Tsunami di Palu
Tsunami di Palu: Hilangnya Mantan Kiper Sriwijaya FC, Kisah Tanah Terangkat Hingga Masjid Terapung
Tsunami di Palu: Hilangnya Mantan Kiper Sriwijaya FC Hingga Kisah Tanah Terangkat di Palu dan Masjid Terapung yang selamat dari Gempa
Penulis: Hendra Kusuma | Editor: Tresia Silviana
SRIPOKU.COM-Mengharu biru, ada kejaiban dan kekaguman serta membuat trenyuh dari Peristiwa tsunami di Palu dan Gempa Donggala, di mana gempa mencapai 7,4 SR (sebelumnya sempat disebut 7,7 SR), memang menggemparkan, karena berlangsung setelah 30 menit tanda bahaya tsunami dihentikan.
Berbagai kisah sedih itu muncul secara perlahan. Mulai pencarian yang dilakukan para fans Sriwijaya FC di dunia maya di Palembang, setelah Ferry Rotinsulu, yang tengah berduka karena kepulangan ibunya tercinta pada 21 September lalu di Palu itu hingga hilang kontak. Namun, Ferry kemudian di temukan, meski dia berada di pungsian.
Kemudian Kisah kota Palu, kota indah yang memang berada di zona merah itu lebih menarik lagi, karena ada kisah sejarah di mana kota ini memang berada di tengah lautan, kemudian selama ratusan tahun muncul ke permukaan akibat gempa besar dan menjadi sebuah pulau yang indah.
Kisah juga datang dari Masjid terpung nan Indah yang dilanda Tsunami di Palu. Masjid tersebut merupakan masjid terapung Palu yang terletak di Pantai Teluk Palu, kawasan yang baru saja dihantam tsunami. Namun tetap kokoh berdiri, ada apakah, inilah sebuah keajaiban selain fakta-fakta bagaimana bangunan itu dibangun memang kokoh untuk mengatasi hataman gempa dan tsunami di Palu.
Serangan Cepat dan Tiba-tiba
Bak serangan cepat, gempa yang terjadi sebanyak dua kali itu sempat berhenti, namun berganti dengan tsunami yang menyerbu semua bangunan dan apa saja disekitarnya, hingga tanpa ampun memporak-porandakan daerah sekitar.
Namun, jauh sebelumnya memang beberapa kali ada peringatan dan adanya tanda bahwa kota Palu memang memiliki potensi tsunami di Palu.
Namun peristiwa itu baru terjadi pada Jumat (28/9/2018) petang menjelang malam. Dimana Tsunami di Kota Palu itu sangat mengejutkan.
Seperti dilansir dari kompas.com, Kota Palu dan Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah termasuk dalam wilayah dengan potensi bencana gempa bumi kategori tinggi. Potensi intensitas guncangan gempa mencapai lebih dari VIII MMI. Sehingga wajar kemudian terjadi gempa dan tsunami di Palu.
Hal ini disampaikan oleh Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami PVMBG Sri Hidayati, di Kantor Badan Geologi, Kota Bandung, Sabtu (29/9/2018). Menurut dia, berdasarkan peta, memang tsunami di Palu rawan terjadi.
Sebab terutama bencana gempa bumi (Palu dan Donggala), sehingga terjadi tsunami di Palu dan juga Donggala.
"Maka kedua kota ini Palu dan Donggala memang termasuk dalam zona merah. Zona merah artinya rawan bencana gempa bumi tinggi dengan intensitas guncangan di atas VIII MMI," katanya.
===
Patahan Palu Koro
Dijelas oleh Sri Tsunami di Palu dan Donggala, merupakan gempa bumi berkekuatan 7,4 magnitudo yang mengguncang Palu dan Donggala. Pemucinya tidak lagi karena aktifitas patahan Palu Koro. Patahan ini memanjang dari sebelah barat Donggala sampai Teluk Palu.
Patahannya memang panjang sehingga ketika gempa berlangsung, maka tidak ada hambatan sama sekali.
"Tidak hanya di Palu ke utara saja tapi ke selatan juga. Patahan Palu Koro itu juga memang patahan aktif," ucapnya.
===
Potensi Gempa Seperti di Lombok
Disinggung mengenai potensi kembalinya gempa besar seperti di Lombok, Sri mengaku belum bisa memastikannya. Tapi dia berharap itu tidak terjadi sehingga tidak membuat masyarakat khawatir.
"Kami harap tidak lama seperti Lombok. Mudah-mudahan menurun gempa susulannya. Selain itu, tektonik seting berbeda. Jadi gempa Lombok dipicu patahan Flores Back Arc, Palu dan Donggala ini disebabkan aktifitas patahan Palu Koro," jelasnya.
===
Kota Lima Dimensi
PALU adalah Ibukota Provinsi Sulawesi Tengah, Indonesia. Merupakan kota yang terletak
di Sulawesi Tengah, berbatasan dengan Kabupaten Donggala di sebelah barat dan Utara,
Kabupaten Sigi di sebelah selatan, dan Kabupaten Parigi Moutong di sebelah timur.
Kota Palu merupakan kota lima dimensi yang terdiri atas lembah, lautan, sungai,
pegunungan, dan teluk. Koordinatnya adalah 0,35–1,20 LU dan 120 – 122,90 BT. Dengan
dilewati garis Khatulistiwa. Penduduk Kota Palu berjumlah 342.754 jiwa (2012).
===
Palu Tanah yang Terangkat, Karena Awalnya Lautan
Dilansir dari Wikipedia bebas, Asal usul nama kota Palu berasal dari kata Topalu'e yang
artinya Tanah yang terangkat, sebab daerah ini awalnya lautan.
Namun perlahan menjadi sebuah pulau akibat terjadi gempa dan pergeseran lempeng (palu
koro). Sehingga daerah yang tadinya lautan tersebut, terangkat dan membentuk daratan
lembah yang sekarang menjadi Kota Palu.
Dalam Istilah, Palu dan asal usulnya Kota Palu berasal dari bahasa kaili VOLO yang berarti
bambu yang tumbuh dari daerah Tawaeli sampai di daerah sigi.
Bambu sangat erat kaitannya dengan masyarakat suku Kaili, ini dikarenakan
ketergantungan masyarakat Kaili dalam penggunaan bambu sebagai kebutuhan sehari-hari
mereka. baik itu dijadikan Bahan makanan (Rebung), Bahan bangunan (Dinding, tikar, dll),
Perlengkapan sehari hari, permainan (Tilako), serta alat musik (Lalove)
===
Georafis
Bentang alam Kota Palu membentang memanjang dari Timur ke Barat dengan luas wilayah
395,06 Km2. Secara astronomis, Kota Palu terletak pada posisi 119,45 - 121,15 BT dan
0,36 - 0,56 LS.
===
Batas Wilayah
Secara geografis,
Kota Palu berbatasan dengan daerah sebagai berikut:
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Labuan (Kabupaten Donggala).
2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Parigi Barat (Kabupaten Parigi Moutong)
3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Marawola dan Kecamatan Biromaru
(Kabupaten Sigi)
4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Banawa Selatan (Kabupaten Donggala)
===
Iklim dan Cuaca
Dataran Kota Palu dikelilingi oleh pegunungan dan pantai. Peta ketinggian mencatat,
376,68 Km2 (95,34%) wilayah Kota Palu berada pada ketinggian 100 - 500 mdpl dan
hanya 18,38 Km2 (46,66%) terletak di dataran yang lebih rendah. Kota Palu terletak di
bagian Utara khatulistiwa, menjadikan Kota Palu sebagai salah satu kota tropis terkering di
Indonesia dengan curah hujan kurang dari 1.000 mm per tahun.
===
Lolos dari maut Tsunami di Palu dan Gempa Donggala dengan kekuatan 7 RS Jumat (28/9/2018) sore tersebut, kini Ferry Rotinsulu melewatkan hari-harinya di Pengusian bersama kerabat dan keluarganya. Ferry pun sempat curhat lewat sahabat dekatnya yang kerap disebut kembarannya Rasyid Irfandi.
Ferry mengabarkan bahwa, dia kini baik-baik saja. Namun sempat mengaku, ternyata sangat mengerikan kejadian yang dia lewatkan. Boleh dikatakan, Ferry baru saja lolos dari maut tsunami di palu, yang nyaris merenggutnya.
"Begini ternyata rasanya kalau kena gempa dan tsunami," ujar Ferry seperti capture oleh sehabatnya di akun facebook, Rasyid Irfandi alais Pedoo.
Seperti diketahui, gempa Donggala dan Palu yang terjadi dua kali itu kemudian diiringi 3 kali gempa kecil susulan, Jumat sore, selang 30 menit kemudian terjadilah Tsunami di Palu.
Pasca tsunami di Palu itulah, para rekan-rekan Ferry yang ada di Palembang kemudian mencari kabar tentang keberadaannya, karena dia memang berada di Palu saat peristiwa mengerikan itu berlangsung.
===
Terkurung di Kamar Mandi dan Pasrah
Mantan kiper Sriwijaya FC Ferry Rotinsulu mengakui, ketika Tsunami di Palu berlangsung, Jumat (28/9/2019) sore berlangsung dia tengah berada di rumahnya di Palu, bersama keluarganya. Maklum Ferry baru saja berkabung setelah kepungalan ibunya, 21 September lalu.
Saat itu menurut dia, baru sore hari dan semua keluarga masih berkumpul. Bahkan, saat itu dia tengah mandi dan berada di kamar mandi. Saat Gempa berlangsung terjadi goncangan kuat dan tiba-tiba terdengar bunyi berdera, ternyata dinding kamar mandi dan rumahnya di Palu retak.
Gempa berlangsung beberapa menit itu membuatnya pasrah karena Ferry mengaku saat itu dia tengah terkurung dan tidak bisa keluar."Saat gempa terjadi saya sedang mandi, tahunya ada gempa, lampu langsung mati, saya pun terkurung di kamar mandi," ujar Ferry Rotinsulu.
Diakuinya, ketika dindang retak, dan kamar mandi berbunyi berderak, dia sudah pasrah dan tidak bisa melakukan apa-apa lagi."Saya hanya bisa pasrah waktu itu," jelasnya.
Rumah Hancur tak Bersisa
Kini Ferry dan keluarga mengaku tengah berada di tempat pengungsian. Diakui Ferry, jika rumahnya kini sudah hancur tidak bersisa. Dia bersyukur bisa selamat dari bencana ini."Rumah retak, dalamnya hancur gak berbisa. Rumah keluarga yang lain juga hancur semua," jelas Ferry.
Seperti diketahui, ketika Tsunami di Palu berlangsung, setelah terjadi dua kali Gempa baik di Palu maupun di Donggala Sulteng, saat gempa kiper Legendaris Sriwijaya FC Ferry Rotinsulu lagi berada di Palu, maklum dia tengah berduka setelah sang ibunda berpulang. Ferry memang tengah berada di di Palu karena baru memperingati kepergian sang ibunda, yang berpulang pada 21 September lalu.
Maka itu, hingga Gempa 7,7 SR di Palu dan Donggala berlangsung, dan disusul oleh Tsunami, Ferry yang berada di kota Palu memang belum diketahui kabarnya. Bahkan, sahabat dan kelaurga dekatnya terutama di Palembang penasaran karena sang kiper Legendaris itu belum diketahui kabarnya.
Namun, setelah lebih dari satu hari tidak diketahui kondisi terakhir dari Ferry dan keluarga, ternyata pria yang akrab dengan nama FR12 ini dalam kondisi selamat. Kepada Sripoku.com, Ferry pun mengakui, jika dia ikut merasakan gempa yang terjadi di Sulawesi, Jumat (28/9/2018) kemarin.
Namun dia bersyukur selamat dan mengimbau agar rekan-rekannya di Palembang maupun di Lampung Sakti tempatnya melatih jangan khawatir. Dia dan keluarganya dalam kondisi selamat. "Alhamdulillah saya bisa selamat, kalau ingat kejadian semalam udah gak tau lagi, pasrah,"
ucap Ferry Rotinsulu.
===
Sebab dan Kronologi Terjadinya Gempa dan Tsunami di Palu
Tsunami di Palu terjadi karena ada dua pemicunya sehingga membuat tsunami besar menimpa Palu Donggal Sulteng. Ada beberapa kronoligis hingga menelan ratusan korban. Tsunami di Palu memang sangat mengejutkan dan menggemparkan, karena bencana itu merupakan susulan Gempa 7,7 SR, menariknya terjangan Tsunami di Palu itu terjadi setelah 30 menit peringatan dini Tsunami dicabut.
Ada dua sebab mengapa tsunami di Palu bisa terjadi. Dilansir dari kompas.com, berdasarkan keteranganresmi dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), gempa ini adalah gempa yang dangkal akibat jalur sesar Palu Koro yang dibangkitkan oleh deformasi dengan mekanisme pergerakan struktur sesar mendatar miring, dan gempa ini berpotensi memicu tsunami.
Tetapi mengapa dampaknya sangat besar dan menimbulkan korban jiwa yang sangat
banyak? BNPB mengungkap jika jika tsunami di Palu, Sulawesi Tengah itu, dipicu longsoran
sedimen di dasar laut. Longsoran itulahdisebut terjadi akibat gempa 7,4 SR yang mengguncang Donggala.
Sehingga memicu tsunami di Palu.
===
Pertama: Longsoran sedimen dasar laut kedalaman 200-300 meter
"Kenapa terjadi tsunami cukup besar, kami telah melakukan koordinasi dengan beberapa ahli tsunami ada 2 penyebab. Pertama, di Teluk Palu, yang kalau berdasarkan video tsunami menerjang cukup tinggi, ini disebabkan ada longsoran sedimen dasar laut kedalaman 200-300 meter," kata Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho seperti dikutip dari tribunnews, Sabtu (29/9/2018).
Menurut dia, namun sedimen itu dibawa dari sungai yang bermuara di Teluk Palu itu, dimana sedimen tersebut belum terkonsolidasi dengan kuat sehingga saat diguncang gempa terjadi longsor. Sehingga saat diguncang gempa 7,4 SR tadi akhirnya runtuh, longsor, dan membangkitkan tsunami.
"Hal itu bisa dilihat video di Pantai Talise, tsunami awal itu airnya jernih, tetapi kemudian
datang dari laut bergelombang dan naik-turun airnya kondisinya keruh. Menurut analisis ahli,
itu kemungkinan dipicu longsoran di dasar laut," ucapnya.
===
Kedua: Tinggi tsunami tidak sebesar akibat longsoran bawah laut
Menurut Sutopo, tsunami di Palu, kemudian Gempa di Donggala yang 7,7 SR itu, memang terjadi dengan bagian luar disebabkan gempa lokal. Tetapi Tinggi tsunami tidak sebesar akibat longsoran bawah laut. "BNPB sudah berkoordinasi untuk segera mengirimkan para ahli tsunami untuk menganalisis lebih jauh menghitung tinggi tsunami," jelasnya.
===
Masji Terapung
Masjid tersebut merupakan masjid terapung Palu yang terletak di Pantai Teluk Palu, kawasan yang baru saja dihantam tsunami. Tampak pohon-pohon tumbang dan banyak barang yang tersapu oleh gelombang tsunami ke sekitar perairan atau sekitar daerah Pantai Talise. Sebelumnya, Sulawesi Tengah diguncang gempa bumi, Jumat (28/9). Gempa terparah terjadi di Donggala dan Palu.
Namun Masjid ini tetap berdiri megang nan indah, tiada kerusakan, kecuali kondisi di sekitarnya yang porak pornda. Masjid ini merupakan salah satu dari detinasi wisata dan kebanggaan bagi masyarakat kota Palu.
