Tsunami di Palu

Tsunami di Palu: Hilangnya Mantan Kiper Sriwijaya FC, Kisah Tanah Terangkat Hingga Masjid Terapung

Tsunami di Palu: Hilangnya Mantan Kiper Sriwijaya FC Hingga Kisah Tanah Terangkat di Palu dan Masjid Terapung yang selamat dari Gempa

Penulis: Hendra Kusuma | Editor: Tresia Silviana
Istimewa
Tsunami di Palu:Kisah Hilangnya Pemain Sriwijaya FC Hingga Kejaiban Masjid Terapung 

===

Sebab dan Kronologi Terjadinya Gempa dan Tsunami di Palu

Tsunami di Palu terjadi karena ada dua pemicunya sehingga membuat tsunami besar  menimpa Palu Donggal Sulteng. Ada beberapa kronoligis hingga menelan ratusan korban.  Tsunami di Palu memang sangat mengejutkan dan menggemparkan, karena bencana itu  merupakan susulan Gempa 7,7 SR, menariknya terjangan Tsunami di Palu itu terjadi  setelah 30 menit peringatan dini Tsunami dicabut.

Ada dua sebab mengapa tsunami di Palu bisa terjadi. Dilansir dari kompas.com,  berdasarkan keteranganresmi dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB),  gempa ini adalah gempa yang dangkal akibat jalur sesar Palu Koro yang dibangkitkan oleh  deformasi dengan mekanisme pergerakan struktur sesar mendatar miring,  dan gempa ini  berpotensi memicu tsunami.

Tetapi mengapa dampaknya sangat besar dan menimbulkan korban jiwa yang sangat
banyak? BNPB mengungkap jika jika tsunami di Palu, Sulawesi Tengah itu, dipicu longsoran
sedimen di dasar laut. Longsoran itulahdisebut terjadi akibat gempa 7,4 SR yang mengguncang Donggala.
Sehingga memicu tsunami di Palu.

===

Pertama: Longsoran sedimen dasar laut kedalaman 200-300 meter

"Kenapa terjadi tsunami cukup besar, kami telah melakukan koordinasi dengan beberapa  ahli tsunami ada 2 penyebab. Pertama, di Teluk Palu, yang kalau berdasarkan video  tsunami menerjang cukup tinggi, ini disebabkan ada longsoran sedimen dasar laut  kedalaman 200-300 meter," kata Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB Sutopo  Purwo Nugroho seperti dikutip dari tribunnews, Sabtu (29/9/2018).

Menurut dia, namun sedimen itu dibawa dari sungai yang bermuara di Teluk Palu itu,  dimana sedimen tersebut belum terkonsolidasi dengan kuat sehingga saat diguncang  gempa terjadi longsor. Sehingga saat diguncang gempa 7,4 SR tadi akhirnya runtuh, longsor, dan membangkitkan  tsunami.

"Hal itu bisa dilihat video di Pantai Talise, tsunami awal itu airnya jernih, tetapi kemudian
datang dari laut bergelombang dan naik-turun airnya kondisinya keruh. Menurut analisis ahli,
itu kemungkinan dipicu longsoran di dasar laut," ucapnya.

===

Kedua: Tinggi tsunami tidak sebesar akibat longsoran bawah laut

Menurut Sutopo, tsunami di Palu, kemudian Gempa di Donggala yang 7,7 SR itu, memang  terjadi dengan bagian luar disebabkan gempa lokal. Tetapi Tinggi tsunami tidak sebesar akibat longsoran bawah laut. "BNPB sudah berkoordinasi untuk segera mengirimkan para ahli tsunami untuk  menganalisis lebih jauh menghitung tinggi tsunami," jelasnya.

===

Masji Terapung

Masjid Teraplung di Palu Pasca Tsunami di Palu
Masjid Teraplung di Palu Pasca Tsunami di Palu (Istimewa)

Masjid tersebut merupakan masjid terapung Palu yang terletak di Pantai Teluk Palu, kawasan yang baru saja dihantam tsunami. Tampak pohon-pohon tumbang dan banyak barang yang tersapu oleh gelombang tsunami ke sekitar perairan atau sekitar daerah Pantai Talise. Sebelumnya, Sulawesi Tengah diguncang gempa bumi, Jumat (28/9). Gempa terparah terjadi di Donggala dan Palu. 

Namun Masjid ini tetap berdiri megang nan indah, tiada kerusakan, kecuali kondisi di sekitarnya yang porak pornda. Masjid ini merupakan salah satu dari detinasi wisata dan kebanggaan bagi masyarakat kota Palu.
===

Berikut Detik-Detik dan Kronologis Tsunami di Palu:

Kepala Pusat Data, Informasi, dan Hubungan Masyarakat Badan Nasional  Penanggulangan Bencana ( BNPB) Sutopo Purwo Nugroho menyampaikan kronologi  gempa bumi dan tsunami yang terjadi di Kota Palu dan Kabupaten Donggala, Sulawesi  Tengah, Jumat (28/9/2018).

Menurut Sutopo, gempa pertama kali mengguncang Donggala pukul 14.00 WIB. Gempa  tersebut berkekuatan magnitudo 6 dengan kedalaman 10 km. Akibat gempa itu, satu orang  meninggal dunia, 10 orang luka, dan puluhan rumah rusak di Kecamatan Singaraja,  Kabupaten Donggala. Setelah itu, gempa kembali terjadi pukul 17.02 WIB dengan  kekuatan yang lebih besar, yaitu magnitudo 7,4 dengan kedalaman yang sama, 10 km di
jalur sesar Palu Koro.

Menurut Sutopo, gempa tersebut tergolong gempa dangkal dan berpotensi memicu  tsunami. "Gempa ini adalah gempa yang dangkal akibat jalur sesar Palu Koro yang  dibangkitkan oleh deformasi dengan mekanisme pergerakan struktur sesar mendatar  miring, dan gempa ini berpotensi memicu tsunami," kata Sutopo di kantor BNPB, Utan  Kayu, Jakarta Timur, seperti dilansir dari kompas.com Sabtu (29/9/2018).

1. Gempa pertama kali mengguncang Donggala pukul 14.00 WIB. Gempa tersebut  berkekuatan magnitudo 6 dengan kedalaman 10 km. Akibat gempa itu, satu orang  meninggal dunia, 10 orang luka, dan puluhan rumah rusak di Kecamatan Singaraja,  Kabupaten Donggala. Setelah itu, gempa kembali terjadi pukul 17.02 WIB dengan
kekuatan yang lebih besar, yaitu magnitudo 7,4 dengan kedalaman yang sama, 10 km di  jalur sesar Palu Koro.

2. Lima menit pascagempa, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG)  menyampaikan peringatan dini tsunami. "Ketika terjadi warning tsunami, BMKG  menyatakan pada pukul 17.02 dengan status Siaga dan Waspada. Arti status Siaga, tinggi  tsunami adalah 0,5-3 meter untuk di pantai barat Donggala. sedangkan Waspada, kurang  dari setengah meter Kota Palu bagian barat," ujar Sutopo.

3. Saat itu, menurut Sutopo, pihaknya tengah menyiapkan rilis untuk mengimbau  masyarakat supaya menjauhi kawasan pantai dan sungai dalam kurun waktu 30 menit.

4. Namun, 30 menit setelah dikeluarkan peringatan tersebut, BMKG mencabutnya pada  pukul 17.37 WIB. Akan tetapi, tsunami benar-benar terjadi pada pukul 17.22 WIB. Berdasar  data BNPB, ketinggian tsunami ada yang mencapai 6 meter.

5. Sejak gempa dan tsunami terjadi di Kota Palu dan Kabupaten Donggala, Jumat  (28/9/2018), sejumlah gempa susulan terus terjadi di kawasan tersebut hingga Jumat  malam.

6. Tercatat, setidaknya ada 13 gempa dengan kekuatan di atas magnitudo 5 sejak pukul  14.00 WIB hingga 21.26 WIB. Jumlah korban meninggal dunia akibat gempa bumi dan  tsunami yang terjadi di Kota Palu, hingga pukul 13.00 WIB, tercatat sebanyak 384 orang. 

7. Selain ratusan korban meninggal, menurut data BNPB, tercatat 29 orang hilang dan 540
luka berat di Kota Palu. Sementara itu, BNPB belum bisa menyampaikan jumlah korban
terdampak gempa dan tsunami di Kabupaten Donggala. Sebab, hingga saat ini listrik di
wilayah tersebut masih padam sehingga menghambat komunikasi.

===

Sumber:
Halaman 4/4
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved