Di Sumatera Selatan, Dinas Kesehatan telah mengeluarkan berbagai inovasi terkait stunting.
Salah satunya adalah dengan mendirikan Rumah Intan (Rumah Inovasi Kesehatan).
Fasilitas ini berperan sebagai simpul yang mendorong berkembangnya inovasi-inovasi yang bertujuan untuk menurunkan prevalensi stunting di Bumi Sriwijaya.
Diantara inovasi yang telah tertampung dalam Rumah Intan dan bisa direplikasi di berbagai wilayah adalah Garpu Genting (Gerakan Peduli Cegah Stunting) dan Fun for Mom (Menyusui bayi dengan menyenangkan).
Namun demikian, untuk mencapai prevalensi stunting sesuai rekomendasi WHO secara merata di seluruh Sumatera Selatan memerlukan upaya-upaya yang lebih intensif.
Pembuatan kebijakan memang menjadi bagian penyelesaian paling hulu.
Namun, kebijakan tersebut tidak akan berakhir dengan sesuatu yang nyata jika tidak menjangkau mereka yang paling membutuhkannya.
Seperti Sitraka, masih banyak balita yang menderita stunting.
Penderitaan mereka bukan hanya terkait pada persoalan memiliki tubuh terlalu pendek jika dibandingkan anak-anak sehat seusianya.
Ada dampak lain yang akan terus mengikuti balita penderita stunting hingga sisa hidupnya.
Sitraka misalnya, selain tertinggal dari sisi pendidikan.
Ia juga tertinggal di sisi perkembangan mental.
Mengingat kondisi stunting sedang genting, mencegahnya tentu penting!