===
Berikut Detik-Detik dan Kronologis Tsunami di Palu:
Kepala Pusat Data, Informasi, dan Hubungan Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Bencana ( BNPB) Sutopo Purwo Nugroho menyampaikan kronologi gempa bumi dan tsunami yang terjadi di Kota Palu dan Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah, Jumat (28/9/2018).
Menurut Sutopo, gempa pertama kali mengguncang Donggala pukul 14.00 WIB. Gempa tersebut berkekuatan magnitudo 6 dengan kedalaman 10 km. Akibat gempa itu, satu orang meninggal dunia, 10 orang luka, dan puluhan rumah rusak di Kecamatan Singaraja, Kabupaten Donggala. Setelah itu, gempa kembali terjadi pukul 17.02 WIB dengan kekuatan yang lebih besar, yaitu magnitudo 7,4 dengan kedalaman yang sama, 10 km di
jalur sesar Palu Koro.
Menurut Sutopo, gempa tersebut tergolong gempa dangkal dan berpotensi memicu tsunami. "Gempa ini adalah gempa yang dangkal akibat jalur sesar Palu Koro yang dibangkitkan oleh deformasi dengan mekanisme pergerakan struktur sesar mendatar miring, dan gempa ini berpotensi memicu tsunami," kata Sutopo di kantor BNPB, Utan Kayu, Jakarta Timur, seperti dilansir dari kompas.com Sabtu (29/9/2018).
1. Gempa pertama kali mengguncang Donggala pukul 14.00 WIB. Gempa tersebut berkekuatan magnitudo 6 dengan kedalaman 10 km. Akibat gempa itu, satu orang meninggal dunia, 10 orang luka, dan puluhan rumah rusak di Kecamatan Singaraja, Kabupaten Donggala. Setelah itu, gempa kembali terjadi pukul 17.02 WIB dengan
kekuatan yang lebih besar, yaitu magnitudo 7,4 dengan kedalaman yang sama, 10 km di jalur sesar Palu Koro.
2. Lima menit pascagempa, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyampaikan peringatan dini tsunami. "Ketika terjadi warning tsunami, BMKG menyatakan pada pukul 17.02 dengan status Siaga dan Waspada. Arti status Siaga, tinggi tsunami adalah 0,5-3 meter untuk di pantai barat Donggala. sedangkan Waspada, kurang dari setengah meter Kota Palu bagian barat," ujar Sutopo.
3. Saat itu, menurut Sutopo, pihaknya tengah menyiapkan rilis untuk mengimbau masyarakat supaya menjauhi kawasan pantai dan sungai dalam kurun waktu 30 menit.
4. Namun, 30 menit setelah dikeluarkan peringatan tersebut, BMKG mencabutnya pada pukul 17.37 WIB. Akan tetapi, tsunami benar-benar terjadi pada pukul 17.22 WIB. Berdasar data BNPB, ketinggian tsunami ada yang mencapai 6 meter.
5. Sejak gempa dan tsunami terjadi di Kota Palu dan Kabupaten Donggala, Jumat (28/9/2018), sejumlah gempa susulan terus terjadi di kawasan tersebut hingga Jumat malam.
6. Tercatat, setidaknya ada 13 gempa dengan kekuatan di atas magnitudo 5 sejak pukul 14.00 WIB hingga 21.26 WIB. Jumlah korban meninggal dunia akibat gempa bumi dan tsunami yang terjadi di Kota Palu, hingga pukul 13.00 WIB, tercatat sebanyak 384 orang.
7. Selain ratusan korban meninggal, menurut data BNPB, tercatat 29 orang hilang dan 540
luka berat di Kota Palu. Sementara itu, BNPB belum bisa menyampaikan jumlah korban
terdampak gempa dan tsunami di Kabupaten Donggala. Sebab, hingga saat ini listrik di
wilayah tersebut masih padam sehingga menghambat komunikasi.
===
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/palembang/foto/bank/originals/tsunami-di-palukisah-hilangnya-pemain-sriwijaya-fc-hingga-kejaiban-masjid-terapung_20180930_054259.jpg)