Antisipasi Banjir

Antisipasi Banjir Palembang yang Berpotensi Mirip Jakarta

Sebagaimana diberitakan secara meluas oleh media massa termasuk harian ini, banjir di Jabodetabek 1 Januari 2020 lalu sangat ekstrim.

Editor: Salman Rasyidin
ist
Prof Dr Supli Effendi Rahim, M.Sc. 

Menurut Rahim, banjir itu terjadi akibat murka Allah kepada para peraya malam tahun baru yang melalaikan shalat lima waktu bahwa meninggalkan shalat lima waktu.

Mengapa? Ka­rena menurut Rahim, kemaksiatan terbesar adalah banyak umat Islam yang  merobohkan tiang agama yakni shalat.

Jika shalat ditinggalkan maka Islam hancur.

Jika Islam hancur maka mudah bagi iblis menggoda yang bersangkutan untuk melakukan maksiat yang lain.

Jika kemaksiatan dila­kukan terang-terangan.

Banjir di Palembang Selama ini

Selama ini banjir di Palembang terjadi karena dua keadaan.

Pertama, banjir yang terjadi karena hu­jan lebat dan lama di suatu pemukiman yang dibangun di daerah rawa yang merupakan bagian ce­kungan terendah. 

Banjir di wilayah seperti ini makin parah apabila tidak segera direlokasi dan wila­yah pemukiman tersebut sebaiknya di konversi menjadi kolam retensi.

Kendala menja­di­kannya kolam retensi adalah mahalnya ganti rugi tanah dan bangunan.Kedua, banjir terjadi di wi­layah pemukiman yang dibangun lebih awal melalui usaha penimbunan.

Banjir di sini karena air hujan lebat yang berkumpul di titik titik terendah akibat penimbunan di perumahan terdekat jauh lebih tinggi.

Kondisi banjir semakin parah setiap tahunnya karena pembangunan perumahan di sekitarnya ma­kin tinggi dan makin tinggi.

Kedua, banjir di wilayah yang mengalami pasang naik dari sungai akibat didesak oleh pasang naik air laut.

Banjir akibat bertemunya air dari sungai dan air hujan dalam jumlah yang banyak akan mengakibatkan genangan yang relatif lama dan lebih luas wi­layah yang terkena genangan.

Bisakah Banjir Jakarta terjadi di Palembang?

Apapun bentuk banjir yang sudah disebutkan sebelumnya yang dapat terjadi di Palembang de­ngan izin Allah tidak akan terjadi seperti banjir Jakarta baru baru ini.

Mengapa? Banjir di Jakarta yang mirip tsunami itu kemungkinan besar tidak terjadi di Palembang.

Ada sejumlah alasan me­ngapa itu tidak terjadi. Pertama, wilayah Palembang tergolong luas dan air mengalir dengan ke­cepatan rendah walau genangan bisa sedang sampai tinggi.

Berapapun banyaknya air sungai yang melimpah ke pemukiman warga tidak akan melimpas dengan kecepatan tinggi seperti tsu­nami karena landainya topografi wilayah.

Sejarah sudah membuktikan bahwa banjir di Palembang tidak pernah dan dengan ijin Allah tidak a­kan pernah terjadi dengan kecepatan tinggi seperti tsunami sebagaimana dilaporkan oleh harian ini (3/1).

Menurut Sripo pada halaman pertama, banjir Jakarta yang terjadi pada malam tahun ba­ru 2020 menyebabkan hanyutnya banyak kendaraan di pemukiman penduduk tanpa bisa dihen­tikan karena derasnya arus banjir.

Hanya saja potensi genangan yang tinggi dan lama masih po­tensial terjadi di Palembang sebelum selesainya musim hujan tahun ini.

Ramalan BMKG bahwa hujan di Palembang dan sekitarnya termasuk di kebanyakan wilayah se­luruh tanah air masih akan berlangsung sampai awal Maret 2020.

Jika ini benar maka banjir de­ngan kondisi terburuk masih akan berpeluang terjadi Palembang.

Banjir di Palembang ini akan sa­ngat parah dalam bentuk genangan yang tinggi dan lama jika ada dua keadaan terjadi dalam waktu bersamaan.

Pertama, terjadi pasang naik air laut yang bertahan lama dan luas di laut selat Bang­ka. 

Jika air laut mengalami pasang naik dengan ketinggian 4 meter di atas muka laut yang normal ma­ka ratusan kilometer air di sungai-sungai Musi, Komering dan Ogan akan melimpas ke rawa dan pe­mukiman di kota Palembang dan kabupaten Banyuasin serta sebagian kabupaten Ogan Ilir.

Kedua, jika pada saat terjadi genangan air laut yang mendorong genangan air sungai sungai yang disebutkan sebelumnya terdapat banjir kiriman dari sungai Musi bagian hulu dan dari anak-anak Su­ngai Musi yang lain.

Genangan akibat pasang air laut belakangan ini sudah semakin sering terjadi yang dibuktikan o­leh tidak surutnya air sungai pada waktu surutnya air laut.

Masyarakat Palembang dan Sumatera Selatan dihimbau untuk berdoa semoga kejadian banjir tinggi dalam waktu yang lama tidak terjadi di Palembang dan sekitarnya. 

Masyarkat juga dihimbau untuk  mengambil sikap waspada supaya bersiap-siap menghadapi genangan dalam dan lama akibat bertemunya pasang naik dari air laut dan banjir kiriman dari hulu sungai.

Kepada masyarakat diharapkan tidak menyimpan dokumen dan surat-surat penting pada tempat penyimpanan yang rendah.

Tapi simpanlah di tempat yang tinggi dan pada lantai dua jika ada. 

Ba­­gi yang ingin membuat sistem panen hujan di lahan, rumah, gedung,  ruko, pasar dan kantor di­himbau untuk segera dilakukan.

Sistem panen hujan yang dimaksud adalah membuat tangki pe­nampungan air, membuat sumur resapan, membuat kolam ikan, membuat embung, membuat kolam renang dan membuat biopori.

Gotong royong warga masyarakat perlu digalakkan untuk membersihkan got saluran air, kolam re­tensi,  kanal, anak sungai, parit dan sungai.

Semua pihak mesti dilibatkan untuk menghadapi ke­mungkinan terburuk.

Pemerintah dan tokoh masyarakat hendaknya melakukan latihan untuk tanggap darurat dalam upaya menghadapi banjir yang suatu saat terjadi di daerah kita.

Semoga tidak terjadi. Jika terjadi kita sudah siap.

Sumber: Sriwijaya Post
Halaman 4/4
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved