Peran Orang tua Merawat Bahasa Ibu Sangat Penting sebagai Peletak Fondasi Bahasa pada Anak-anaknya

Tetapi, jauh lebih penting revitalisasi bahasa ibu dimulai dari generasi penerus bahasa, anak-anak kita supaya dikenalkan bahasa daerah sejak dini

Editor: aminuddin
Ilustrasi. Sumpah pemuda 

Sementara itu, pada tahun 2011, Badan Bahasa, Kemendikbud melalui hasil pendataan dan pemantauan terhadap bahasa-bahasa daerah di Indonesia telah memberi lampu merah perihal eksistensi bahasa-bahasa daerah. Didapati bahwasanya 90 persen bahasa ibu di Indonesia terancam punah pada akhir abad ke-21.

Dari 741 bahasa ibu yang masih eksis, diperkirakan 75 persennya akan mati dan hanya tersisa 10 persen saja.

Penyebab utama mimpi buruk kepunahan bahasa tersebut tidak lain adalah karena telah ditinggalkan oleh para penuturnya.

Di luar itu, penyebab kepunahan bahasa dapat ditelusuri antara lain disebabkan penyusutan jumlah penutur, perang, bencana alam yang besar, dan kawin campur antarsuku.

Dalam kondisi ini, menurut hemat saya, terdapat satu penyebab kepunahan bahasa yang amat krusial, yakni generasi muda tidak mengenal bahasa daerah mereka sebagai ibu mereka.

Hasil pengamatan saya sebagai seorang yang masih masuk kategori masyarakat desa mendapati fenomena yang luar biasa menyedihkan.

Sangat sedikit anak-anak di desa yang menggunakan bahasa ibu mereka.

Hampir mayoritas orang-orang tua di desa lebih gigih mengajarkan bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama anak-anak mereka.

Otomatis jika mereka besar menjadi asing dan tidak mengenali lagi bahasa ibu mereka sendiri.

Padahal saya tahu persis bahasa yang dipakai orang tua mereka adalah bahasa Jawa. Semestinya bahasa Jawalah yang menjadi bahasa

ibunya. Bahasa Indonesia kini hampir menjadi bahasa pertama anak-anak desa.
Padahal eksistensi suatu bahasa bergantung pada generasi penuturnya. Bahasa ibu dikubur hidup-hidup oleh penutur aslinya sendiri.

Tidak sedikit orang menganggap bahasa ibu kurang penting, kuno, dan terkesan ketinggalan zaman.

Di kalangan yang lebih besar lagi tidak kalah memprihatinkan.

Bersyukur masih terdapat usia beranjak muda masih dapat menggunakan bahasa ibunya.

Tapi lagi-lagi tak lebih semarak dengan para pengguna bahasa Indonesia, tidak sedikit dari mereka lebih senang memakai bahasa Indonesia dalam komunikasi keseharian.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved