Breaking News

Liputan Eksklusif

Nakes Khawatir Vaksin, Jangan Sampai Jadi Percobaan

Bukan tanpa alasan kekhawatiran darinya tersebut, karena informasi yang ia terima hingga saat ini belum ada hasil dari uji klinis vaksin.

Editor: Soegeng Haryadi
SRIPOKU.COM / LINDA TRISNAWATI
Vaksin Covid-19 untuk Kota Palembang tiba di Gudang Vajsin Jln May Salim Batubara dengan pengawalan ketat dari Brimob Polda Jabar, Senin (4/1/2021). 

PALEMBANG, SRIPO -- Meydiana Triasih (25), seorang tenaga kesehatan (nakes) di Kota Palembang mengaku terkejut saat mendapatkan blast Short Message Service (SMS) yang menyatakan ia menjadi salah seorang yang terpilih untuk divaksinasi tanggal 14 Januari mendatang.

Sebagai seorang tenaga kesehatan yang sangat rentan terpapar, secara pribadi ia mengaku sangat menanti keberadaan vaksin sebagai imunitas terhadap virus corona.

Namun, di sisi lain wanita berhijab yang bertugas sebagai front office disalah satu rumah sakit swasta di Palembang ini menyimpan kekhawatiran dampak dari vaksinasi tersebut.

Bukan tanpa alasan kekhawatiran darinya tersebut, karena informasi yang ia terima hingga saat ini belum ada hasil dari uji klinis vaksin.

Baca juga: Menolak Divaksin Dihukum Satu Tahun Penjara atau Denda Maksimal Rp 100 Juta

"Secara resiko kami orang pertama menerima pasien, jadi sangat rentan terpapar. Tapi saya khawatir karena vaksin inikan baru dan belum ada uji klinis," katanya, Kamis (7/1).

Ia mengungkapkan, hampir seratusan tenaga kesehatan di rumah sakit tempatnya bekerja telah menerima SMS untuk mengikuti vaksinasi.

Namun seperti dirinya, mereka juga khawatir dengan belum adanya hasil uji klinis dan garansi pemerintah apabila vaksin tersebut aman digunakan serta memiliki efektivitas.

Wanita anak satu ini pun mengaku bakal menolak vaksinasi perdana nanti dan tidak mengkonfirmasi pesan tersebut, meski vaksinasi diwajibkan di tempatnya bekerja.

Baca juga: AKHIRNYA, BPOM Keluarkan Izin Pengunaan Vaksin Covid-19 Sinovac, MUI : Suci dan Halal

Meydiana mengaku enggan jadi kelinci percobaan selama belum ada kepastian mengenai dampak yang bakal ditimbulkan.

"Hasilnya saja belum keluar, saya enggan jadi kelinci percobaan. Bagaimana kalau nanti ada apa-apa? Selama belum ada uji klinis saya akan menolak," tegasnya.

Sedangkan Serly, seorang perawat di rumah sakit swasta lainnya mengaku mengikuti vaksinasi merupakan hal wajib bagi nakes di tempatnya bekerja.

Pihak rumah sakit pun telah mengeluarkan edaran bahwa wajib bagi tenaga kesehatan mengikuti vaksinasi. Ia mengatakan, apabila ada nakes yang menolak pihak rumah sakit akan melakukan teguran hingga surat peringatan (SP) kepada pegawai.

Baca juga: Nama Pejabat di Sumsel Diajukan Divaksin Pertama Kali, Ketua DPRD Sumsel Menolak: Saya Ada Autoimun

"Saya secara pribadi enggan divaksin, apalagi banyak beredar berita di luar negeri sampai menyebabkan kematian. Tidak masalah kalau mau kena teguran dari rumah sakit," jelasnya.

Senada, Direktur Utama Rumah Sakit Pusri, Profesor DR dr Yuwono mengungkapkan, dirinya juga enggan disuntik jika uji klinis oleh PT Biofarma dan layak edar dari Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) belum dipublikasi.

Menurutnya, sesuai dengan sumpah dokter, yang utama jangan membuat celaka. Diakuinya, ia siap sedia untuk disuntik dan menyuntik. Hanya saja diperlukan bukti ilmiah jika vaksin tersebut aman bagi masyarakat.

Halaman
12
Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved