Prof Yuwono: Hanya 2 Persen

Di Sumsel sendiri sampel yang diperiksa di laboratorium sebanyak 9.000 dengan hasil 900 positif.

Editor: Soegeng Haryadi
SRIPOKU.COM/JATI
Profesor Yuwono 

Provinsi Sumatera Selatan tengah bersiap untuk menerapkan new normal (normal baru) meski kasus positif Covid-19 berada di angka yang tinggi.

Kendati demikian, Juru Bicara Penanganan Covid-19 di Sumsel, Yuwono mengatakan new normal life akan diberlakukan di Sumsel berdasarkan pertimbangan rendahnya kasus positif dan masyarakat yang mulai bisa membangun budaya memakai masker saat keluar rumah.

Menurut Yuwono, new normal life memang akan terasa aneh pada awalnya. Padahal, sebenarnya new normal ini adalah budaya baik.

Pakar Epidemiologi : Perlu Evaluasi Sebelum New Normal Diterapkan Mulai Juni

Berbeda dengan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang secara pengertian merupakan aksi atau program yang memiliki tindakan bila dilanggar, new normal merupakan budaya yang membutuhkan pembiasaan pada awal mula diterapkan.

"New normal life ini sebagai budaya. Saya optimistis new normal bisa berhasil memutus rata penyebaran Covid-19. Contohnya, budaya memakai masker saat PSBB budaya masyarakat sudah terbangun. Bisa dilihat dari berkurangnya pelanggar. Meski tetap ada yang tidak pakai tapi lebih banyak yang pakai," jelas Yuwono, Kamis (28/5/2020).

IDI: Palembang Belum Penuhi Kriteria New Normal

Dia menyebutkan, dengan patuhnya masyarakat pada aturan memakai masker dan lainnya dalam upaya pencegahan penyebaran Covid-19 saat PSBB diberlakukan juga menunjukkan untuk ke new normal life sebenarnya tidak ada resistensi atau keengganan dari masyarakat.

Dia menambahkan, sebelumnya telah melapor kepada gubernur Sumsel mengenai aspek mana saja yang sudah dipenuhi dan yang harus diperbaiki sebelum new normal diterapkan.

"Secara umum saya sampaikan (kita) di Sumsel sudah memenuhi syarat new normal yang ditetapkan WHO. Hanya saja tinggal manajemen saja," tambah dia.

Siapkah Masyarakat Sumsel Hadapi New Normal Life? Berikut Ini 7 Hal yang Harus Dipahami

Yuwono mencontohkan, misalnya saja mengenai manajemen informasi penyampaian kasus positif virus Corona. Beberapa pihak mengasumsikan dengan banyaknya kasus sebagai keadaan yang mengkhawatirkan.

Padahal, di Sumsel sendiri sampel yang diperiksa di laboratorium sebanyak 9.000 dengan hasil 900 positif.

"Ini artinya 10 persen yang positif. Apa yang dicemaskan. Data nasional 23 ribu sampel positif sementara yang diperiksa 250 ribu. Sama polanya. Di Amerika dan dunia sama. Kalau bacanya begitu sudah kena duluan. Penyampaian informasi ini yang harus baik," katanya.

Selanjutnya, jelas Yuwono, di rumah sakit rujukan utama Covid-19 di Sumsel, Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Mohammad Hoesin, saat ini hanya sedikit saja pasien dengan kategori berat. Bahkan dari lima ruangan yang disediakan pun jarang penuh.

Palembang New Normal, Rumah Ibadah Kemungkinan Belum Dibuka, Tergantung Perkembangan Covid-19

Ini tentu berbeda dengan 65 ruang isolasi pasien positif ringan karena berdasarkan data okupansi (bed occupation rate) di atas 90 persen.

"65 bed ini artinya boleh dibilang penuh tapi semuanya untuk pasien Orang Tanpa Gejala (OTG). Jadi, ukuran yang disebut sebagai pasien berat atau critical ukurannya dirawat di RSMH. Lima tidak pernah penuh," terang Yuwono.

Dengan berpedoman pada data kematian di dunia akibat terinfeksi Covid-19 yang hanya di angka 1,7-2 persen dan data kematian di Indonesia maupun Sumsel yang di kisaran 3-4 persen maka konsep new normal bisa diterapkan.

Halaman
12
Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved