Cegah Stunting
Cegah Stunting, Penting Bagi Generasi Penerus !
Alkisah di Madagaskar, hiduplah dua bocah: Miranto dan Sitraka.Keduanya lahir di hari yang sama di Ambohimidasy Itaosy.
Menurut World Food Programme, dalam jangka pendek stunting bisa menghambat perkembangan otak, melemahkan sistem imun tumbuh dan berdampak pada rendahnya IQ.
Dalam jangka panjang, stunting berdampak pada rendahnya produktivitas dan tingginya biaya kesehatan.
Juga postur kerdil, kematian premature, serta risiko terkena diabetes dan kanker.
Persoalan Stunting di Indonesia
Sitraka tidak sendirian.
Menurut Unicef, sekitar 150 juta balita di dunia, termasuk Indonesia, senasib dengannya.
Bahkan, prevalensi stunting di Indonesia tergolong tinggi.
Tahun 2016 prevalensi stunting Indonesia berada pada peringkat 108 dari 132 negara. Dari terbaik hingga terburuk.
Di level Asia Tenggara, stunting di Indonesia menduduki peringkat kedua, setelah Kamboja. Dari terburuk hingga terbaik.
Secara umum, prevalensi stunting di Indonesia bisa dimonitor dari hasil Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI).
SSGBI adalah survei yang bertujuan untuk mengumpulkan data status gizi dengan metode antropometri yang kemudian diintegrasikan dengan Survei Sosial Ekonomi Nasional –Susenas.
Survei ini dikerjakan oleh Balitbangkes Kemenkes dan BPS.
Menurut SSGBI, prevalensi stunting di Indonesia cenderung menurun dari tahun ke tahun.
Namun, jumlahnya masih tergolong tinggi.
Tahun 2018, prevalensi stunting Indonesia mencapai 30,8%.
