Breaking News

Cegah Stunting

Cegah Stunting, Penting Bagi Generasi Penerus !

Alkisah di Madagaskar, hiduplah dua bocah: Miranto dan Sitraka.Keduanya lahir di hari ya­ng sama di Ambohimidasy Itaosy.

Editor: Salman Rasyidin
ist
Marpaleni  MA, Ph.D 

Pada tahun 2019, prevalensi stunting di Indonesia menurun ke level 27,6%.  

Pre­­valensi stunting sebesar 27,6%  berarti: dari 100 balita di Indonesia, sekitar 27-28 orang di­antaranya menderita stunting.

Angka ini masih melebihi ambang batas stunting yang di­rekomendasikan WHO –World Health Organization, yaitu kurang dari 20 persen.

Prevalensi stunting di Provinsi Sumatera Selatan tidak bisa dikatakan lebih baik dari angka na­sional.

Hasil SSGBI tahun 2019 menunjukkan: prevalensi stunting Sumatera Selatan men­capai 28,98%.

Ini berarti: dari 100 balita di Sumatera Selatan, sekitar 29 diantaranya men­de­rita stunting.

Selain melebihi ambang batas WHO dan cenderung kurang baik dibanding angka nasional, persoalan stunting di Sumatera Selatan juga dihantui oleh persoalan ketidakmerataan.

Pada ta­hun 2019, Lubuk Linggau menjadi satu-satunya Kabupaten/Kota dengan prevalensi stun­ting kurang dari 20%.

Ini berarti, prevalensi stunting di 16 Kabupaten lainnya masih melebihi am­bang batas WHO.

Range prevalensi stunting di 16 wilayah tersebut terbilang lebar.

Berkisar antara 22,91% (Pa­lembang) hingga 41,12% (Muratara).  

Prevalensi stunting di Muratara terbilang genting ka­rena mengindikasikan bahwa: dari 100 balita di Muratara, sekitar 41 balita diantaranya men­derita stunting.

Muratara tidak sendiri.

Hasil SSGBI tahun 2019 menunjukkan: ada empat kabupaten/kota lain dengan prevalensi stunting mendekati 40 persen.

Kabupaten/kota ini adalah Pagar Alam (39.19%), Empat Lawang (39,16%), Muara Enim (38,62%) dan OKI (38,06%).

Halaman
1234
Sumber: Sriwijaya Post
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved