Yakjuj dan Makjuj di Sekitar Kita (Bagian 5), Dukhan, LGBT dan Penghancuran Agama
LGBT lahir dari kandungan ideologi fasad (merusak). Lebih kurang tahun 1970-an, LGBT oleh dunia masih dianggap aib. Tabu. Penyakit sosial.
Mempromosikan keraguan beragama yang tidak berarti.
Mendukung keyakinan keagamaan dan praktiknya yang populer.
Kristen diserpih-serpih dengan sektarian.
Bahkan agama dipandang sebagai candu masyarakat seperti dikatakan Karl Marx.
Agama, kata filosuf eksistensialisme Albert Camus tidak mendukung supremasi kemanusiaan.
Malah menciptakan permusuhan, perpecahan, pertikaian.
• Yakjuj dan Makjuj di Sekitar Kita (Bagian 4), Mereka Berpusat di Yerusalem
Penghancuran martabat manusia.
Bagi Camus, sepak bola lebih bernilai dari agama karena di sepak bola orang bisa rukun.
Orang yang berpikir liberal hanya ingin menghargai pemikiran bebas.
Bebas dari kepercayaan yang dianggap membelenggu.
Aroma humanisme begitu menonjol.
Sebab manusia menjadi ukuran segala sesuatu (man is a measure of everything).
Dampaknya terhadap Kristen semakin hari cenderung semakin parah.
Trend di Eropa dan Amerika adalah gereja kosong ditinggal pengikutnya, gereja dijual, minimal dimerger meskipun beda sekte.
Dalam buku Being Radical to Jesus yang ditulis Obed Krisnantyo Aji menyerukan agar umat Kristiani melawan memerangi musuh-musuh iman yang menjadi penyebab gereja-gereja tidak lagi memiliki iman yang radikal.
Musuh-musuh itu adalah liberalism, materialism, hedonism dan ketakutan.
Gejala liberalisme Kristiani abad ke 19 itu sudah nampak jelas kesamaannya dengan yang terjadi di Islam.
Dr Hamid Fahmy Zarkasyi, intelektual muslim Indonesia mengatakan, gejala itu terlihat adanya muslim liberal menggugat al-Qur’an.
Mengatakan sebagian ayat Quran sudah tidak relevan.
Membela aliran sesat.
Mendulukan akal dan kemanusiaan daripada Tuhan.
Mendukung paham relativisme.
Mempromosikan paham skeptisisme.
Menghalalkan hubungan seksual sebelum nikah.
Umat Islam diserpih-serpih dalam sektarian, mazhab, firqah.
Satu sama lain saling bermusuhan.
Merasa sekte atau kelompoknya yang paling unggul.
Diciptakan kondisi untuk saling ghibah, mencaci, mencurigai.
Sampai lupa QS Al Hujurat 10-12 bahwa umat mukminin itu bersaudara.
Umat Islam dilanda hoax secara sistematis sehingga lupa Al Hujurat ayat 6 bahwa hoax, fake news bisa menghadirkan kehancuran suatu umat, bangsa.
Kini agama-agama, terutama Islam, distigma dengan terorisme radikalisme, intoleransi, rasialisme bahkan fasisme.
Untuk melegitimasi stigmatisasinya dibikinlah jihad palsu seperti ISIS, Al Qaeda, Komando Jihad dll.
Tokoh-tokoh agama dikriminasisai, dinistakan.
Eksistensi agama dijungkir balik dari rahmat menjadi fasad.
Dijadikan musuh kemanusiaan.
Mereka menutup dari pesan bahwa umat manusia adalah bersaudara (QS Al Hujurat 13).
Bahkan Allah memuliakan manusia (QS Al Isra 70).
Kehidupan Kahfi
Proses pergerakan Yakjuj dan Makjuj itu bisa dianalogkan dengan kabut asap.
Semakin lama intensitasnya semakin meluas dan semakin tebal.
Lantaran misinya adalah menyebarkan ideologi fasad, maka semakin lama kerusakan yang ditimbulkan juga semakin berat.
Modusnya sangat beragam. Canggih.
Meliputi semua aspek kehidupan.
Seolah kehidupan sedang didorong min an-nuri ila dhulumat (dari terang ke gelap).
Semakin mendekati kiamat semakin parah.
Sehingga dunia ini menjadi seperti goa yang tingkatannya mulai remang-remang sampai gelap pekat berjelaga.
Allah sudah memberikan inspirasi di Quran Surah Kahfi.
Surah ini punya kandungan yang banyak kaitan dengan akhir zaman.
Manusia akhir zaman seperti hidup di dalam kahfi (goa).
Bisa jadi proses pergerakan inilah yang dimaksud dengan istilah dukhan sebagai salah satu tanda dekatnya hari kiamat.
“Maka tunggulah pada hari ketika langit membawa kabut yang tampak jelas. Yang meliputi manusia. Inilah azab yang pedih”. (QS Dukhan 10-11).
Jika menurut perspektif dhohiri atau harfiah atau tekstual berarti kabut asap.
Maka banyak ulama dan ustad yang mempersepsi akan ada suatu masa di mana seluruh dunia dipenuhi kabut asap yang memancar dari langit yang menyelimuti seluruh umat manusia dan menyebabkan kesengsaraan.
Adapun dalam perspektif ruhi atau batini, simbolik, dukhan adalah proses kemurkaan Allah atas perilaku fasad manusia sehingga hati manusia benar-benar ditutup (Kahfi 17).
Maka manusia akan bergelimpang dalam subhat (remang-remang).
Sampai akhirnya benar-benar gelap sehingga manusia tidak lagi bisa membedakan mana yang haq (benar) dengan mana yang salah (batil).
Manusia yang sudah ditutup hatinya dipastikan akan sengsara di akherat.
Akhirnya adalah seperti ditegaskan dalam Quran Surah Al A’raf (7) ayat 179:
“Dan sungguh akan Kami isi neraka Jahanam kebanyakan dari kalangan jin dan manusia, Mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah), dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lengah."
Coba dalam kasus LGBT itu.
Binatang pun tidak mau kawin dengan sejenisnya.
Tetapi mengapa manusia mau?
Anwar Hudijono
Wartawan senior tinggal di Sidoarjo